Diundang tapi Dilarang Jadi Pembicara di Unla, Nurul Arifin Tersinggung
A
A
A
BANDUNG - Politikus Partai Golkar Nurul Arifin mengungkap kekecewaannya karena tidak diperbolehkan menjadi pembicara dalam Masa Pengenalan Lingkungan Fakultas Ekonomi di Universitas Langlangbuana (Unla), Kota Bandung, Rabu (20/9/2017).
Nurul Arifin sudah datang ke lokasi pukul 10.00 WIB. Ia kemudian sempat bertemu dengan perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan pihak rektorat Unla. Hasilnya, diketahui Nurul tidak diperbolehkan menjadi pembicara.
Nurul sempat mempertanyakan alasan di balik pelarangan tersebut. Pihak rektorat khawatir kehadiran Nurul menjadi momentum untuk dijadikan ajang kampanye. Sebab, Nurul merupakan kandidat calon wali Kota Bandung.
Ia pun mengungkap kekesalannya. Sebab, ia datang ke lokasi berdasarkan undangan dari panitia kegiatan. Sementara, saat tiba di lokasi, ia dilarang untuk jadi pembicara.
"Terus terang saya merasa tersinggung karena sudah meluangkan waktu ke sini, sudah buat materi presentasi untuk mereka, tapi waktu tidak diberikan sesuai undangan," kata Nurul.
Ia juga menegaskan bahwa kehadirannya sebatas memenuhi undangan. Ia berencana memberikan materi presentasi tentang pergerakan pemuda sebagai agen sosial.
Ia sendiri mengaku paham betul bahwa area kampus tidak diperbolehkan untuk dijadikan tempat kampanye. Tapi, ia kembali menegaskan bahwa kehadirannya bukan untuk kampanye.
Apalagi, ia diundang dalam kapasitasnya pribadi sebagai seorang tokoh. Ia bukan hadir sebagai cawalkot maupun mewakili partai.
Nurul juga menyesalkan kenapa pelarangan itu bisa terjadi. Padahal, ia diundang oleh BEM yang harusnya diketahui oleh pihak pimpinan kampus. Tapi, pelarangan justru datang mendadak setelah ia tiba di lokasi.
Tidak hanya itu, ia pun kesal dengan permintaan salah seorang pembantu rektor dalam pertemuan tersebut yang meminta isi dari presentasi yang bakal diberikan untuk mahasiswa.
"Tadi purek (pembantu rektor) III keukeuh menolak dan terus terang saya merasa dilecehkan, saya ditanya materinya apa," cetus Nurul.
Ia bahkan menyebut apa yang dialaminya sebagai pelecehan intelektual. "Ini saya bilang pelecehan terhadap intelektual," tegasnya.
Nurul mengatakan, ia tidak mau berdebat panjang lebar dengan pihak rektorat. Ia akhirnya lebih memilih untuk meninggalkan lokasi. Bahkan, ia kapok untuk kembali datang ke Unla. "Saya tidak berharap diundang lagi Unla. Untuk kampus lain oke (kalau mau mengundang)," tandas Nurul.
Nurul Arifin sudah datang ke lokasi pukul 10.00 WIB. Ia kemudian sempat bertemu dengan perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan pihak rektorat Unla. Hasilnya, diketahui Nurul tidak diperbolehkan menjadi pembicara.
Nurul sempat mempertanyakan alasan di balik pelarangan tersebut. Pihak rektorat khawatir kehadiran Nurul menjadi momentum untuk dijadikan ajang kampanye. Sebab, Nurul merupakan kandidat calon wali Kota Bandung.
Ia pun mengungkap kekesalannya. Sebab, ia datang ke lokasi berdasarkan undangan dari panitia kegiatan. Sementara, saat tiba di lokasi, ia dilarang untuk jadi pembicara.
"Terus terang saya merasa tersinggung karena sudah meluangkan waktu ke sini, sudah buat materi presentasi untuk mereka, tapi waktu tidak diberikan sesuai undangan," kata Nurul.
Ia juga menegaskan bahwa kehadirannya sebatas memenuhi undangan. Ia berencana memberikan materi presentasi tentang pergerakan pemuda sebagai agen sosial.
Ia sendiri mengaku paham betul bahwa area kampus tidak diperbolehkan untuk dijadikan tempat kampanye. Tapi, ia kembali menegaskan bahwa kehadirannya bukan untuk kampanye.
Apalagi, ia diundang dalam kapasitasnya pribadi sebagai seorang tokoh. Ia bukan hadir sebagai cawalkot maupun mewakili partai.
Nurul juga menyesalkan kenapa pelarangan itu bisa terjadi. Padahal, ia diundang oleh BEM yang harusnya diketahui oleh pihak pimpinan kampus. Tapi, pelarangan justru datang mendadak setelah ia tiba di lokasi.
Tidak hanya itu, ia pun kesal dengan permintaan salah seorang pembantu rektor dalam pertemuan tersebut yang meminta isi dari presentasi yang bakal diberikan untuk mahasiswa.
"Tadi purek (pembantu rektor) III keukeuh menolak dan terus terang saya merasa dilecehkan, saya ditanya materinya apa," cetus Nurul.
Ia bahkan menyebut apa yang dialaminya sebagai pelecehan intelektual. "Ini saya bilang pelecehan terhadap intelektual," tegasnya.
Nurul mengatakan, ia tidak mau berdebat panjang lebar dengan pihak rektorat. Ia akhirnya lebih memilih untuk meninggalkan lokasi. Bahkan, ia kapok untuk kembali datang ke Unla. "Saya tidak berharap diundang lagi Unla. Untuk kampus lain oke (kalau mau mengundang)," tandas Nurul.
(zik)