Museum Kereta Api Ambarawa, Wisata Sejarah Peninggalan Belanda
A
A
A
Museum Kereta Api Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah hingga saat ini masih berdiri kokoh dan terlihat megah meski usia bangunannya sudah mencapai ratusan tahun. Bahkan destinasi wisata sejarah yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 1873 silam itu, setiap hari libur ramai dikunjungi wisatawan.
Selain melihat koleksi kereta api tua dan menggali sejarah, di Museum Kereta Api Ambarawa para wisatawan juga bisa menikmati perjalanan kereta wisata dengan rute Ambarawa-Tuntang atau Ambarawa-Bedono.
Perjalanan kereta wisata tersebut bisa dinikmati pada Sabtu, Minggu dan hari libur nasional. Di luar hari tersebut, wisatawan bisa melakukan perjalanan wisata kereta api itu dengan sistem carter.
Sedangkan perjalanan wisata kerepa api rute Ambarawa-Bedono hanya bisa dinikmati dengan sitem carter dengan harga yang cukup fantastis, yakni sekitar Rp10 juta. Bahkan kalau menggunakan kereta lebih dari satu gerbong, maka dikenai biaya sewa Rp2,5 juta per gerbong. Jadi kalau menggunakan tiga kereta dengan kapasitas 120 orang, maka harga caternya Rp15 juta.
Mahalnya biaya sewa ini, karena lokomotifnya bermesin uap dan berbahan bakar kayu. Sedangkan gerbong keretanya terbuat dari kayu. Sehingga biaya operasional dan perawatannya cukup tinggi. Maka dari itu, harga carter kereta uap terbilang mahal.
Namun, selama perjalanan para wisatawan bisa menikmatai panorama alam pegunungan yang eksotis. Sepanjang perjalanan dari Ambarawa hingga Bedono, para wisatawan akan dimanjakan dengan pemadangan Gunung Telomoyo dan Gunung Kelir yang hijau dan Asri.
Yang menarik, pengalaman menikamati perjalanan kereta wisata dengan menggunakan lokomotif bermesin uap berumur ratusan tahun ini, hanya bisa dinikmati di Museum Kereta Api Ambawara. Jadi mahalnya harga carter bisa tergantikan oleh pengalamam yang fantastis dan perjalanan kereta wisata yang indah.
"Harganya memang mahal, namun sepadan dengan indahnya perjalanan wisata dan pengalaman unik yang dimiliki para wisatawan setelah menikmati perjalanan kereta wisata dengan lokomotif tua bermesin uap yang memakai bahan bakar kayu," kata salah seorang tour guide kereta wisata Museum Kereta Api Ambarawa Tika, belum lama ini.
Dia menjelaskan, Museum Kereta Api Ambarawa dulunya merupakan stasiun kereta api yang dibangun Kolonial Belanda diera pemerintahan Raja Willem I pada tahun 1873. Stasiun kereta api tersebut dibangun untuk kepentingan militer.
"Pengiriman senjata dan tentara Belanda dari Ambarawa ke Semarang atau sebaliknya menggunakan transportasi kereta api. Selain itu, juga untuk mengangkut hasil bumi rakyat Ambawara dan sekitarnya yang dirampas Belanda," terangnya.
Setelah pemerintah Kolonial Belanda hengkang dari Indonesia, kemudian Stasiun Kereta Api Ambawara difungsikan untuk kereta api reguler dengan rute perjalanan Ambarawa-Kedungjati-Semarang, Ambarawa-Temanggung-Parakan dan Ambarawa-Secang- Magelang. Namun rute perjalanan Ambarawa-Temanggung-Parakan dan Ambaraw- Secang-Magelang pada 1970 ditutup karena rel keretanya rusak akibat bencana alam.
Tak lama kemudian, stasiun kereta api Ambarawa ditutup karena rute perjalanan kereta api itu kalah bersaing dengan transportasi lainnya. Kemudian pada pada 1976 pemerintah mendirikan Museum Kereta Api Ambarawa di komplek stasiun kereta api Ambarawa.
Hingga sekarang, Museum Kereta Api Ambarawa yang memiliki koleksi sejumlah lokomotif tua bermesin uap dan diesel itu masih kokoh berdiri dan menjadi objek wisata yang terkenal. Setiap hari libur, museum ini selalu dipadati pengunjung. Bahkan mereka rela antre untuk mendapatkan tiket kereta wisata reguler seharga Rp50.000 yang dijual sejak pagi.
