Kembangkan Kasus Skimming, Polda Metro Kerja Sama dengan Interpol

Kembangkan Kasus Skimming, Polda Metro Kerja Sama dengan Interpol
A
A
A
JAKARTA - Polda Metro Jaya masih terus mengembangkan kasus skimming atau pencurian data nasabah bank di Indonesia. Dalam hal ini Polda Metro Jaya akan bekerja sama dengan International Criminal Police Organization atau Organisasi Polisi Kriminalitas Internasional (Interpol).
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Pol Nico Afinta mengatakan, jumlah uang milik nasabah bank yang diambil pelaku secara langsung hanya beberapa saja. Itupun digunakan untuk kebutuhan sehari-hari pelaku saja, seperti menyewa hotel dan makan. Sisanya ditransfer ke rekening yang ada di luar negeri.
"Maka itu, kami akan bekerja sama dengan pihak perbankan, BI, dan Interpol untuk mengembangkan kasus ini," ujar Nico kepada wartawan, Sabtu (17/3/2018). (Baca: Pencuri Uang Nasabah Bank Beraksi Sejak Juli 2017)
Dalam aksinya menguras saldo puluhan nasabah bank di Indonesia, pelaku yang berjumlah lima orang memiliki peran masing-masing. Saat menjalankan aksinya para pelaku membagi tiga peran. Pertama, ada pelaku yang berperan sebagai penyedia alat skimming berupa hardware, software, kamera, dan alat skimming. Semua alat itu diimpor dari luar negeri.
"Kedua, ada yang mengoperasionalkan alat skimming itu, yakni yang memasang di titik-titik mesin ATM di beberapa wilayah di Indonesia, mengawasi, dan menentukan sasarannya," sebut Nico.
Adapun peran ketiga, ada yang bertugas mengambil data nasabah, lalu memasukannya ke dalam kartu ATM kosong, kemudian menguras uang milik nasabah bank tersebut di mesin ATM.
Data nasabah bank itu dapat terekam alat skimming manakala terdapat calon korban yang tengah melakukan transaksi di sebuah mesin ATM yang sudah dipasangi alat skimming.
"Polanya, pelaku ini mentransfer uang milik korban ke rekening yang sudah disiapkan, atau dipindahkan ke Bitcoin untuk mengelabuhi petugas," tuturnya. (Baca: Ringkus Penguras Saldo Nasabah Bank, Pelaku WNA Hungaria dan Rumania)
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Pol Nico Afinta mengatakan, jumlah uang milik nasabah bank yang diambil pelaku secara langsung hanya beberapa saja. Itupun digunakan untuk kebutuhan sehari-hari pelaku saja, seperti menyewa hotel dan makan. Sisanya ditransfer ke rekening yang ada di luar negeri.
"Maka itu, kami akan bekerja sama dengan pihak perbankan, BI, dan Interpol untuk mengembangkan kasus ini," ujar Nico kepada wartawan, Sabtu (17/3/2018). (Baca: Pencuri Uang Nasabah Bank Beraksi Sejak Juli 2017)
Dalam aksinya menguras saldo puluhan nasabah bank di Indonesia, pelaku yang berjumlah lima orang memiliki peran masing-masing. Saat menjalankan aksinya para pelaku membagi tiga peran. Pertama, ada pelaku yang berperan sebagai penyedia alat skimming berupa hardware, software, kamera, dan alat skimming. Semua alat itu diimpor dari luar negeri.
"Kedua, ada yang mengoperasionalkan alat skimming itu, yakni yang memasang di titik-titik mesin ATM di beberapa wilayah di Indonesia, mengawasi, dan menentukan sasarannya," sebut Nico.
Adapun peran ketiga, ada yang bertugas mengambil data nasabah, lalu memasukannya ke dalam kartu ATM kosong, kemudian menguras uang milik nasabah bank tersebut di mesin ATM.
Data nasabah bank itu dapat terekam alat skimming manakala terdapat calon korban yang tengah melakukan transaksi di sebuah mesin ATM yang sudah dipasangi alat skimming.
"Polanya, pelaku ini mentransfer uang milik korban ke rekening yang sudah disiapkan, atau dipindahkan ke Bitcoin untuk mengelabuhi petugas," tuturnya. (Baca: Ringkus Penguras Saldo Nasabah Bank, Pelaku WNA Hungaria dan Rumania)
(thm)