Ketika Achmad Soebardjo Ditunjuk Jadi Menlu Pertama RI
A
A
A
Achmad Soebardjo tercatat sebagai orang pertama yang menjabat Menteri Luar Negeri RI. Demi mempercepat kerja agar kemerdekaan RI diakui dunia, Soebardjo menjadikan rumahnya sebagai kantor.
Achmad Soebardjo adalah salah satu tokoh penting dalam perjalanan bangsa ini. Dia tercatat menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan kemudian Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Dia juga punya peran penting jelang Proklamasi RI, ketika Soekarno-Hatta 'diculik' kelompok pemuda ke Rengasdengklok. Dia turut menjemput Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Achmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan.
Bahkan, putra dari Teuku Muhammad Jusuf dan Wardinah ini juga menjadi salah satu penyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan RI. Dua tokoh lain yang terlibat dalam penyusunan naskah Proklamasi Kemerdekaan RI di rumah Laksamana Maeda di kawasan Jalan Imam Bonjol, Jakarta itu adalah Soekarno dan Mohammad Hatta. (Baca Juga: Menculik Soekarno dan Hatta
Maka, tak heran jika Achmad Soebardjo yang kelahiran Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat pada 23 Maret 1896 ini dipercaya menjadi Menteri Luar Negeri (Menlu) pertama RI.
Menurut wikipedia, pada 19 Agustus 1945 dibentuk Kabinet Presidensial, yang merupakan kabinet pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan RI. Pemerintahan RI yang pertama ini terdiri atas 18 Menteri, 13 menteri pemimpin departemen dan lima menteri negara. Achmad Soebardjo, selanjutnya ditulis Soebardjo, ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri.
Tugas pertama Menteri Luar Negeri adalah membangun kementerian, karena sebelumnya tidak ada seorang Indonesia pun pernah bekerja di kementerian ini. Soebardjo pun langsung menjadikan rumahnya di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, sebagai tempat kerja alias kantor kementerian.
"Ayah menjadikan rumah kami sebagai kantor Departemen Luar Negeri pertama. Rumah kami lalu dijaga pemuda dengan bambu runcing sebagai senjata utama. Kami sekeluarga terutama ibu, turut membantu organisasi kantor dan menyambut tamu asing dari luar negeri untuk menunaikan tugas menyampaikan kemerdekaan Indonesia," tutur Laksmi Maksum Effendi, saksi hidup perjuangan diplomasi Kemlu, seperti dikutip dari Okezone.com, 19 Agustus 2016.
Soebardjo juga mencari pegawai. Dia memasang iklan di Asia Raya. Iklan itu berbunyi "Siapakah yang ingin menjadi pegawai Departemen Luar Negeri?"
Dalam hitungan hari, sepuluh orang bergabung. Lima orang dia jadikan sekretaris, sementara lima lainnya dia serahi tugas-tugas administratif. Mereka pun langsung bekerja menghadapi tantangan yang juga dihadapi negara Asia-Afrika lainnya saat itu: pengakuan dari negara lain di dunia.
Di kantor sementara inilah, seperti dikutip dari www.kemlu.go.id, Soebardjo menghadapi tantangan pertamanya yaitu meminta surat dari Presiden Soekarno agar seorang utusan dari Sekutu dapat melihat sendiri keabsahan dari pernyataan kemerdekaan RI.
Ternyata, perwira tersebut kembali setelah sepekan keliling Jawa dan melaporkan banyak bukti bahwa kemerdekaan memang yang diinginkan rakyat yang bersukacita, dan bahwasanya pemerintah yang berkuasa memang mendapatkan dukungan dari rakyatnya. Pengakuan secara de facto ini dianggap sebagai sukses pertama dari kampanye Kementerian Luar Negeri.
