Sudirman Said Janji Cabut Kartu Tani, Ini Alasannya
A
A
A
BLORA - Calon Gubernur Jawa Tengah nomor urut 2, Sudirman Said berjanji menghapus program kartu tani di Jateng. Sikap itu diambil karena selama ini keberadaan kartu tani justru menyengsarakan dan merepotkan petani untuk mendapatkan pupuk.
"Jika saya dan Mbak Ida terpilih, kartu tani akan dicabut. Karena tak efektif," kata Sudirman Said saat Kongres Tani; Dialog Pak Dirman dan Bu Ida dengan para petani serentak di 6 Karesidenan se-Jateng melalui teleconference di Desa Jipang Cepu, Blora, Jawa Tengah, Jumat (8/6/2018) sore.
Pak Dirman mengaku sudah berkeliling di seluruh daerah di Jateng. Hampir semua petani mengeluhkan keberadaan kartu tani. Selain itu, nelayan juga mengeluhkan kartu nelayan yang tidak banyak berguna. Bahkan, untuk mengambil satu sak pupuk membutuhkan waktu yang lama. "Ya karena ternyata petani hanya dikasih kartu dan buku tabungan kosong. Jadi kalau mau ambil pupuk harus mengisi tabungan dan jelas ribet," ujarnya.
Sebagai daerah berbasis agraris, harusnya petani di Jateng bisa sejahtera. Apalagi disokong dengan 41 sungai besar serta 38 waduk besar dan masih ada embung-embung kecil. Tapi nyatanya, nasib petani semakin tak jelas dan bahkan jumlah petani di Jateng terus mengalami penurunan dari semula 5.1 juta menjadi 4.7 juta petani. "Ini karena tak ada keterpihakan kepada petani. Padahal, petani merupakan pahlawan penjaga ketahanan pangan," ujarnya.
Pak Dirman mengaku miris dengan kondisi Jawa Tengah yang merupakan daerah miskin ke-2 di Indonesia. Padahal, potensi sumber daya alam sangat besar dan sangat menjanjikan jika dikelola dengan maksimal. Hal itu masih diperparah dengan semakin menipisnya lahan pertanian dan beralih ke daerah pemukiman. "Kondisi ini sangat ironi, potensi besar tapi tak dimaksimalkan. Harus ditata ulang, agar penyusutan lahan pertanian bisa diantisipasi secepatnya," ungkapnya.
Dalam acara tersebut, semua petani yang hadir mengeluh. Mereka kesulitan mendapatkan pupuk, bibit tak bagus sampai harga hasil panen yang rendah. Sehingga pendapatan petani kecil, dan tidak jarang harus tombok karena biaya perawatan dengan harga jual tak sebanding. "Insyaallah semua bisa diatasi pelan-pelan jika pemimpinya pro petani dan nelayan. Dan saya mohon restu agar bisa terpilih dan bersana Mbak Ida saya berkomitmen menyejahterakan petani-nelayan di Jateng," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Pak Dirman juga mengajak agar petani kembali ke cara-cara organik. Karena jika terus menggunakan pupuk berpestisida, dalam jangka panjang akan merusak kesuburan lahan pertanian. Dengan begitu, otomatis akan mengurangi hasil tani dan harga jual juga menurun. "Ayo bersama menjaga alam, salah satunya dengan kembali ke organik. Dan ini sudah terbukti berhasil dan akan meningkatkan hasil produksi," ucapnya.
"Jika saya dan Mbak Ida terpilih, kartu tani akan dicabut. Karena tak efektif," kata Sudirman Said saat Kongres Tani; Dialog Pak Dirman dan Bu Ida dengan para petani serentak di 6 Karesidenan se-Jateng melalui teleconference di Desa Jipang Cepu, Blora, Jawa Tengah, Jumat (8/6/2018) sore.
Pak Dirman mengaku sudah berkeliling di seluruh daerah di Jateng. Hampir semua petani mengeluhkan keberadaan kartu tani. Selain itu, nelayan juga mengeluhkan kartu nelayan yang tidak banyak berguna. Bahkan, untuk mengambil satu sak pupuk membutuhkan waktu yang lama. "Ya karena ternyata petani hanya dikasih kartu dan buku tabungan kosong. Jadi kalau mau ambil pupuk harus mengisi tabungan dan jelas ribet," ujarnya.
Sebagai daerah berbasis agraris, harusnya petani di Jateng bisa sejahtera. Apalagi disokong dengan 41 sungai besar serta 38 waduk besar dan masih ada embung-embung kecil. Tapi nyatanya, nasib petani semakin tak jelas dan bahkan jumlah petani di Jateng terus mengalami penurunan dari semula 5.1 juta menjadi 4.7 juta petani. "Ini karena tak ada keterpihakan kepada petani. Padahal, petani merupakan pahlawan penjaga ketahanan pangan," ujarnya.
Pak Dirman mengaku miris dengan kondisi Jawa Tengah yang merupakan daerah miskin ke-2 di Indonesia. Padahal, potensi sumber daya alam sangat besar dan sangat menjanjikan jika dikelola dengan maksimal. Hal itu masih diperparah dengan semakin menipisnya lahan pertanian dan beralih ke daerah pemukiman. "Kondisi ini sangat ironi, potensi besar tapi tak dimaksimalkan. Harus ditata ulang, agar penyusutan lahan pertanian bisa diantisipasi secepatnya," ungkapnya.
Dalam acara tersebut, semua petani yang hadir mengeluh. Mereka kesulitan mendapatkan pupuk, bibit tak bagus sampai harga hasil panen yang rendah. Sehingga pendapatan petani kecil, dan tidak jarang harus tombok karena biaya perawatan dengan harga jual tak sebanding. "Insyaallah semua bisa diatasi pelan-pelan jika pemimpinya pro petani dan nelayan. Dan saya mohon restu agar bisa terpilih dan bersana Mbak Ida saya berkomitmen menyejahterakan petani-nelayan di Jateng," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Pak Dirman juga mengajak agar petani kembali ke cara-cara organik. Karena jika terus menggunakan pupuk berpestisida, dalam jangka panjang akan merusak kesuburan lahan pertanian. Dengan begitu, otomatis akan mengurangi hasil tani dan harga jual juga menurun. "Ayo bersama menjaga alam, salah satunya dengan kembali ke organik. Dan ini sudah terbukti berhasil dan akan meningkatkan hasil produksi," ucapnya.
(amm)