Emil Urai Problem Standarisasi Honor Minimum Tenaga Pendidik
A
A
A
PONOROGO - Forum Guru Swasta (FGS) Ponorogo bersimpati dan mendukung program cawagub Emil Elestianto Dardak. Hal tersebut terlontar dalam dialog dan penyerapan aspirasi para guru swasta di Kota Reog, Rabu (30/5/2018).
Dalam dialog tersebut juga menjadi ajang untuk mengungkapkan problematika para guru. Sekretaris Forum Guru Swasta (FGS) Ponorogo Sutrisno Spd misalnya. Dia mengeluhkan ketimpangan kesejahteraan guru swasta dan guru negeri. "Bagaikan bumi dengan langit," tandas dia.
Selain soal kesejahteraan, isu kekurangan guru dengan pengisian tenaga guru yang jumlahnya amat terbatas juga menjadi aspirasi keluhan para guru swasta ini.
Soal honor guru swasta yang minim dan munculnya wacana standar honor minimal menurut Emil pokok masalahnya bukan ada tidaknya honor minimal guru.
"Masalahnya melainkan, anggarannya dari mana. Realitanya saat ini sumbernya dari SPP dan dana BOS. Nah kalau diterapkan upah minimum guru kemudian sekolah tidak bisa beroperasi bagaimana. Kuncinya adalah saat ini yang harus pikirkan, mau darimana anggaran untuk meningkatkan kesejahteraan guru”.
“Apakah dari pelatihan atau insentif dari pelatihan, apakah kita bisa memberikan tambahan tunjangan dengan anggaran Pemprov yang kita perluas lagi, kemudian guru pensiun bisa di isi kembali, ataukah memberikan tambahan tunjangan, mengikutsertakan mereka pada seleksi sertifikasi dengan memperluas jangkauannya sehingga kesejahteraan bisa diakses dari pusat," papar doktor termuda ini.
Menyikapi permasalahan kekurangan guru yang terjadi di beberapa daerah, suami Arumi Bachsin ini menyebutkan kekurangan ini dikarenakan pengangkatan guru yang terhambat.
Sebelum mengakhiri pertemua Emil kembali menegaska peran guru sangatlah penting dalam berinvestasi generasi penerus bangsa. "Saya tidak bisa seperti ini tanpa guru. Saya seorang yang bersyukur pendidikan ini mengantar saya kepada pendidikan yang lebih baik.
Sekolah memang tidak menjamin hidup seseorang sukses, bila orang yang sekolah saja belum tentu sukses apalagi yang tidak sekolah. Sehingga semua orang kita dorong untuk mengakses pendidikan, sehingga peluang sukses mereka bisa terbuka," pungkas Emil yang kini tercatat sebagai waketum Asosiasiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) tersebut.
Dalam dialog tersebut juga menjadi ajang untuk mengungkapkan problematika para guru. Sekretaris Forum Guru Swasta (FGS) Ponorogo Sutrisno Spd misalnya. Dia mengeluhkan ketimpangan kesejahteraan guru swasta dan guru negeri. "Bagaikan bumi dengan langit," tandas dia.
Selain soal kesejahteraan, isu kekurangan guru dengan pengisian tenaga guru yang jumlahnya amat terbatas juga menjadi aspirasi keluhan para guru swasta ini.
Soal honor guru swasta yang minim dan munculnya wacana standar honor minimal menurut Emil pokok masalahnya bukan ada tidaknya honor minimal guru.
"Masalahnya melainkan, anggarannya dari mana. Realitanya saat ini sumbernya dari SPP dan dana BOS. Nah kalau diterapkan upah minimum guru kemudian sekolah tidak bisa beroperasi bagaimana. Kuncinya adalah saat ini yang harus pikirkan, mau darimana anggaran untuk meningkatkan kesejahteraan guru”.
“Apakah dari pelatihan atau insentif dari pelatihan, apakah kita bisa memberikan tambahan tunjangan dengan anggaran Pemprov yang kita perluas lagi, kemudian guru pensiun bisa di isi kembali, ataukah memberikan tambahan tunjangan, mengikutsertakan mereka pada seleksi sertifikasi dengan memperluas jangkauannya sehingga kesejahteraan bisa diakses dari pusat," papar doktor termuda ini.
Menyikapi permasalahan kekurangan guru yang terjadi di beberapa daerah, suami Arumi Bachsin ini menyebutkan kekurangan ini dikarenakan pengangkatan guru yang terhambat.
Sebelum mengakhiri pertemua Emil kembali menegaska peran guru sangatlah penting dalam berinvestasi generasi penerus bangsa. "Saya tidak bisa seperti ini tanpa guru. Saya seorang yang bersyukur pendidikan ini mengantar saya kepada pendidikan yang lebih baik.
Sekolah memang tidak menjamin hidup seseorang sukses, bila orang yang sekolah saja belum tentu sukses apalagi yang tidak sekolah. Sehingga semua orang kita dorong untuk mengakses pendidikan, sehingga peluang sukses mereka bisa terbuka," pungkas Emil yang kini tercatat sebagai waketum Asosiasiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) tersebut.
(pur)