Achmad Soebardjo menjabat posisi Menlu hingga 14 November 1945. Posisinya digantikan oleh Sutan Syahrir. Namun, di Kabinet Sukiman-Suwirjo, tepatnya pada 27 April 1951-3 April 1952, Soebardjo kembali dipercaya jadi Menlu.
Achmad Soebardjo adalah salah satu tokoh penting dalam perjalanan bangsa ini. Dia tercatat menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan kemudian Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Dia juga punya peran penting jelang Proklamasi RI, ketika Soekarno-Hatta 'diculik' kelompok pemuda ke Rengasdengklok. Dia turut menjemput Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Achmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan.
Bahkan, putra dari Teuku Muhammad Jusuf dan Wardinah ini juga menjadi salah satu penyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan RI. Dua tokoh lain yang terlibat dalam penyusunan naskah Proklamasi Kemerdekaan RI di rumah Laksamana Maeda di kawasan Jalan Imam Bonjol, Jakarta itu adalah Soekarno dan Mohammad Hatta. (Baca Juga: Menculik Soekarno dan Hatta
Maka, tak heran jika Achmad Soebardjo yang kelahiran Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat pada 23 Maret 1896 ini dipercaya menjadi Menteri Luar Negeri (Menlu) pertama RI.
Menurut wikipedia, pada 19 Agustus 1945 dibentuk Kabinet Presidensial, yang merupakan kabinet pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan RI. Pemerintahan RI yang pertama ini terdiri atas 18 Menteri, 13 menteri pemimpin departemen dan lima menteri negara. Achmad Soebardjo, selanjutnya ditulis Soebardjo, ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri.
Tugas pertama Menteri Luar Negeri adalah membangun kementerian, karena sebelumnya tidak ada seorang Indonesia pun pernah bekerja di kementerian ini. Soebardjo pun langsung menjadikan rumahnya di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, sebagai tempat kerja alias kantor kementerian.
"Ayah menjadikan rumah kami sebagai kantor Departemen Luar Negeri pertama. Rumah kami lalu dijaga pemuda dengan bambu runcing sebagai senjata utama. Kami sekeluarga terutama ibu, turut membantu organisasi kantor dan menyambut tamu asing dari luar negeri untuk menunaikan tugas menyampaikan kemerdekaan Indonesia," tutur Laksmi Maksum Effendi, saksi hidup perjuangan diplomasi Kemlu, seperti dikutip dari Okezone.com, 19 Agustus 2016.
Soebardjo juga mencari pegawai. Dia memasang iklan di Asia Raya. Iklan itu berbunyi "Siapakah yang ingin menjadi pegawai Departemen Luar Negeri?"
Dalam hitungan hari, sepuluh orang bergabung. Lima orang dia jadikan sekretaris, sementara lima lainnya dia serahi tugas-tugas administratif. Mereka pun langsung bekerja menghadapi tantangan yang juga dihadapi negara Asia-Afrika lainnya saat itu: pengakuan dari negara lain di dunia.
Di kantor sementara inilah, seperti dikutip dari www.kemlu.go.id, Soebardjo menghadapi tantangan pertamanya yaitu meminta surat dari Presiden Soekarno agar seorang utusan dari Sekutu dapat melihat sendiri keabsahan dari pernyataan kemerdekaan RI.
Ternyata, perwira tersebut kembali setelah sepekan keliling Jawa dan melaporkan banyak bukti bahwa kemerdekaan memang yang diinginkan rakyat yang bersukacita, dan bahwasanya pemerintah yang berkuasa memang mendapatkan dukungan dari rakyatnya. Pengakuan secara de facto ini dianggap sebagai sukses pertama dari kampanye Kementerian Luar Negeri.
Achmad Soebardjo menjabat posisi Menlu hingga 14 November 1945. Posisinya digantikan oleh Sutan Syahrir. Namun, di Kabinet Sukiman-Suwirjo, tepatnya pada 27 April 1951-3 April 1952, Soebardjo kembali dipercaya jadi Menlu.
(zik)