Kerja Sama Sister Province Jawa Barat-Australia Selatan Akan Diperluas

Senin, 29 Januari 2018 - 20:37 WIB
Kerja Sama Sister Province...
Kerja Sama Sister Province Jawa Barat-Australia Selatan Akan Diperluas
A A A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ahmad Heryawan telah selesai dari lawatan kerjanya di Australia Selatan, 23-29 Januari 2018 lalu.

Berbagai program kerja yang merupakan kesepakatan kerja sama antara Pemprov Jabar dan Australia Selatan akan ditindaklanjuti dengan ruang lingkup program kerja yang diperluas.

Diketahui, dalam lawatan kerjanya itu, Gubernur yang akrab disapa Aher itu menyatakan, kerja sama Sister Province yang dibangun Pemprov Jabar dan Pemerintah Australia Selatan merupakan kerja sama yang paling harmonis dan terbaik.

"Kami kerja sama dengan berbagai negara. Kami harus berterus terang, di antara yang terbaik, kerja sama dengan South Australia ini menjadi yang paling baik," ungkap Aher.

Disebutkan Aher, selama dua tahun berjalan, sebanyak 17 program dari 22 program kerja sama yang dibangun lewat Sister Province telah berjalan dengan baik. Dengan kesuksesan yang telah diraih itu, Aher menginginkan jalinan kerja sama yang dibangun Pemprov Jabar-Australia Selatan terus ditingkatkan.

Kepala Biro Pemerintahan dan Kerja Sama Provinsi Jabar Taufik Budi Santoso mengatakan, pihaknya bersama jajaran terkait akan segera menindaklanjuti butir-butir kesepakatan yang telah dicapai dalam kerja sama yang telah terjalin apik sejak 2015 lalu itu.

Langkah paling dekat, yakni menyusun rencana kerja ke depan lewat program bernama Joint Working Group Meeting (JWGM). "Tahun ini kita akan melakukan JWGM dua kali karena JWGM 2017 tidak dilakukan karena satu dan lain hal. Kemungkinan, paling cepat April (2018) JWGM akan digelar di Bandung dan JWGM 2018 akan digelar September di Adelaide," tutur Taufik di Bandung, Senin (29/1/2018).

Tindak lanjut lainnya yang segera direalisasikan, yakni pembangunan public art work di kawasan Lapangan Gasibu, Kota Bandung. Public art work akan menjadi simbol kerja sama yang telah terjalin erat antara Jabar dan Australia Selatan yang bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat.

"Rencananya, public art work ini akan diresmikan saat JWGM 2017 digelar April nanti atau setidaknya pertengahan tahun ini," kata Taufik.

Karena itu, pihaknya segera mengintegrasikan kolaborasi seniman Jabar dan Australia Selatan sebagai pencipta publik art work, termasuk sisi pembiayaannya yang didukung Bank Jabar Banten (BJB) demi percepatan pembangunan ikon berupa karya seni interaktif itu.

"Dari sisi anggaran, BJB sudah menyatakan kesiapannya. Sehingga, Mei atau Juni bisa diresmikan," tegasnya.

Sementara itu, Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Jabar Eddy IM Nasution mengingatkan, hal terpenting dari seluruh kerja sama yang dibangun Pemprov Jabar dan Pemerintah Australia Selatan adalah adanya jadwal kerja yang disepakati bersama.

"Tidak tertutup kemungkinan kita melakukan investasi, misalnya di bidang peternakan. Terlebih kita tahu bahwa lahan (untuk peternakan) di Jabar sudah sempit, sementara di Australia masih sangat luas. Hasilnya bisa kita impor lagi atau diekspor pengusaha kita langsung dari Australia," paparnya.

Terpisah, Konsul/Kepala Perwakilan RI Darwin Dicky Soerjanatamihardja mengapresiasi hubungan kerja sama yang dibangun Pemprov Jabar dan Pemerintah Australia Selatan. Namun, Dicky memberikan catatan bahwa dalam hubungan kerja sama tersebut, Indonesia, khususnya Jabar, jangan selalu dilihat sebagai target market.

"Sebaliknya, kita harus jadikan Indonesia sebagai basis produksi, bukan hanya untuk masyarakat Australia, tapi juga dunia," katanya.

Dicky mengakui, selama ini Australia Selatan belum menjadikan Indonesia sebagai objek investasi.
Karenanya, pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk mendorong masuknya investasi ke Indonesia.

Diakuinya, belum maksimalnya asistensi pemerintah pusat dan daerah serta kepastian hukum selalu jadi cerita para investor. Para investor, kata Dicky, umumnya menginginkan agar Indonesia mengikuti cara-cara mereka terlebih dahulu.

"Tapi saya katakan kepada mereka, you harus mau terima resiko bisnis. Resiko pasti selalu ada, tapi kalau you tidak mau terima resiko itu, you gak akan pernah masuk Indonesia," pungkas Dicky.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4771 seconds (0.1#10.140)