Merapi Stabil, Masyarakat Dihimbau Tenang
A
A
A
YOGYAKARTA - Gunung Merapi yang berada di perbatasan Kabupaten Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali, pada Jumat (11/5) pagi meletus freatik. Meski wilayah Kota Yogyakarta, sebagian Bantul dan Kulonprogo sempat terpapar abu Merapi, hingga Jumat sore kondisi Gunung Merapi dinyatakan stabil.
Masyarakat pun diminta tenang. “Ini letusan freatik bukan magmatik. Erupsinya lebih dominan gas dan abu,” terang terang Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Huamidah.
Hanik menjelaskan, setiap gunung berapi akan terus mengeluarkan gas, jika ada material sisa erupsi sebelumnya menjadi padat, maka sebagian gas yang harusnya keluar terhalang sehingga terakumulasi.
Akibat akumulasi ini ditambah panas dan uap air dari badan gunung mengakibatkan tekanan yang akhirnya menyebabkan letusan freatik. Letusan ini didominasi gas dan mengeluarkan abu.“Letusan freatik tidak ada gejala awal,” tegasnya.
Hamidah menghimbau masyarakat tetap tenang. Menurutnya, sampai Jumat sore kemarin kondisi Gunung Merapi masih stabil. Meski demikian Hamidah tetap mengingatkan agar kawasan Merapi dengan radius dua kilometer dari puncak tetap harus diseterilkan. “Saat (kondisi) normal saja memang radius dua kilometer harus steril,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD DIY Biworo Yuswantono menyebut warga yang sebelumnya mengungsi sudah muli kembali ke rumah masing-masing. Hingga Jumat siang tercatat tinggal 190 warga yang masih mengungsi di Purwobinangun. “Itupun berangsur-angsur sudah mulai kembali ke rumah masing-masing,” terangnya.
Berdasarkan laporan, abu akibat erupsi ini terbawa angin secara sporadis hingga ke Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kulonprogo. Persebaran abu ini tergantung angin yakni ke arah selatan dan barat. BPBD menyebut sejuah ini tidak ada korban dalam peristiwa erupsi freatik Gunung Merapi ini.
Sementara itu, Kepala Seksi Kesehatan dan Rujukan Khusus Dinas Kesehatan DIY, dr Anung Trihadi mengingatkan, abu yang berasal dar erupsi Merapi ini tidak baik untuk kesehatan. Karena material abu sangat kecil, maka sangat rentan masuk ke pernapasan melalui hidung dan mulut.
Untuk itu, Anung menyarankan agar jika tidak terpaksa masyarakat tidak perlu keluar rumah. “Kalaupun keluar rumah harus pakai pelindung masker dan kacamata. Abu ini bisa menyebabkan iritasi mata dan bagi beberapa orang yang alergi saluran pernafasan bisa mengakibatkan sesak,” tegasnya.
Masyarakat pun diminta tenang. “Ini letusan freatik bukan magmatik. Erupsinya lebih dominan gas dan abu,” terang terang Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Huamidah.
Hanik menjelaskan, setiap gunung berapi akan terus mengeluarkan gas, jika ada material sisa erupsi sebelumnya menjadi padat, maka sebagian gas yang harusnya keluar terhalang sehingga terakumulasi.
Akibat akumulasi ini ditambah panas dan uap air dari badan gunung mengakibatkan tekanan yang akhirnya menyebabkan letusan freatik. Letusan ini didominasi gas dan mengeluarkan abu.“Letusan freatik tidak ada gejala awal,” tegasnya.
Hamidah menghimbau masyarakat tetap tenang. Menurutnya, sampai Jumat sore kemarin kondisi Gunung Merapi masih stabil. Meski demikian Hamidah tetap mengingatkan agar kawasan Merapi dengan radius dua kilometer dari puncak tetap harus diseterilkan. “Saat (kondisi) normal saja memang radius dua kilometer harus steril,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD DIY Biworo Yuswantono menyebut warga yang sebelumnya mengungsi sudah muli kembali ke rumah masing-masing. Hingga Jumat siang tercatat tinggal 190 warga yang masih mengungsi di Purwobinangun. “Itupun berangsur-angsur sudah mulai kembali ke rumah masing-masing,” terangnya.
Berdasarkan laporan, abu akibat erupsi ini terbawa angin secara sporadis hingga ke Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kulonprogo. Persebaran abu ini tergantung angin yakni ke arah selatan dan barat. BPBD menyebut sejuah ini tidak ada korban dalam peristiwa erupsi freatik Gunung Merapi ini.
Sementara itu, Kepala Seksi Kesehatan dan Rujukan Khusus Dinas Kesehatan DIY, dr Anung Trihadi mengingatkan, abu yang berasal dar erupsi Merapi ini tidak baik untuk kesehatan. Karena material abu sangat kecil, maka sangat rentan masuk ke pernapasan melalui hidung dan mulut.
Untuk itu, Anung menyarankan agar jika tidak terpaksa masyarakat tidak perlu keluar rumah. “Kalaupun keluar rumah harus pakai pelindung masker dan kacamata. Abu ini bisa menyebabkan iritasi mata dan bagi beberapa orang yang alergi saluran pernafasan bisa mengakibatkan sesak,” tegasnya.
(pur)