Jelang Malam 1 Suro, Kereta Kencana Adisutjipto Yogyakarta Dijamas
A
A
A
YOGYAKARTA - Jelang memasuki malam 1 Suro, Kereta Kencana Adisutjipto Yogyakarta dijamas. Jamasan sendiri merupakan prosesi ritual memandikan benda-benda pusaka atau yang diagungkan di kerajaan, khususnya Kraton Yogyakarta, Puro Pakualaman dan Kasultanan Surakarta.
Tak hanya dari lingkup Kerajaan, jamasan juga dilakukan oleh instansi pemerintahan hingga masyarakat umum yang memiliki benda-benda pusaka. Begitu juga dengan Kereta Kencana Adisutjipto di Bandara Adisutjipto Yogyakarta ini.
Terdapat prosesi iring-iringan 16 prajurit bregodo yang mengeluarkan kereta pemberian GKPH Yudhaningrat itu menuju halaman depan. Alunan suara gamelan yang dimainkan penabuh menambah suasana terbawa seperti di Kraton Yogyakarta.
Dupa yang dibakar membuat harum area jamasan kereta kencana yang dipajang sejak 19 Juni 2016 lalu. Minyak wangi dan kapas untuk membersihkan kereta juga sudah disajikan. Terdapat juga pisang raja sebagai syarat dalam upacara jamasan. Setelah memanjatkan doa, jamasan dilakukan oleh beberapa pria yang mengenakan pakaian adat Jawa.
"Mereka abdi dalem Kraton yang kita libatkan dalam jamasan Kereta Kencana Adisutjipto ini," kata General Manager PT Angkasa Pura I Agus Pandu Purnama pada wartawan, Rabu (20/9/2017).
Jamasan identik dilakukan saat memasuki bulan Suro dalam kalender hitungan jawa atau Muharam dalam kalender Islam. Namun, jamasan Kereta Kencana Adisutjipto ini justru dilakukan jelang memasuki malam 1 Suro yang jatuh pada hari Kamis, 21 September 2017 besok.
"Ini hanya kebetulan saja karena ada peresmian Taman Budaya Borobudur di Bandara, sekalian acara jamasan kita lakukan hari ini," jelasnya.
Pandu mengaku jamasan atau memandikan Kereta Kencana Adisutjipto ini lebih pada salah satu bentuk menjunjung tinggi adat budaya dan kearifan lokal di Kota Budaya Yogyakarta. Adanya jamasan ini juga menjadi daya tarik bagi pengguna jasa bandara.
"Jamasan ini merupakan komitmen kami dalam memberi pelayanan dan kenyamanan pada para pengguna jasa bandara, sekaligus upaya dukung potensi seni budaya dan pariwisata di Yogya," katanya.
Seni budaya, kata dia, harus dirawat dan dipelihara serta dilestarikan karena menjadi kebanggaan bersama. Pihaknya sudah berkomitmen untuk mendukung kebijakan dari Kementerian BUMN untuk bersinergi dengan yang lain supaya mendukung dunia pariwisata.
Sebagai gambaran, kereta kencana koleksi Kraton Yogyakarta berada di museum, Jalan Rotowijayan, tak jauh dari Alun-Alun Utara Yogyakarta. Terdapat 23 jenis kereta kencana yang sebagian hanya dipergunakan saat momentum tertentu yang cukup sakral.
Kereta itu hanya setahun sekali dijamas, yakni bulan Suro pada hari Selasa atau Jum'at Kliwon, kalender jawa. Jika kereta koleksi Kraton dijamas pada Jum'at Kliwon, maka koleksi kereta kencana milik Puro Pakualaman dijamas pada Selasa Kliwon. Begitu juga sebaliknya.
Setiap prosesi jamasan kereta kencana, selalu diminati masyarakat luas. Ada mitos dengan membawa air bekas jamasan bisa dijadikan obat bagi penderita sakit, dan manfaat lainnya. Jamasan juga dimanfaatkan bagi guide-guide yang membawa wisatawan asing untuk melihat secara langsung proseji jamasan.
Tak hanya dari lingkup Kerajaan, jamasan juga dilakukan oleh instansi pemerintahan hingga masyarakat umum yang memiliki benda-benda pusaka. Begitu juga dengan Kereta Kencana Adisutjipto di Bandara Adisutjipto Yogyakarta ini.
Terdapat prosesi iring-iringan 16 prajurit bregodo yang mengeluarkan kereta pemberian GKPH Yudhaningrat itu menuju halaman depan. Alunan suara gamelan yang dimainkan penabuh menambah suasana terbawa seperti di Kraton Yogyakarta.
Dupa yang dibakar membuat harum area jamasan kereta kencana yang dipajang sejak 19 Juni 2016 lalu. Minyak wangi dan kapas untuk membersihkan kereta juga sudah disajikan. Terdapat juga pisang raja sebagai syarat dalam upacara jamasan. Setelah memanjatkan doa, jamasan dilakukan oleh beberapa pria yang mengenakan pakaian adat Jawa.
"Mereka abdi dalem Kraton yang kita libatkan dalam jamasan Kereta Kencana Adisutjipto ini," kata General Manager PT Angkasa Pura I Agus Pandu Purnama pada wartawan, Rabu (20/9/2017).
Jamasan identik dilakukan saat memasuki bulan Suro dalam kalender hitungan jawa atau Muharam dalam kalender Islam. Namun, jamasan Kereta Kencana Adisutjipto ini justru dilakukan jelang memasuki malam 1 Suro yang jatuh pada hari Kamis, 21 September 2017 besok.
"Ini hanya kebetulan saja karena ada peresmian Taman Budaya Borobudur di Bandara, sekalian acara jamasan kita lakukan hari ini," jelasnya.
Pandu mengaku jamasan atau memandikan Kereta Kencana Adisutjipto ini lebih pada salah satu bentuk menjunjung tinggi adat budaya dan kearifan lokal di Kota Budaya Yogyakarta. Adanya jamasan ini juga menjadi daya tarik bagi pengguna jasa bandara.
"Jamasan ini merupakan komitmen kami dalam memberi pelayanan dan kenyamanan pada para pengguna jasa bandara, sekaligus upaya dukung potensi seni budaya dan pariwisata di Yogya," katanya.
Seni budaya, kata dia, harus dirawat dan dipelihara serta dilestarikan karena menjadi kebanggaan bersama. Pihaknya sudah berkomitmen untuk mendukung kebijakan dari Kementerian BUMN untuk bersinergi dengan yang lain supaya mendukung dunia pariwisata.
Sebagai gambaran, kereta kencana koleksi Kraton Yogyakarta berada di museum, Jalan Rotowijayan, tak jauh dari Alun-Alun Utara Yogyakarta. Terdapat 23 jenis kereta kencana yang sebagian hanya dipergunakan saat momentum tertentu yang cukup sakral.
Kereta itu hanya setahun sekali dijamas, yakni bulan Suro pada hari Selasa atau Jum'at Kliwon, kalender jawa. Jika kereta koleksi Kraton dijamas pada Jum'at Kliwon, maka koleksi kereta kencana milik Puro Pakualaman dijamas pada Selasa Kliwon. Begitu juga sebaliknya.
Setiap prosesi jamasan kereta kencana, selalu diminati masyarakat luas. Ada mitos dengan membawa air bekas jamasan bisa dijadikan obat bagi penderita sakit, dan manfaat lainnya. Jamasan juga dimanfaatkan bagi guide-guide yang membawa wisatawan asing untuk melihat secara langsung proseji jamasan.
(rhs)