Simulasi Pengamanan Pilkada Berlangsung Dramatis
A
A
A
PALEMBANG - Simulasi pengamanan Pilkada Serentak yang dilakukan jajaran Polda Sumatera Selatan (Sumsel) dan TNI di Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang berlangsung dramatis.
Dalam simulasi tersebut, para personel Polri dan TNI memperagakan empat adegan penanganan konflik massa pendukung pasangan calon kepala daerah yang kerap terjadi mulai dari hari pencoblosan hingga usai penghitungan suara.
Dimana dalam simulasi menceritakan saat jadwal kampanye salah satu pasangan calon kepala daerah. Ketika sedang berkampanye di jalan raya, tiba-tiba mobil yang dikendarai oleh calon kepala daerah tersebut dihadang kawanan bandit yang akan menculiknya.
Polisi yang mengetahui adanya kejadian langsung melakukan pengejaran. Bahkan, aksi baku tembak antara kawanan bandi dan polisi tak dapat dihindarkan. Berkat kesigapan aparat, calon kepala daerah tersebut dapat diselamatkan dan kawanan bandit dapat dilumpuhkan.
Lalu pada hari pemungutan suara, di salah satu TPS terjadi kericuhan lantaran sekelompok massa memaksa untuk ikut memberikan hak suaranya. Padahal sekelompok massa tersebut tidak terdaftar di TPS tersebut. Lagi-lagi, polisi dan TNI yang memantau di TPS itupun dapat meredakan situasi sehingga kericuhan tidak meluas.
Kemudian, saat akan digelarnya penghitungan, kantor KPU Kota Palembang digemparkan dengan penemuan tas yang diduga berisi bom. Kabar tersebut juga masyarakat di sekitar kantor KPU langsung menyelamatkan diri.
Ketegangan adanya teror bom tersebut sempat dirasakan beberapa jam, sebelum akhirnya tim Gegana Brimob Polda Sumsel mengamankan tas berisi bom tersebut.
Setelah beberapa saat memastikan tas tersebut benar berisikan bom, tim Gegana pun langsung melakukan peledakan di suatu lokasi dengan radius ratusan meter dari keramaian warga.
Tidak sampai disitu, kericuhan kembali terjadi bahkan semakin memanas. Dimana ribuan pendukung pasangan calon yang tidak terima kekalahan calon kepala daerahnya, melakukan aksi turun ke jalan.
Bahkan, aksi yang semula berlangsung damai menjadi menegangkan setelah massa merasa keinginannya tidak terpenuhi. Massa mencoba merangsek menerobos barikade polisi dengan cara mendorong maupun melakukan pelemparan. Tidak hanya itu, diantara massa itu juga nekat membakar ban di tengah jalan.
Meski sudah dihalau dengan disemprotkannya watercanon maupun tembakan gas air mata, tak membuat aksi massa berhenti. Sejumlah upaya penyerangan yang dilakukan massa terhadap petugas terus dilakukan. Selain itu mereka juga nekat melakikan penjarahan di beberapa minimarket di sekitar lokasi.
Aksi massa baru berhenti setelah aparat memberikan tindakan tegas kepada beberapa orang yang dianggap provokator insiden itu. Usai dilakukan negosiasi panjang, massa akhirnya membubarkan diri.
Dalam simulasi tersebut, para personel Polri dan TNI memperagakan empat adegan penanganan konflik massa pendukung pasangan calon kepala daerah yang kerap terjadi mulai dari hari pencoblosan hingga usai penghitungan suara.
Dimana dalam simulasi menceritakan saat jadwal kampanye salah satu pasangan calon kepala daerah. Ketika sedang berkampanye di jalan raya, tiba-tiba mobil yang dikendarai oleh calon kepala daerah tersebut dihadang kawanan bandit yang akan menculiknya.
Polisi yang mengetahui adanya kejadian langsung melakukan pengejaran. Bahkan, aksi baku tembak antara kawanan bandi dan polisi tak dapat dihindarkan. Berkat kesigapan aparat, calon kepala daerah tersebut dapat diselamatkan dan kawanan bandit dapat dilumpuhkan.
Lalu pada hari pemungutan suara, di salah satu TPS terjadi kericuhan lantaran sekelompok massa memaksa untuk ikut memberikan hak suaranya. Padahal sekelompok massa tersebut tidak terdaftar di TPS tersebut. Lagi-lagi, polisi dan TNI yang memantau di TPS itupun dapat meredakan situasi sehingga kericuhan tidak meluas.
Kemudian, saat akan digelarnya penghitungan, kantor KPU Kota Palembang digemparkan dengan penemuan tas yang diduga berisi bom. Kabar tersebut juga masyarakat di sekitar kantor KPU langsung menyelamatkan diri.
Ketegangan adanya teror bom tersebut sempat dirasakan beberapa jam, sebelum akhirnya tim Gegana Brimob Polda Sumsel mengamankan tas berisi bom tersebut.
Setelah beberapa saat memastikan tas tersebut benar berisikan bom, tim Gegana pun langsung melakukan peledakan di suatu lokasi dengan radius ratusan meter dari keramaian warga.
Tidak sampai disitu, kericuhan kembali terjadi bahkan semakin memanas. Dimana ribuan pendukung pasangan calon yang tidak terima kekalahan calon kepala daerahnya, melakukan aksi turun ke jalan.
Bahkan, aksi yang semula berlangsung damai menjadi menegangkan setelah massa merasa keinginannya tidak terpenuhi. Massa mencoba merangsek menerobos barikade polisi dengan cara mendorong maupun melakukan pelemparan. Tidak hanya itu, diantara massa itu juga nekat membakar ban di tengah jalan.
Meski sudah dihalau dengan disemprotkannya watercanon maupun tembakan gas air mata, tak membuat aksi massa berhenti. Sejumlah upaya penyerangan yang dilakukan massa terhadap petugas terus dilakukan. Selain itu mereka juga nekat melakikan penjarahan di beberapa minimarket di sekitar lokasi.
Aksi massa baru berhenti setelah aparat memberikan tindakan tegas kepada beberapa orang yang dianggap provokator insiden itu. Usai dilakukan negosiasi panjang, massa akhirnya membubarkan diri.
(nag)