Belasan Peluru Senapan Angin Ditemukan di Bangkai Orangutan Tanpa Kepala
A
A
A
PALANGKARAYA - Tim dokter forensik Polda Kalteng menemukan belasan peluru senapan angin di bangkai orangutan yang ditemukan tanpa kepala di Sungai Barito, Desa Kalahien, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan (Barsel), Kalimantan Tengah. Hal ini diketahui setelah tim dokter forensik melakukan autopsi terhadap primata dilindungi ini.
“Ditemukan belasan peluru senapan angin ditubuh bangkai orangutan tersebut. Namun terkait apa penyebabnya belum bisa disimpulkan,” ujar Ida seorang dokter forensik kepolisian Polda Kalteng, usai melakukan autopsi, Kamis (18/1/2018).
Sebelumnya, Seekor orangutan tanpa kepala dan bulunya menghilang ditemukan tewas mengambang di Sungai Barito, Desa Kalahien, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan (Barsel), Kalimantan Tengah.
Manager Perlindungan Habitat, Center for Orangutan Protection (COP), Ramadhani mengatakan, bangkai orangutan itu ditemukan dengan kondisi sangat mengenaskan. Yakni, tanpa kepala dan seluruh bulu ditubuhnya sudah tidak ada.
"Orangutan itu ditemukan warga pada Senin (15/1/2018), saat itu juga sudah dikubur. seharusnya diautopsi dahulu untuk mengetahui kematian orangutan itu sebabnya apa tapi sudah terlanjur dikubur,” kata Dhani saat dihubungi MNC media, Rabu (17/1/2018).
Setelah melakukan overlay peta, habitat orangutan di sekitar lokasi itu sudah banyak tergerus oleh konsesi perkebunan kelapa sawit.
Terpisah, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, Adib Gunawan, orangutan itu diduga mati dibunuh.
"Ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik, seperti bekas sabetan senjata tajam. Kepala orangutan itu sampai sekarang belum ditemukan," ujar Adib melalui sambungan telepon.
Adib mengatakan, lokasi tempat awal diduga terjadinya pembunuhan terhadap orangutan jantan dewasa itu belum bisa dipastikan. "Diperkirakan, tubuh orangutan tersebut sudah hanyut mengikuti aliran sungai.”
Warga dan petugas sempat kerepotan saat memindahkan bangkai orangutan yang tergolong berat. Diperlukan tenaga empat orang dewasa untuk dapat mengangkatnya.
Karena sudah membusuk, petugas BKSDA dan warga langsung menguburkan orangutan itu di sekitar lokasi penemuannya. Namun Adib memastikan, pihaknya tetap akan menyelidiki penyebab kematian primata langka yang dilindungi undang-undang ini. "Antara lain, kami berkoordinasi dengan kepolisian dan mencari info dari masyarakat," ujarnya.
“Ditemukan belasan peluru senapan angin ditubuh bangkai orangutan tersebut. Namun terkait apa penyebabnya belum bisa disimpulkan,” ujar Ida seorang dokter forensik kepolisian Polda Kalteng, usai melakukan autopsi, Kamis (18/1/2018).
Sebelumnya, Seekor orangutan tanpa kepala dan bulunya menghilang ditemukan tewas mengambang di Sungai Barito, Desa Kalahien, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan (Barsel), Kalimantan Tengah.
Manager Perlindungan Habitat, Center for Orangutan Protection (COP), Ramadhani mengatakan, bangkai orangutan itu ditemukan dengan kondisi sangat mengenaskan. Yakni, tanpa kepala dan seluruh bulu ditubuhnya sudah tidak ada.
"Orangutan itu ditemukan warga pada Senin (15/1/2018), saat itu juga sudah dikubur. seharusnya diautopsi dahulu untuk mengetahui kematian orangutan itu sebabnya apa tapi sudah terlanjur dikubur,” kata Dhani saat dihubungi MNC media, Rabu (17/1/2018).
Setelah melakukan overlay peta, habitat orangutan di sekitar lokasi itu sudah banyak tergerus oleh konsesi perkebunan kelapa sawit.
Terpisah, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, Adib Gunawan, orangutan itu diduga mati dibunuh.
"Ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik, seperti bekas sabetan senjata tajam. Kepala orangutan itu sampai sekarang belum ditemukan," ujar Adib melalui sambungan telepon.
Adib mengatakan, lokasi tempat awal diduga terjadinya pembunuhan terhadap orangutan jantan dewasa itu belum bisa dipastikan. "Diperkirakan, tubuh orangutan tersebut sudah hanyut mengikuti aliran sungai.”
Warga dan petugas sempat kerepotan saat memindahkan bangkai orangutan yang tergolong berat. Diperlukan tenaga empat orang dewasa untuk dapat mengangkatnya.
Karena sudah membusuk, petugas BKSDA dan warga langsung menguburkan orangutan itu di sekitar lokasi penemuannya. Namun Adib memastikan, pihaknya tetap akan menyelidiki penyebab kematian primata langka yang dilindungi undang-undang ini. "Antara lain, kami berkoordinasi dengan kepolisian dan mencari info dari masyarakat," ujarnya.
(thm,whb)