Pilgub Jabar, Ini Keunggulan dan Kelemahan 4 Paslon yang Bertarung
A
A
A
BANDUNG - Pengamat politik Universitas Parahyangan Asep Warlan menilai, dari empat kandidat yang ikut bertarung dan menjadi peserta Pilgub Jabar 2018 memiliki kelebihan dan kekurangan dalam meraih perolehan suara.
Menurut Asep, dari sisi faktor soliditas mesin parpol, pasangan nomor urut 1 Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul (Rindu) yang memiliki ancaman terbesar kehilangan basis suara. Sebab, kata dia, hingga beberapa hari jelang pencoblosan pada 27 Juni nanti, belum terlihat chemistry partai pengusung dalam menggerakkan mesin partai.
Pasangan ini, kata dia, masih mengandalkan kekuatan figur Ridwan Kamil yang disosialisasikan kepada masyarakat untuk dipilih menjadi pemimpin Jabar mendatang. "Saya menilai belum efektif. Karena chemistry-nya belum terbentuk seperti halnya pilpres lalu. Koalisi ini tidak ada PDIP dan dilepas. Tidak ada komandonya di pilgub. Jadi susah untuk menggerakkan parpol koalisi lainnya," kata Asep saat dihubungi, Rabu (6/6/2018).
Apalagi, kata dia, beredar kabar Partai Hanura yang semula mendukung pasangan Rindu justru mengalihkan suaranya ke paslon lain. Kondisi teknis yang terjadi di internal partai ini akan menjadi ancaman bagi pasangan Rindu untuk meraih suara maksimal saat pencoblosan nanti.
"Saya kurang hafal faktanya seperti apa. Tapi, konon katanya Hanura juga mengalihkan dukungan ke paslon lain. Jadi mereka juga susah menggerakkan mesin PKB, PPP, dan Nasdem karena tidak ada komandonya," ujar Asep.
Asep menyebutkan, untuk bisa tetap mendapatkan dukungan suara, kandidat nomor urut 1 harus lebih menguatkan keterkenalan figur di masyarakat. Selain itu, program unggulan yang dikemas dalam visi dan misi juga harus lebih dimatangkan. "Strateginya sekarang tinggal figur dan program yang harus digenjot. Selain itu dikuatkan logistiknya," pungkas dia.
Sementara, untuk paslon nomor urut 2 Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan akan lebih leluasa bergerak menentukan arah karena hanya digerakkan oleh satu partai politik yakni PDIP. Pasangan ini hampir dipastikan tidak akan diperkeruh oleh persoalan teknis internal partai.
Sedangkan, paslon nomor urut 3 Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) sudah terkenal dengan loyalitas kadernya. Para kader pendukung Asyik akan bekerja maksimal untuk memenangkan Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Pilgub Jabar. Apalagi, dukungan parpol terhadap paslon nomor urut 3 ini memiliki grand design untuk menghadapi Pilpres 2019.
Yang terakhir, kata Asep, paslon nomor urut 4 Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi juga akan saling menguatkan keterkenalan figur kandidat. Pasangan ini memiliki kelebihan terbantu oleh dua figur yang dikenal masyarakat.
"Paslon nomor 4 lebih unggul figur pasangannya. Mereka saling menguatkan antara calon gubernur dan calon wakil gubernurnya," kata Asep.
Menurut Asep, dari sisi faktor soliditas mesin parpol, pasangan nomor urut 1 Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul (Rindu) yang memiliki ancaman terbesar kehilangan basis suara. Sebab, kata dia, hingga beberapa hari jelang pencoblosan pada 27 Juni nanti, belum terlihat chemistry partai pengusung dalam menggerakkan mesin partai.
Pasangan ini, kata dia, masih mengandalkan kekuatan figur Ridwan Kamil yang disosialisasikan kepada masyarakat untuk dipilih menjadi pemimpin Jabar mendatang. "Saya menilai belum efektif. Karena chemistry-nya belum terbentuk seperti halnya pilpres lalu. Koalisi ini tidak ada PDIP dan dilepas. Tidak ada komandonya di pilgub. Jadi susah untuk menggerakkan parpol koalisi lainnya," kata Asep saat dihubungi, Rabu (6/6/2018).
Apalagi, kata dia, beredar kabar Partai Hanura yang semula mendukung pasangan Rindu justru mengalihkan suaranya ke paslon lain. Kondisi teknis yang terjadi di internal partai ini akan menjadi ancaman bagi pasangan Rindu untuk meraih suara maksimal saat pencoblosan nanti.
"Saya kurang hafal faktanya seperti apa. Tapi, konon katanya Hanura juga mengalihkan dukungan ke paslon lain. Jadi mereka juga susah menggerakkan mesin PKB, PPP, dan Nasdem karena tidak ada komandonya," ujar Asep.
Asep menyebutkan, untuk bisa tetap mendapatkan dukungan suara, kandidat nomor urut 1 harus lebih menguatkan keterkenalan figur di masyarakat. Selain itu, program unggulan yang dikemas dalam visi dan misi juga harus lebih dimatangkan. "Strateginya sekarang tinggal figur dan program yang harus digenjot. Selain itu dikuatkan logistiknya," pungkas dia.
Sementara, untuk paslon nomor urut 2 Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan akan lebih leluasa bergerak menentukan arah karena hanya digerakkan oleh satu partai politik yakni PDIP. Pasangan ini hampir dipastikan tidak akan diperkeruh oleh persoalan teknis internal partai.
Sedangkan, paslon nomor urut 3 Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) sudah terkenal dengan loyalitas kadernya. Para kader pendukung Asyik akan bekerja maksimal untuk memenangkan Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Pilgub Jabar. Apalagi, dukungan parpol terhadap paslon nomor urut 3 ini memiliki grand design untuk menghadapi Pilpres 2019.
Yang terakhir, kata Asep, paslon nomor urut 4 Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi juga akan saling menguatkan keterkenalan figur kandidat. Pasangan ini memiliki kelebihan terbantu oleh dua figur yang dikenal masyarakat.
"Paslon nomor 4 lebih unggul figur pasangannya. Mereka saling menguatkan antara calon gubernur dan calon wakil gubernurnya," kata Asep.
(zik)