Gubernur Sulbar Apresiasi HUT Kabupaten Pasangkayu Ke-15
A
A
A
PASANGKAYU - Gubernur Sulbar, Ali Baal Masdar, mengaku mengapresiasi perayaan hari jadi Kabupaten Pasangkayu ke-15. Gubernur berharap di hari jadinya yang ke 15 tahun ini, menjadi momen kebangkitan bagi masyarakat dan Pemkab Pasangkayu. Apa lagi tema yang diangkat tahun ini, adalah ‘Pasangkayu Bangkit’. Tema itu diharap benar-benar bisa direalisasikan. Itu disampaikannya saat menghadiri acara hari jadi Kabupaten Pasangkayu ke-15, Rabu (18/4/2018).
“Ini pertama kalinya ulang tahun memakai nama Pasangkayu. Kabupaten ini telah memberi kontribusi di Sulbar, mudah-mudahan ini terus dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Insya Allah kami di provinsi akan tetap konsisten membantu pembangunan di Pasangkayu, agar kabupaten ini terus berkembang dan maju,” ujarnya.
Upacara ini dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi di Sulbar, diantaranya Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar, Kapolda Sulbar Brigjen Pol Baharuddin Djafar, Danrem 142/Tatag Kol Inf Taufik Shobri, Bupati Pasangkayu Agus Ambo Djiwa, Wakil Bupati Muhammad Saal, Ketua DPRD Pasangkayu Lukman Said. Hadir juga perwakilan-perwakilan Pemkab se Sulbar.
Bupati Agus Ambo Djiwa, menyampaikan, perayaan hari jadi kabupaten yang ke 15 ini, adalah momentum kebangkitan bagi kabupaten yang diperjuangkannya 15 tahun silam ini. Dalam artian, apa yang telah diraih selama ini, akan lebih ditingkatkan di masa-masa mendatang.
Bupati Agus Ambo Djiwa dalam satu kesempatan berdiskusi dengan Koran SINDO, sejarah dinamakan Pasangkayu karena ada sepasang kayu mangrove sebagai penanda daerah ini.
"Sampai kini masih berdiri dua kayu tersebut. Nantinya sepasang kayu tersebut akan kami pugar lalu dijadikan ikon daerah,” kata Bupati Pasangkayu Agus Ambo Djiwa.
Dia bercerita proses penggantian nama tersebut yang tidak mudah dan melalui banyak proses. Namun hal itu harus dilakukan demi sebuah identitas daerah yang tidak boleh setengah-setengah.
Selama ini masalah yang ditimbulkan nama terdahulu cukup signifikan. Banyak orang yang keliru membedakan Mamuju atau Mamuju Utara. Bahkan yang paling fatal adalah kesalahan dalam administrasi transfer dana daerah.
“Pernah ada tamu saya jemput di Bandara Palu, sedangkan dia mendarat di Mamuju. Sementara dari Mamuju ke Pasangkayu butuh 5 atau 6 jam perjalanan. Bahkan Pak Jokowi juga berpikir sudah sampai ke kabupaten saya karena tiba di Mamuju, padahal ternyata belum sampai,” cerita Agus.
Kabupaten Pasangkayu ini berhasil berdiri hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju melalui rekomendasi Provinsi Sulawesi Barat dan persetujuan kabupaten induk yaitu Kabupaten Mamuju.
Setelah melewati proses yang berjalan 1 tahun lebih, akhirnya berdirilah kabupaten pemekaran yang diberi nama Mamuju Utara pada 25 Februari 2003. Ada pun pencetus kabupaten pemekaran ini adalah duet Yaumil RM Ambo Djiwa dan Agus Ambo Djiwa, bersama tokoh-tokoh lainnya.
“Ini pertama kalinya ulang tahun memakai nama Pasangkayu. Kabupaten ini telah memberi kontribusi di Sulbar, mudah-mudahan ini terus dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Insya Allah kami di provinsi akan tetap konsisten membantu pembangunan di Pasangkayu, agar kabupaten ini terus berkembang dan maju,” ujarnya.
Upacara ini dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi di Sulbar, diantaranya Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar, Kapolda Sulbar Brigjen Pol Baharuddin Djafar, Danrem 142/Tatag Kol Inf Taufik Shobri, Bupati Pasangkayu Agus Ambo Djiwa, Wakil Bupati Muhammad Saal, Ketua DPRD Pasangkayu Lukman Said. Hadir juga perwakilan-perwakilan Pemkab se Sulbar.
Bupati Agus Ambo Djiwa, menyampaikan, perayaan hari jadi kabupaten yang ke 15 ini, adalah momentum kebangkitan bagi kabupaten yang diperjuangkannya 15 tahun silam ini. Dalam artian, apa yang telah diraih selama ini, akan lebih ditingkatkan di masa-masa mendatang.
Bupati Agus Ambo Djiwa dalam satu kesempatan berdiskusi dengan Koran SINDO, sejarah dinamakan Pasangkayu karena ada sepasang kayu mangrove sebagai penanda daerah ini.
"Sampai kini masih berdiri dua kayu tersebut. Nantinya sepasang kayu tersebut akan kami pugar lalu dijadikan ikon daerah,” kata Bupati Pasangkayu Agus Ambo Djiwa.
Dia bercerita proses penggantian nama tersebut yang tidak mudah dan melalui banyak proses. Namun hal itu harus dilakukan demi sebuah identitas daerah yang tidak boleh setengah-setengah.
Selama ini masalah yang ditimbulkan nama terdahulu cukup signifikan. Banyak orang yang keliru membedakan Mamuju atau Mamuju Utara. Bahkan yang paling fatal adalah kesalahan dalam administrasi transfer dana daerah.
“Pernah ada tamu saya jemput di Bandara Palu, sedangkan dia mendarat di Mamuju. Sementara dari Mamuju ke Pasangkayu butuh 5 atau 6 jam perjalanan. Bahkan Pak Jokowi juga berpikir sudah sampai ke kabupaten saya karena tiba di Mamuju, padahal ternyata belum sampai,” cerita Agus.
Kabupaten Pasangkayu ini berhasil berdiri hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju melalui rekomendasi Provinsi Sulawesi Barat dan persetujuan kabupaten induk yaitu Kabupaten Mamuju.
Setelah melewati proses yang berjalan 1 tahun lebih, akhirnya berdirilah kabupaten pemekaran yang diberi nama Mamuju Utara pada 25 Februari 2003. Ada pun pencetus kabupaten pemekaran ini adalah duet Yaumil RM Ambo Djiwa dan Agus Ambo Djiwa, bersama tokoh-tokoh lainnya.
(sms)