Inovasi Perbaikan Jalan Hemat Anggaran 39 Persen
A
A
A
SURABAYA - Infrastruktur jalan menjadi salah satu penyedot anggaran pemerintah. Mengatasi hal tersebut, pemerintah mulai melirik metode daur ulang dalam perbaikan jalan rusak. Metode ini juga bisa menjadi jalan keluar semakin menipisnya material untuk jalan raya.
Metode ini sudah banyak diterapkan di Indonesia. Sebut saja Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali. Sementara, di Jawa Timur pertama kali dilakukan di ruas jalan nasional Kraci perbatasan Bangil dan Kota Pasuruan sepanjang 1,475 kilometer (km) dengan lebar 14 meter sisi kanan dan kiri.
Pejabat Pembuat Komitmen dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII Poernyoto mengatakan, prinsip dasar dari road recycling yaitu mengembalikan kekuatan perkerasan jalan dengan mempertahankan geometric atau level jalan menggunakan material yang ada di jalan tersebut, sehingga hal ini dapat mengatasi ketergantungan akan material baru.
"Itu artinya, anggaran yang dikeluarkan jauh lebih hemat karena kita tidak perlu menggunakan material baru untuk memperbaiki jalan yang rusak," ujar Poernyoto.
Poernyoto mengambil contoh anggaran untuk perbaikan jalan nasional Bangil-Pasuruan. Jika perbaikan jalan tersebut menggunakan perbaikan standar yang biasa dilakukan, biaya yang dikeluarkan mencapai lebih dari Rp7,4 miliar per kilometer. Sementara, menggunakan beton lebih dari mencapai Rp5,1 miliar per kilometer. Jika menggunakan daur ulang ini, biaya Rp 4,4 miliar per kilometer.
"Jadi kalau kita menggunakan recycling, anggaran negara hemat 39 persen," katanya.
Selain efisiensi anggaran, road recycling juga hemat waktu. Menurut Poernyoto, jika perbaikan jalan rusak menggunakan metode standar seperti yang dilakukan selama ini, pengerjaan bisa mencapai 77 hari per kilometernya, dengan beton 52 hari, dan dengan daur ulang ini hanya 32 hari. Road recycling ini untuk pertama kalinya dilakukan di jalan nasional Kraci-Pasuruan.
Hal itu dibuktikan dari kontrak perbaikan jalan mulai Gempol hingga Probolinggo sepanjang 115 kilometer hanya jalan sepanjang 1,475 kilometer yang bisa dilakukan teknik ini. Selebihnya dengan cara yang lama dan juga beton.
Direktur PT Gaya Makmur Surabaya Julius Sikku selaku dealer alat road recycling dari Wirtgen Jerman, menyebut road recycling ini seharusnya sudah mulai digunakan jalan-jalan di Jawa Timur terutama di dalam Kota Surabaya dan jalan-jalan yang banyak dilalui kendaraan berat. Jika di perkotaan, teknik ini bagus karena tidak akan menambah ketinggian jalan dari tahun ke tahun.
Metode ini sudah banyak diterapkan di Indonesia. Sebut saja Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali. Sementara, di Jawa Timur pertama kali dilakukan di ruas jalan nasional Kraci perbatasan Bangil dan Kota Pasuruan sepanjang 1,475 kilometer (km) dengan lebar 14 meter sisi kanan dan kiri.
Pejabat Pembuat Komitmen dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII Poernyoto mengatakan, prinsip dasar dari road recycling yaitu mengembalikan kekuatan perkerasan jalan dengan mempertahankan geometric atau level jalan menggunakan material yang ada di jalan tersebut, sehingga hal ini dapat mengatasi ketergantungan akan material baru.
"Itu artinya, anggaran yang dikeluarkan jauh lebih hemat karena kita tidak perlu menggunakan material baru untuk memperbaiki jalan yang rusak," ujar Poernyoto.
Poernyoto mengambil contoh anggaran untuk perbaikan jalan nasional Bangil-Pasuruan. Jika perbaikan jalan tersebut menggunakan perbaikan standar yang biasa dilakukan, biaya yang dikeluarkan mencapai lebih dari Rp7,4 miliar per kilometer. Sementara, menggunakan beton lebih dari mencapai Rp5,1 miliar per kilometer. Jika menggunakan daur ulang ini, biaya Rp 4,4 miliar per kilometer.
"Jadi kalau kita menggunakan recycling, anggaran negara hemat 39 persen," katanya.
Selain efisiensi anggaran, road recycling juga hemat waktu. Menurut Poernyoto, jika perbaikan jalan rusak menggunakan metode standar seperti yang dilakukan selama ini, pengerjaan bisa mencapai 77 hari per kilometernya, dengan beton 52 hari, dan dengan daur ulang ini hanya 32 hari. Road recycling ini untuk pertama kalinya dilakukan di jalan nasional Kraci-Pasuruan.
Hal itu dibuktikan dari kontrak perbaikan jalan mulai Gempol hingga Probolinggo sepanjang 115 kilometer hanya jalan sepanjang 1,475 kilometer yang bisa dilakukan teknik ini. Selebihnya dengan cara yang lama dan juga beton.
Direktur PT Gaya Makmur Surabaya Julius Sikku selaku dealer alat road recycling dari Wirtgen Jerman, menyebut road recycling ini seharusnya sudah mulai digunakan jalan-jalan di Jawa Timur terutama di dalam Kota Surabaya dan jalan-jalan yang banyak dilalui kendaraan berat. Jika di perkotaan, teknik ini bagus karena tidak akan menambah ketinggian jalan dari tahun ke tahun.
(zik)