44 Pasar di Solo Ditargetkan Terapkan E-Retribusi
A
A
A
SOLO - Pemkot Solo, Jawa Tengah, menargetkan seluruh pasar tradisional di wilayahnya menerapkan retribusi elektronik (e-retribusi) di tahun 2018. Dari 44 pasar tradisional, 13 pasar diantaranya telah menggunakan teknologi aplikasi e-retribusi.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Solo Subagiyo mengatakan, pemasangan aplikasi e-retribusi kembali akan dilakukan di 14 pasar. Setelah itu, terus berlanjut hingga diharapkan tuntas Desember mendatang. Pihaknya telah mengevaluasi e-retribusi yang berlangsung setahun terakhir. “Hasilnya pendapatan dari sektor retribusi pasar meningkat drastis,” ungkap Subagiyo, di Solo, Jawa Tengah, Selasa (13/3/2018) kemarin.
Sebelum tahun 2017, retribusi pasar hanya sekitar Rp15 miliar/tahun. Sedangkan di tahun 2017 setelah sebagian pasar diterapkan e-retribusi, pendapatan mencapai Rp20,4 miliar. Penggunaan mesin khusus membuat kebocoran dapat dikurangi. Bahkan tingkat kebocoran diklaim nyaris tidak ada.
“Sebab semua tercatat. Siapa yang sudah membayar dan yang belum dapat diketahui,” bebernya.
Transaksi pembayaran semuanya melalui mesin dan tidak lewat petugas. Setelah semuanya diterapkan e-retribusi, target pendapatan diharapkan naik lagi dan dipatok mencapai Rp23 miliar/tahun. Pendapatan dari pasar tradisional paling besar dari sektor retribusi.
“Sedangkan lainnya dari pemasukan penjualan kios, los pasar, reklame, dan sumber lain,” bebernya.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo (Rudy) menegaskan, meski statusnya pasar tradisional, namun pengelolaannya harus didorong secara modern. Selain itu, pelayanan kepada pedagang harus maksimal. “Kalau perlu yang pasar wisata, pedagangnya diharapkan bisa bahasa Inggris,” ucap Rudy.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Solo Subagiyo mengatakan, pemasangan aplikasi e-retribusi kembali akan dilakukan di 14 pasar. Setelah itu, terus berlanjut hingga diharapkan tuntas Desember mendatang. Pihaknya telah mengevaluasi e-retribusi yang berlangsung setahun terakhir. “Hasilnya pendapatan dari sektor retribusi pasar meningkat drastis,” ungkap Subagiyo, di Solo, Jawa Tengah, Selasa (13/3/2018) kemarin.
Sebelum tahun 2017, retribusi pasar hanya sekitar Rp15 miliar/tahun. Sedangkan di tahun 2017 setelah sebagian pasar diterapkan e-retribusi, pendapatan mencapai Rp20,4 miliar. Penggunaan mesin khusus membuat kebocoran dapat dikurangi. Bahkan tingkat kebocoran diklaim nyaris tidak ada.
“Sebab semua tercatat. Siapa yang sudah membayar dan yang belum dapat diketahui,” bebernya.
Transaksi pembayaran semuanya melalui mesin dan tidak lewat petugas. Setelah semuanya diterapkan e-retribusi, target pendapatan diharapkan naik lagi dan dipatok mencapai Rp23 miliar/tahun. Pendapatan dari pasar tradisional paling besar dari sektor retribusi.
“Sedangkan lainnya dari pemasukan penjualan kios, los pasar, reklame, dan sumber lain,” bebernya.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo (Rudy) menegaskan, meski statusnya pasar tradisional, namun pengelolaannya harus didorong secara modern. Selain itu, pelayanan kepada pedagang harus maksimal. “Kalau perlu yang pasar wisata, pedagangnya diharapkan bisa bahasa Inggris,” ucap Rudy.
(rhs)