Keteladanan Mbah Dardak, Imam Besar Masjid Agung Trenggalek

Minggu, 03 Desember 2017 - 05:00 WIB
Keteladanan Mbah Dardak,...
Keteladanan Mbah Dardak, Imam Besar Masjid Agung Trenggalek
A A A
Ketokohan dan keteladanan KH Mochamad Dardak atau Mbah Dardak tidak asing bagi masyarakat Trenggalek, khususnya warga Nahdliyin. Kakek dari Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak ini dikenal sebagai imam besar masjid Agung Baitur Rachman Trenggalek.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Rosyidiah di Desa Ngares, Kecamatan Trenggalek, KH Imron Rosyidi punya kenangan tersendiri terhadap Mbah Dardak. "Ada dua imam besar Masjid Agung Trenggalek, yakni Kiai Yunus dan Kiai Dardak, kakeknya Bupati Emil (Emil Dardak). Sebagai imam besar Mbah Dardak kerap mengimami salat subuh, " tuturnya kepada Sindonews.com.

Kiai Imron Rosyidi memiliki hubungan cukup erat dengan Mbah Dardak. Pada era 80-an, Kiai Rosyidi yang juga mantan anggota DPRD PPP Trenggalek itu sama-sama aktif di Masjid Jami' Baiturrahman. "Hanya saja usia saya lebih muda. Saya masih nyantri, dan mbah Dardak dikenal sebagai ulama," paparnya.

Mbah Dardak, lanjut Kiai Rosyidi merupakan pegawai negeri sipil. Ayah mantan Wakil Menteri PU Hermanto Dardak juga dikenal sebagai guru agama. Meskipun bukan pengasuh pondok pesantren, namun Mbah Dardak dikenal sebagai ulama NU kultural.

"Seingat saya tidak duduk di struktur NU. Namun yang pasti ulama NU. Sebab yang bisa menjabat imam besar di masjid Trenggalek adalah orang NU," jelas Ketua Alumni Ponpes Lirboyo Kediri ini.

Kiai Rosyidin menjelaskan, Mbah Dardak merupakan sosok yang sabar dan kalem. Bahkan terkenal sebagai ulama yang rupawan atau ganteng. Selain itu juga cerdas, cermat dan teliti. "Mbah Dardak itu ganteng dan cerdas. Sama dengan Bupati Emil. Buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnya," terangnya sembari tertawa.

Terkait ketelitian Mbah Dardak, Kiai Rosyidi mengaku memiliki pengalaman yang membekas. Mbah Dardak pernah membawakannya kompas. Tidak tanggung tanggung, alat petunjuk arah itu dibawa langsung Mbah Dardak dari tanah suci Mekkah.

Kompas yang dibawa, kata Kiai Rosyidi untuk menjawab polemik ketepatan arah kiblat. Kompas untuk menjawab pro-kontra ulama terkait kiblat dengan memberi tanda garis pada lantai masjid. "Kompas itu dibawa Mbah Dardak sepulang dari haji. Petunjuk arah itu langsung disampaikan kepada saya, "kenangnya.

Informasi yang dihimpun, Mbah Dardak pernah mewakafkan sebagian hartanya untuk masjid Jami' Baitur Rachman Trenggalek. Mbah Dardak juga mewakafkan tanahnya untuk pembangunan masjid di wilayah Kecamatan Suruh, yakni Trenggalek kawasan selatan.

Sesuai namanya, masjid itu bernama Dardak. Kiai Rosyidi membenarkan soal wakaf untuk masjid di Suruh. Menurut dia secara ekonomi keluarga Mbah Dardak merupakan golongan menengah ke atas.

"Kalau kaya raya sepertinya tidak. Tapi saat paceklik dan orang orang makan nasi tiwul, keluarga ini (Mbah Dardak) masih bisa mengkonsumsi nasi beras, "jelasnya.

Terkait majunya Emil ke pilgub Jatim, Kiai Rosyidi percaya pendamping Khofifah Indar Parawansa itu tidak akan meninggalkan amanah sebagai bupati Trenggalek. Kiai Rosyidi percaya Emil memiliki jalan membangun Trenggalek melalui grahadi.

Sementara, Muhammad Jefri, kalangan muda NU kultural Trenggalek mengatakan, sebagian besar warga Trenggalek mengenal nama Mbah Dardak. Bagi masyarakat Trenggalek, terutama warga NU, Mbah Dardak adalah tokoh ulama yang cukup disegani.

"Di Trenggalek Mbah Dardak dikenal sebagai tokoh ulama. Terutama perannya terkait wakaf masjid. Sepertinya di Trenggalek, tidak ada yang tidak pernah mendengar nama mbah Dardak," ujarnya.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1184 seconds (0.1#10.140)