Selain melihat koleksi kereta api tua dan menggali sejarah, di Museum Kereta Api Ambarawa para wisatawan juga bisa menikmati perjalanan kereta wisata dengan rute Ambarawa-Tuntang atau Ambarawa-Bedono.
Perjalanan kereta wisata tersebut bisa dinikmati pada Sabtu, Minggu dan hari libur nasional. Di luar hari tersebut, wisatawan bisa melakukan perjalanan wisata kereta api itu dengan sistem carter.
Sedangkan perjalanan wisata kerepa api rute Ambarawa-Bedono hanya bisa dinikmati dengan sitem carter dengan harga yang cukup fantastis, yakni sekitar Rp10 juta. Bahkan kalau menggunakan kereta lebih dari satu gerbong, maka dikenai biaya sewa Rp2,5 juta per gerbong. Jadi kalau menggunakan tiga kereta dengan kapasitas 120 orang, maka harga caternya Rp15 juta.
Mahalnya biaya sewa ini, karena lokomotifnya bermesin uap dan berbahan bakar kayu. Sedangkan gerbong keretanya terbuat dari kayu. Sehingga biaya operasional dan perawatannya cukup tinggi. Maka dari itu, harga carter kereta uap terbilang mahal.
Namun, selama perjalanan para wisatawan bisa menikmatai panorama alam pegunungan yang eksotis. Sepanjang perjalanan dari Ambarawa hingga Bedono, para wisatawan akan dimanjakan dengan pemadangan Gunung Telomoyo dan Gunung Kelir yang hijau dan Asri.
Yang menarik, pengalaman menikamati perjalanan kereta wisata dengan menggunakan lokomotif bermesin uap berumur ratusan tahun ini, hanya bisa dinikmati di Museum Kereta Api Ambawara. Jadi mahalnya harga carter bisa tergantikan oleh pengalamam yang fantastis dan perjalanan kereta wisata yang indah.
"Harganya memang mahal, namun sepadan dengan indahnya perjalanan wisata dan pengalaman unik yang dimiliki para wisatawan setelah menikmati perjalanan kereta wisata dengan lokomotif tua bermesin uap yang memakai bahan bakar kayu," kata salah seorang tour guide kereta wisata Museum Kereta Api Ambarawa Tika, belum lama ini.
Dia menjelaskan, Museum Kereta Api Ambarawa dulunya merupakan stasiun kereta api yang dibangun Kolonial Belanda diera pemerintahan Raja Willem I pada tahun 1873. Stasiun kereta api tersebut dibangun untuk kepentingan militer.
"Pengiriman senjata dan tentara Belanda dari Ambarawa ke Semarang atau sebaliknya menggunakan transportasi kereta api. Selain itu, juga untuk mengangkut hasil bumi rakyat Ambawara dan sekitarnya yang dirampas Belanda," terangnya.
Setelah pemerintah Kolonial Belanda hengkang dari Indonesia, kemudian Stasiun Kereta Api Ambawara difungsikan untuk kereta api reguler dengan rute perjalanan Ambarawa-Kedungjati-Semarang, Ambarawa-Temanggung-Parakan dan Ambarawa-Secang- Magelang. Namun rute perjalanan Ambarawa-Temanggung-Parakan dan Ambaraw- Secang-Magelang pada 1970 ditutup karena rel keretanya rusak akibat bencana alam.
Tak lama kemudian, stasiun kereta api Ambarawa ditutup karena rute perjalanan kereta api itu kalah bersaing dengan transportasi lainnya. Kemudian pada pada 1976 pemerintah mendirikan Museum Kereta Api Ambarawa di komplek stasiun kereta api Ambarawa.
Hingga sekarang, Museum Kereta Api Ambarawa yang memiliki koleksi sejumlah lokomotif tua bermesin uap dan diesel itu masih kokoh berdiri dan menjadi objek wisata yang terkenal. Setiap hari libur, museum ini selalu dipadati pengunjung. Bahkan mereka rela antre untuk mendapatkan tiket kereta wisata reguler seharga Rp50.000 yang dijual sejak pagi.
(nag)