Alhamdulillah! Masjid Raya Al Mashun Medan Direnovasi
A
A
A
MEDAN - Alhamdulillah, Masjid Raya Al Mashun Jalan Sisingamangaraja Kota Medan akhirnya direnovasi. Masjid yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam pada 21 Agustus 1906 ini kondisinya sudah mengalami kerusakan.
Wali Kota Medan, T Dzulmi Eldin menyambangi Masjid Raya Al Mashun Rabu malam (22/11/2017). Kedatangan Wali Kota ini untuk memantau renovasi yang tengah dilakukan.
Saat ini masjid bersejarah yang dibangun dengan mengusung arsitektur khas Timur Tengah, India dan Spanyol itu telah mengalami sejumlah kerusakan yang harus diperbaiki. Seperti bangunan gerbang masuk masjid, ornamen gerbang sisi barat serta mengelupasnya plesteran di beberapa titik gerbang, termasuk keramik di depan pintu gerbang masuk Masjid Raya.
Didampingi Kadis Perumahan, Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang Kota Medan Syampurno Pohan, Wali Kota ingin melihat apakah renovasi yang dilakukan telah berjalan sesuai yang diharapkan. Dengan demikian, masjid yang pembangunannya dulu menghabiskan dana sebesar 1000 juta Gulden itu tetap terawat dengan baik dan asri.
Selain renovasi fisik, termasuk pengecetan, karpet masjid yang dirancang arsitek Belanda Van Erp dan dilanjutkan JA Tingdeman ini juga diganti baru dengan ambal hijau dipadu dengan garis untuk shaf dengan motif ornamen yang sangat menarik. Di samping itu ruang masjid ditambah sejumlah mesin pendingin (AC portable).
“Hal ini dilakukan agar jamaah yang salat di Masjid Raya Al Mashun ini merasa lebih nyaman. Dengan demikian salat yang dilaksanakan menjadi lebih khusyuk. Semoga dengan renovasi yang dilakukan ini, semakin banyak jamaah yang ikut memakmurkan masjid ini,” kata Eldin.
Usai melihat bagian dalam (ruangan) masjid, Wali Kota selanjutnya mengelilingi teras Masjid Raya. Dilanjutkan dengan pengecekan halaman masjid serta pemasangan keramik di depan pintu gerbang masuk masuk Masjid Raya Al Mashun. Pemasangan keramik sudah dalam tahap rampung, para pekerja tinggal melakukan finishing saja.
Pemasangan keramik ini selanjutnya diikuti dengan pembangunan jalur pedestrian di depan Masjid Raya. Direncanakan, sekeliling masjid akan dibangun jalur pedestrian guna memudahkan para pejalan kaki maupun wisatawan untuk menikmati keindahan sekaligus keagungan masjid yang pembangunan keseluruhannya rampung pada 10 September 1909 tersebut.
Terkait jalur pedestrian ini, Wali Kota mengatakan pembangunannya akan diteruskan sehingga terintegrasi dengan bangunan bersejarah lainnya yang ada di seputaran tersebut seperti Taman Sri Deli dan Istana Maimun. Dengan demikian wisatawan yang datang dapat menikmati keindahan bangunan bersejarah itu dengan berjalan kaki.
“Setelah jalur pedestrian ini selesai dibangun, tak satu pun kendaraan bermotor yang boleh parkir di atasnya. Begitu pula pedagang kaki lima. Jalur pedestrian ini murni untuk para pejalan kaki!” tegasnya.
Eldin berpesan kepada para pengurus masjid untuk selalu menjaga dan merawat dari perbaikan yang telah dilakukan, terutama menyangkut masalah kebersihan. Selain tempat ibadah, Masjid Raya Al Mashun merupakan ikon Kota Medan dan sampai kini ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Untuk diketahui, Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H). Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H) sekaligus ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini.
Sultan sengaja membangun masjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun. Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan.
Awalnya, Masjid Raya Al Mashun ini dirancang oleh arsitek Belanda Van Erp yang juga merancang istana Maimun. Namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah.
