Warga Batang Positif Difteri, Dinkes akan Imunisasi Ulang
A
A
A
BATANG - Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah akan memberikan imunisasi tambahan atau imuniasasi ulang kepada penderita KS yaitu ORI (Outbreak Respons Immunization). Imunisasi diberikan terhadap semua orang yang ada di desa penderita atau orang yang kontak dengan penderita, akan diberikan kepada orang dari usia 1 tahun sampai dewasa diimunisasi.
“Hari ini sudah mulai bergerak memberikan imunisasi, untuk umur kurang dari 5 tahun diberikan vaksin DPT, HB, HIB dan untuk umur 5 sampai 7 tahun vaksin DT, umur 7 tahun sampai dewasa TD supaya tahan terhadap kuman difteri,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang dr Hidayah Basbeth, saat konferensi pers di Bagian Humas Setda Batang, Jum'at (15 /12 /2017)
Dijelaskan juga bahwa Pemkab Batang telah menyiapkan rumah sakit untuk penderita difteri yaitu Rumah Sakit Daerah Limpung, dan Rumah Sakit Daerah Kalisar Batang, kedua rumah sakit tersebut telah memiliki ruang siolasi.
“Dua rumah sakit milik Pemkab tersebut sudah ada ruang isolasi, yaitu ruang kelas satu yang hanya orang tua yang boleh masuk dengan menggunkan masker dan alat pelindung diri,” katanya.
Kasus Difteri yang diderita KS warga Batang perempuan berusia 6 tahun dari Desa Banyuputih, yang sekarang masih diruang isolasi Rumah Sakit Karyadi Semarang dengan diagonas Tonsilitis difteri (difteri ringan), sehingga Pemerintah Kabupaten Batang hanya menetapkan status waspada dini.
“Penderita masuk tanggal 12 Desember positif difteri ringan, yang sekarang masih dalam ruang isolasi dan mendapat imunisasi secara lengkap, dokter merawat berkeyakinan selamat dengan mematikan kuman difterinya yang kurang lebih sampai dua minggu,” kata Hidayah Basbeth.
Di Batang ada dua, namun penderita kedua HA jenis kelamian laki-laki (14) dari Gringsing difterinya negatif, dan sekarang masih di rawat di Rumah Sakit Tugu Rejo, Semarang.
Hidayah Basbeth juga mengimbau agar masyarakat mengenali tanda – tanda penderita difteri yaitu demam ringan, tanda mirip infeksi akut tidak mau makan, nyeri menelan, 1-2 hari akan timbul membaran melekat putih kelabu menutupi tonsil dan dinding faring dan meluas ke rongga mulut, pembengkakan jaringan lunak leher/bull neck/ leher sapi, suara serak, ngeces, riwayat imunisasi tidak lengkap.
“Kami imbau kepada orang tua untuk mencegah difteri dengan memberikan imunisasi kepada anaknya secara lengkap, dan imunisasikan anak di Puskesmas atau tempat – tempat atau kilik resmi milik Pemerintah, karena di tempat lain kami tidak menjamin keaslian vaksin imunisasi tersebut,” kata Hidayah Basbeth.
“Hari ini sudah mulai bergerak memberikan imunisasi, untuk umur kurang dari 5 tahun diberikan vaksin DPT, HB, HIB dan untuk umur 5 sampai 7 tahun vaksin DT, umur 7 tahun sampai dewasa TD supaya tahan terhadap kuman difteri,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang dr Hidayah Basbeth, saat konferensi pers di Bagian Humas Setda Batang, Jum'at (15 /12 /2017)
Dijelaskan juga bahwa Pemkab Batang telah menyiapkan rumah sakit untuk penderita difteri yaitu Rumah Sakit Daerah Limpung, dan Rumah Sakit Daerah Kalisar Batang, kedua rumah sakit tersebut telah memiliki ruang siolasi.
“Dua rumah sakit milik Pemkab tersebut sudah ada ruang isolasi, yaitu ruang kelas satu yang hanya orang tua yang boleh masuk dengan menggunkan masker dan alat pelindung diri,” katanya.
Kasus Difteri yang diderita KS warga Batang perempuan berusia 6 tahun dari Desa Banyuputih, yang sekarang masih diruang isolasi Rumah Sakit Karyadi Semarang dengan diagonas Tonsilitis difteri (difteri ringan), sehingga Pemerintah Kabupaten Batang hanya menetapkan status waspada dini.
“Penderita masuk tanggal 12 Desember positif difteri ringan, yang sekarang masih dalam ruang isolasi dan mendapat imunisasi secara lengkap, dokter merawat berkeyakinan selamat dengan mematikan kuman difterinya yang kurang lebih sampai dua minggu,” kata Hidayah Basbeth.
Di Batang ada dua, namun penderita kedua HA jenis kelamian laki-laki (14) dari Gringsing difterinya negatif, dan sekarang masih di rawat di Rumah Sakit Tugu Rejo, Semarang.
Hidayah Basbeth juga mengimbau agar masyarakat mengenali tanda – tanda penderita difteri yaitu demam ringan, tanda mirip infeksi akut tidak mau makan, nyeri menelan, 1-2 hari akan timbul membaran melekat putih kelabu menutupi tonsil dan dinding faring dan meluas ke rongga mulut, pembengkakan jaringan lunak leher/bull neck/ leher sapi, suara serak, ngeces, riwayat imunisasi tidak lengkap.
“Kami imbau kepada orang tua untuk mencegah difteri dengan memberikan imunisasi kepada anaknya secara lengkap, dan imunisasikan anak di Puskesmas atau tempat – tempat atau kilik resmi milik Pemerintah, karena di tempat lain kami tidak menjamin keaslian vaksin imunisasi tersebut,” kata Hidayah Basbeth.
(sms)