Diduga Difteri, Meninggalnya Rafli Luput dari Pantauan Pemkab Purwakarta
A
A
A
PURWAKARTA - Terindikasi difteri, kasus meninggal dunianya Muhammad Rafli Zakwan Asykar (11) warga Kampung Krajan RT 4/1 Desa Maracang, Kecamatan Babakan Cikao, Kabupaten Purwakarta, luput dari pemantauan Pemkab Purwakarta. Padahal, bocah anak pasangan suami isteri Abdul Rahman (38) dan Sulastri (32) itu, meninggal dunia di RSUD Bayu Asih Purwakarta pada Jumat malam 8 Desember 2017.
Ketika itu, pihak rumah sakit sudah mengindikasikan gejalan klinis yang mengarah pada penyakit difteri. Pasien pun tidak sempat masuk ruangan karena diketahui telah menghembuskan nafasnya ketika sedang dalam perjalanan ke RSUD Bayu Asih.
Menurut ibu pasien, Sulastri, anak pertamanya itu awalnya mengeluh sakit tenggorokan dan nyeri menelan. Disangka panas dalam biasa, sehingga cukup dengam obat warungan berupa cairan pereda panas dalam.
Namun berkali-kali dikasih obat itu, penyakitnya tidak sembuh-sembuh. Bahkan kemudian, Rafli mengalami demam yang memaksa kedua orang tuanya untuk membawa ke rumah sakit.
"Kami tidak tahu jika penyakit itu terindiikasi difteri. Sekarang pun saya merasa khawatir dengan tiga adik-adiknya yang masih kecil-kecil, yakni yang masih berusia 10, 6, dan 4 tahun. Mereka kini juga mengalami demam. Sejauh ini belum ada penanganan khusus dari pemerintah setempat pascameninggalnya anak pertama kami," ungkap Sulastri kepada sejumlah awak media, Senin (11/12/2017).
Hal yang sangat disayangkan, berdasarkan kabar yang beredar, kepala desa setempat tidak melakukan langkah-langkah yang seharusnya dilakukan terkait kecurigaan adanya penyakit difteri.
Yang bersangkutan hanya sosialisasi kepada masyarakat setempat bahwa kasus itu bukanlah difteri. "Menurut keterangan dokter yang memeriksa, anak saya menderita gejala pembengkakan pada leher dan disertai demam. Namun kami menolak anak saya diautopsi sebagaimana saran dari rumah sakit,"ujar Sulastri.
Sementara itu, Kabid P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta Muhamad Zubaidi mengaku belum mendapat laporan secara terperinci terkait pasien itu.
"Kami baru akan melakukan observasi hari ini. Nanti akan saya kasih tahu hasilnya. Jadi sementara ini belum bisa memastikan apakah benar pasien itu meninggal dunia akibat difteri atau bukan,"ungkap Zubaidi melalui telepon selulernya kepada SINDOnews, Senin (11/12/2017).
Sekadar mengulas, Kabupaten Purwakarta berstatus kejadian luar biasa (KLB) difteri, menyusul 29 kasus yang muncul sepanjang 2017 ini. Bahkan beberapa waktu lalu, empat pasien sempat dirawat di sejumlah rumah sakit.
Ketika itu, pihak rumah sakit sudah mengindikasikan gejalan klinis yang mengarah pada penyakit difteri. Pasien pun tidak sempat masuk ruangan karena diketahui telah menghembuskan nafasnya ketika sedang dalam perjalanan ke RSUD Bayu Asih.
Menurut ibu pasien, Sulastri, anak pertamanya itu awalnya mengeluh sakit tenggorokan dan nyeri menelan. Disangka panas dalam biasa, sehingga cukup dengam obat warungan berupa cairan pereda panas dalam.
Namun berkali-kali dikasih obat itu, penyakitnya tidak sembuh-sembuh. Bahkan kemudian, Rafli mengalami demam yang memaksa kedua orang tuanya untuk membawa ke rumah sakit.
"Kami tidak tahu jika penyakit itu terindiikasi difteri. Sekarang pun saya merasa khawatir dengan tiga adik-adiknya yang masih kecil-kecil, yakni yang masih berusia 10, 6, dan 4 tahun. Mereka kini juga mengalami demam. Sejauh ini belum ada penanganan khusus dari pemerintah setempat pascameninggalnya anak pertama kami," ungkap Sulastri kepada sejumlah awak media, Senin (11/12/2017).
Hal yang sangat disayangkan, berdasarkan kabar yang beredar, kepala desa setempat tidak melakukan langkah-langkah yang seharusnya dilakukan terkait kecurigaan adanya penyakit difteri.
Yang bersangkutan hanya sosialisasi kepada masyarakat setempat bahwa kasus itu bukanlah difteri. "Menurut keterangan dokter yang memeriksa, anak saya menderita gejala pembengkakan pada leher dan disertai demam. Namun kami menolak anak saya diautopsi sebagaimana saran dari rumah sakit,"ujar Sulastri.
Sementara itu, Kabid P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta Muhamad Zubaidi mengaku belum mendapat laporan secara terperinci terkait pasien itu.
"Kami baru akan melakukan observasi hari ini. Nanti akan saya kasih tahu hasilnya. Jadi sementara ini belum bisa memastikan apakah benar pasien itu meninggal dunia akibat difteri atau bukan,"ungkap Zubaidi melalui telepon selulernya kepada SINDOnews, Senin (11/12/2017).
Sekadar mengulas, Kabupaten Purwakarta berstatus kejadian luar biasa (KLB) difteri, menyusul 29 kasus yang muncul sepanjang 2017 ini. Bahkan beberapa waktu lalu, empat pasien sempat dirawat di sejumlah rumah sakit.
(sms)