Heboh, Pohon Berusia 111 Tahun Tumbang
A
A
A
KOTAMOBAGU - Tumbangnya pohon berusia ratusan tahun di simpang tiga Desa Kopandakan I, Kecamatan Kotamobagu Selatan, menghebohkan warga seantora Kotamobagu, Sulawesi Utara, Jumat (10/11/2017) malam.
Ada yang unik dari tumbangnya pohon yang dianggap keramat bagi masyarakat Kopandakan. Informasi yang dihimpun menyebutkan, bila dihitung dengan tanggal serta jam kejadian selaras dengan umur pohon tersebut.
“Kejadiannya pukul 10 lewat 10 menit malam. Tepat tanggal 10 bulan 11. Sementara umur pohon itu genap 111 tahun,” ungkap Kano Totolowa, warga Kopandakan.
Lebih lanjut, ia menuturkan, pohon ini juga dianggap sebagai ikon. Ini tidak lepas, pohon tersebut kerap dijadikan warga setempat sebagai penanda jalan bila ada tamu yang hendak bertandang ke desa. “Memang pohon ini sering dijadikan patokan bila ada warga dari luar yang ingin ke Kopandakan,” tuturnya.
Konon, mitos lain yang melekat dibalik cerita pohon tersebut, berupa jamuan minuman dari kulit pohon yang biasa digunakan para tetua adat kampung saat menyambut tamu dari luar.
“Dulu, tetua adat biasa meramu minuman yang diambil dari rebusan kulit pohon. Ini pun berlaku bagi warga kampung yang hendak merantau. Tujuannya, tamu luar atau orang kampung tetap mengingat Kopandakan di mana saja mereka berada,” ujar Marsal Datundugon, warga setempat.
Warga lain, Supardi Bado menyebutkan, pohon tersebut biasa disebut warga sekitar sebagai pohon beringin dan ditanam saat jaman kolonial Belanda. “Pohon beringin di Desa Kopandakan 1 ini ditanam tahun 1906. Pohon ini adalah bagian dari saksi bisu sejarah masyarakat setempat. Banyak cerita mistis melekat dipohon ini,” katanya.
Selain faktor usia, ia memperkirakan tumbangnya pohon itu akibat benalu yang merambat dibatang pohon. ”Banyak cabang pohonnya ditumbuhi benalu yang lambat laun akan merobohkan pohon bersejarah ini,” sebut tokoh masyarakat Kopandakan ini.
Meski di akhir usianya, insiden pohon tumbang ini tidak memakan korban jiwa serta kerugian material bagi warga sekitar areal pohon itu.
Ada yang unik dari tumbangnya pohon yang dianggap keramat bagi masyarakat Kopandakan. Informasi yang dihimpun menyebutkan, bila dihitung dengan tanggal serta jam kejadian selaras dengan umur pohon tersebut.
“Kejadiannya pukul 10 lewat 10 menit malam. Tepat tanggal 10 bulan 11. Sementara umur pohon itu genap 111 tahun,” ungkap Kano Totolowa, warga Kopandakan.
Lebih lanjut, ia menuturkan, pohon ini juga dianggap sebagai ikon. Ini tidak lepas, pohon tersebut kerap dijadikan warga setempat sebagai penanda jalan bila ada tamu yang hendak bertandang ke desa. “Memang pohon ini sering dijadikan patokan bila ada warga dari luar yang ingin ke Kopandakan,” tuturnya.
Konon, mitos lain yang melekat dibalik cerita pohon tersebut, berupa jamuan minuman dari kulit pohon yang biasa digunakan para tetua adat kampung saat menyambut tamu dari luar.
“Dulu, tetua adat biasa meramu minuman yang diambil dari rebusan kulit pohon. Ini pun berlaku bagi warga kampung yang hendak merantau. Tujuannya, tamu luar atau orang kampung tetap mengingat Kopandakan di mana saja mereka berada,” ujar Marsal Datundugon, warga setempat.
Warga lain, Supardi Bado menyebutkan, pohon tersebut biasa disebut warga sekitar sebagai pohon beringin dan ditanam saat jaman kolonial Belanda. “Pohon beringin di Desa Kopandakan 1 ini ditanam tahun 1906. Pohon ini adalah bagian dari saksi bisu sejarah masyarakat setempat. Banyak cerita mistis melekat dipohon ini,” katanya.
Selain faktor usia, ia memperkirakan tumbangnya pohon itu akibat benalu yang merambat dibatang pohon. ”Banyak cabang pohonnya ditumbuhi benalu yang lambat laun akan merobohkan pohon bersejarah ini,” sebut tokoh masyarakat Kopandakan ini.
Meski di akhir usianya, insiden pohon tumbang ini tidak memakan korban jiwa serta kerugian material bagi warga sekitar areal pohon itu.
(rhs)