Ratu Bagus Kuning, Wanita Sakti Penyebar Agama Islam di Palembang

Jum'at, 23 Februari 2018 - 05:00 WIB
Ratu Bagus Kuning, Wanita...
Ratu Bagus Kuning, Wanita Sakti Penyebar Agama Islam di Palembang
A A A
Provinsi Sumatera Selatan yang beribukota di Palembang merupakan salah satu provinsi dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di Indonesia.

Menurut catatan sejarah, penyebaran agama Islam di Palembang sendiri terjadi pada zaman kesultanan Palembang tepatnya di abad ke-16.

Salah satu tokoh penyebaran agama Islam di Palembang tersebut yakni seorang perempuan yang memiliki kesaktian tinggi bernama Putri Mulya Syarifah Mahani binti Syekh Dik Syekh Zainal Abidin Al Abib Yama dari Putra Sayyidina Hussein r.a bin Sayyidina Ali.

Putri Mulya Syarifah Mahani merupakan murid dari sembilan wali di pulau Jawa yang kerap disebut dengan wali songo. Putri Mulya Syarifah Mahani memutuskan melakukan perjalanan ke Palembang untuk menyebarkan agama Islam, setelah dirinya mendapatkan bisikan gaib.

Jalan yang dilalui Putri Mulya Syarifah Mahani ke Palembang tidaklah mudah. Termasuk juga ajaran yang dibawanya, tidak serta merta diterima langsung oleh masyarakat di tempat yang ia singgahi.

Sampai suatu ketika, tibalah Putri Mulya Syarifah Mahani di kawasan Batanghari Sembilan. Di kawasan itu, Putri Mulya Syarifah Mahani dihadang oleh sekelompok pendekar berjumlah 11 orang yang memiliki ilmu tinggi.

Namun, berbekal kesaktian yang dimilikinya, Putri Mulya Syarifah Mahani mampu mengalahkannya dan 11 pendekar tersebut memutuskan untuk memeluk agama Islam dan dijadikan penghulu oleh Putri Mulya Syarifah Mahani.

11 pendekar Batanghari Sembilan yang dijadikan penghulu tersebut yakni Kuncung Emas, Datuk Buyung, Panglima Gede, Panglima Bisu, Syekh Ali Akbar, Panglima Apo, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Idrus, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako dan Bujang Juaro.

Penghulu tersebut menjadi pengikut setia Putri Mulya Syarifah Mahani dan selalu menemani langkah Putri Mulya Syarifah Mahani dalam penyebaran agama Islam.

Usai mengusai wilayah Batanghari, Putri Mulya Syarifah Mahani dan 11 penghulunya kembali melakukan perjalanan dan tiba di sebuah dataran di bagian hulu kota Palembang atau yang saat berada di Jalan DI Panjaitan, Kelurahan Bagus Kuning, Kecamatan Plaju, Palembang, untuk beristirahat.

Tanpa diduga, rupanya kawasan itu merupakan kerajaan siluman kera. Siluman kera yang sejak awal sudah mengetahui kedatangan Putri Mulya Syarifah Mahani dan rombongannya langsung murka saat Putri Mulya Syarifah Mahani berniat beristirahat di tempat itu.

Bahkan, untuk mengusir Putri Mulya Syarifah Mahani dan rombongannya, para siluman tersebut menantang Putri Mulya Syarifah Mahani untuk bertempur.

Namun karena tak ingin mengorbankan 11 penghulunya, Putri Mulya Syarifah Mahani pun meminta agar pertarungan itu hanya dilakukan oleh ia dan raja siluman kera sebagai pemimpin dengan syarat pihak yang kalah dalam pertarungan harus tunduk dan menjadi pengikut pihak yang menang.

Raja siluman kera pun menyanggupinya hingga akhirnya pertarungan keduanya terjadi. Setelah beberapa lama bertarung, akhirnya raja siluman kera harus mengakui kesaktian yang dimiliki Putri Mulya Syarifah Mahani.

Raja siluman kera bersama pengikutnya akhirnya bersujud di kaki Putri Mulya Syarifah Mahani. Setelah kalah dari pertemuran itu, siluman kera tersebut akhirnya menjadi pengikut Putri Mulya Syarifah Mahani.

Sejak saat itu, Putri Mulya Syarifah Mahani dijadikan Ratu dengan gelar Bagus Kuning. Bahkan, Ratu Bagus Kuning pun membuat keraton dan menetap di kawasan tersebut.

Hingga akhir hayatnya, Ratu Bagus Kuning bersama pengikutnya tetap menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru Sumatera Selatan.

Untuk diketahui, Ratu Bagus Kuning dikenal sebagai Pendekar tujuh Penguasa Laut dari Batang Kapur Muara Sungsang, Selat Sunda sampai ke Selat Malaka. Selain itu, Ratu Bagus kuning juga mahir dalam hal pengobatan.

Saat ini, sisa-sisa keberadaan keraton milik Ratu Bagus Kuning sudah tidak ada. Sebab, lokasi keraton Ratu Bagus Kuning tersebut sejak zaman kolonial belanda sudah dibangun perumahan karyawan perusahaan perminyakan yang kini bernama PT Pertamina. Namun untuk makamnya sendiri, hingga kini masih berdiri kokoh. Tempatnya saat ini, berada di tepi sungai musi persis di belakang Stadion Patra Jaya Jalan DI Panjaitan.

Setelah meninggal dunia, makam Ratu Bagus Kuning yang berada di tepian sungai musi persisnya di belakang Stadion Patra Jaya Plaju, Palembang, masih kerap didatangi para peziarah.

Konon, hingga saat ini makam tersebut disebut-sebut masih dijaga oleh para siluman kera berekor panjang yang menjadi pengikut setia Ratu Bagus Kuning.

Tokoh masyarakat setempat, Zainuddin mengatakan, menurut cerita makam Ratu Bagus Kuning dijaga oleh 41 ekor kera. Kera tersebut dipercaya sebagai kera siluman pengikut Ratu Bagus Kuning.

"Ada juga kelompok kera yang berada di luar kawasan komplek pemakaman. Sering terlihat juga di pinggir jalan. Dari ceritanya, kera ini ada dua kelompok. Meski pun mereka ini sama, tapi akan saling berkelahi jika bertemu, karena kera yang berada di luar komplek pemakaman disebut pembangkang," kata Zainuddin.

Dimana kata Zainuddin, kera di luar komplek pemakaman dipimpin oleh kera bernama Kondor. Sementara di dalan komplek pemakamana dipimpin oleh dua kera bernama Matalu dan Labadu. Namun, ketiga kera penguasa tersebut sejak satu tahun lalu telah mati. "Di dalam pemakaman juga ada ratu kera yang sangat besar. Namun ratu kera tersebut hanya akan muncul disaat yang tak terduga," tuturnya.

Makam Ratu Bagus Kuning sendiri berada di dalam kubah bersama makam seorang penghulu Syekh Ali Akbar. Sementara makam 10 penghulu lainnya yakni, Kuncung Emas, Datuk Buyung, Panglima Gede, Panglima Bisu, Panglima Apo, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Idrus, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako dan Bujang Juaro, berada di luar kubah.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6404 seconds (0.1#10.140)