Sebagian bahan bangunan diimpor antara lain, marmer untuk dekorasi diimpor dari Italia dan Jerman. Kaca patri dari Cina dan lampu gantung langsung didatangkan dari Perancis.
Wali Kota Medan, T Dzulmi Eldin menyambangi Masjid Raya Al Mashun Rabu malam (22/11/2017). Kedatangan Wali Kota ini untuk memantau renovasi yang tengah dilakukan.
Saat ini masjid bersejarah yang dibangun dengan mengusung arsitektur khas Timur Tengah, India dan Spanyol itu telah mengalami sejumlah kerusakan yang harus diperbaiki. Seperti bangunan gerbang masuk masjid, ornamen gerbang sisi barat serta mengelupasnya plesteran di beberapa titik gerbang, termasuk keramik di depan pintu gerbang masuk Masjid Raya.
Didampingi Kadis Perumahan, Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang Kota Medan Syampurno Pohan, Wali Kota ingin melihat apakah renovasi yang dilakukan telah berjalan sesuai yang diharapkan. Dengan demikian, masjid yang pembangunannya dulu menghabiskan dana sebesar 1000 juta Gulden itu tetap terawat dengan baik dan asri.
Selain renovasi fisik, termasuk pengecetan, karpet masjid yang dirancang arsitek Belanda Van Erp dan dilanjutkan JA Tingdeman ini juga diganti baru dengan ambal hijau dipadu dengan garis untuk shaf dengan motif ornamen yang sangat menarik. Di samping itu ruang masjid ditambah sejumlah mesin pendingin (AC portable).
“Hal ini dilakukan agar jamaah yang salat di Masjid Raya Al Mashun ini merasa lebih nyaman. Dengan demikian salat yang dilaksanakan menjadi lebih khusyuk. Semoga dengan renovasi yang dilakukan ini, semakin banyak jamaah yang ikut memakmurkan masjid ini,” kata Eldin.
Usai melihat bagian dalam (ruangan) masjid, Wali Kota selanjutnya mengelilingi teras Masjid Raya. Dilanjutkan dengan pengecekan halaman masjid serta pemasangan keramik di depan pintu gerbang masuk masuk Masjid Raya Al Mashun. Pemasangan keramik sudah dalam tahap rampung, para pekerja tinggal melakukan finishing saja.
Pemasangan keramik ini selanjutnya diikuti dengan pembangunan jalur pedestrian di depan Masjid Raya. Direncanakan, sekeliling masjid akan dibangun jalur pedestrian guna memudahkan para pejalan kaki maupun wisatawan untuk menikmati keindahan sekaligus keagungan masjid yang pembangunan keseluruhannya rampung pada 10 September 1909 tersebut.
Terkait jalur pedestrian ini, Wali Kota mengatakan pembangunannya akan diteruskan sehingga terintegrasi dengan bangunan bersejarah lainnya yang ada di seputaran tersebut seperti Taman Sri Deli dan Istana Maimun. Dengan demikian wisatawan yang datang dapat menikmati keindahan bangunan bersejarah itu dengan berjalan kaki.
“Setelah jalur pedestrian ini selesai dibangun, tak satu pun kendaraan bermotor yang boleh parkir di atasnya. Begitu pula pedagang kaki lima. Jalur pedestrian ini murni untuk para pejalan kaki!” tegasnya.
Eldin berpesan kepada para pengurus masjid untuk selalu menjaga dan merawat dari perbaikan yang telah dilakukan, terutama menyangkut masalah kebersihan. Selain tempat ibadah, Masjid Raya Al Mashun merupakan ikon Kota Medan dan sampai kini ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Untuk diketahui, Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H). Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H) sekaligus ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini.
Sultan sengaja membangun masjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun. Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan.
Awalnya, Masjid Raya Al Mashun ini dirancang oleh arsitek Belanda Van Erp yang juga merancang istana Maimun. Namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah.
Sebagian bahan bangunan diimpor antara lain, marmer untuk dekorasi diimpor dari Italia dan Jerman. Kaca patri dari Cina dan lampu gantung langsung didatangkan dari Perancis.
(rhs)