Dikabarkan Makan Nasi Aking, Keluarga Aswadi Dibangunkan Rumah
A
A
A
KUNINGAN - Kabar tentang Kakek Aswadi (75) dan keluarganya di Desa Sukaharja, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan yang mengaku makan nasi aking selama lima tahun mendapat perhatian dari Bupati Kuningan H Acep Purnama. Pada Kamis lalu, begitu kabar keluarga Aswadi merebak dia langsung mengunjungi Aswadi untuk meninjau langsung keadaannya.
Menurut Acep, cerita tentang warganya yang memakan nasi aking itu tidak sepenuhnya benar. Lantaran pemerintah daerah sebelumnya telah memberikan beberapa bantuan kepada Aswadi.
"Pada tahun 2000 pernah diberi bantuan stimulan untuk perbaikan rumah dari desa di atas tanah hak milik sendiri. Namun pada tahun 2010 dijual dan dibelikan tanah lagi yang lebih murah," katanya, Senin (28/08/2017).
Kemudian, lanjut Acep, pada tahun 2010 pernah diberi bantuan stimulan untuk perbaikan rumah dari desa. Namun pada pertengahan tahun 2013 Aswadi sering sakit akibat debu obongan bata.
Dia sampai buta mata dan tidak bisa bekerja lagi, lalu dipindahkan oleh desa dan dibuatkan rumah di atas tanah desa dengan modal bantuan swadaya masyarakat. Dan pada tahun 2014 keluarga Aswadi kembali mendapat bantuan dari pemerintah Provinsi berupa bantuan program listrik.
"Jadi tidak benar jika pemerintah membiarkan warga dalam situasi kemiskinan. Karena selama ini kami selalu berupaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi Aswadi dan Keluarga," papar Acep.
Saat Acep mengunjungi rumah keluarga Aswadi, dia merasa terenyuh melihat keadaan rumahnya yang tak layak huni. "Saat itu juga saya saya putuskan untuk membangunkan keluarga Aswadi rumah permanen tipe 36," lanjutnya.
Tak menunggu lama, keesokan harinya pembangunan rumah Aswadi dimulai di atas tanah desa. Pembangunan rumah itu terlaksana atan bantuan Bupati Kuningan dan para donatur.
Sementara itu, terkait dengan kabar keluarga Aswadi yang makan nasi Aking Acep mengatakan bahwa hal itu tidak berdasar. Pada kenyataannya keluarga itu selalu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa serta dari tetangga-tetangga sekitar rumah.
Karena keluarga Aswadi merasa sayang, nasi sisanya tidak dibuang, tapi mereka jemur untuk dijadikan rengginang. "Budaya kita kan menghargai makanan. Kalau ada nasi sisa kita jemur untuk jadi panganan lainnya," pungkas Acep.
Menurut Acep, cerita tentang warganya yang memakan nasi aking itu tidak sepenuhnya benar. Lantaran pemerintah daerah sebelumnya telah memberikan beberapa bantuan kepada Aswadi.
"Pada tahun 2000 pernah diberi bantuan stimulan untuk perbaikan rumah dari desa di atas tanah hak milik sendiri. Namun pada tahun 2010 dijual dan dibelikan tanah lagi yang lebih murah," katanya, Senin (28/08/2017).
Kemudian, lanjut Acep, pada tahun 2010 pernah diberi bantuan stimulan untuk perbaikan rumah dari desa. Namun pada pertengahan tahun 2013 Aswadi sering sakit akibat debu obongan bata.
Dia sampai buta mata dan tidak bisa bekerja lagi, lalu dipindahkan oleh desa dan dibuatkan rumah di atas tanah desa dengan modal bantuan swadaya masyarakat. Dan pada tahun 2014 keluarga Aswadi kembali mendapat bantuan dari pemerintah Provinsi berupa bantuan program listrik.
"Jadi tidak benar jika pemerintah membiarkan warga dalam situasi kemiskinan. Karena selama ini kami selalu berupaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi Aswadi dan Keluarga," papar Acep.
Saat Acep mengunjungi rumah keluarga Aswadi, dia merasa terenyuh melihat keadaan rumahnya yang tak layak huni. "Saat itu juga saya saya putuskan untuk membangunkan keluarga Aswadi rumah permanen tipe 36," lanjutnya.
Tak menunggu lama, keesokan harinya pembangunan rumah Aswadi dimulai di atas tanah desa. Pembangunan rumah itu terlaksana atan bantuan Bupati Kuningan dan para donatur.
Sementara itu, terkait dengan kabar keluarga Aswadi yang makan nasi Aking Acep mengatakan bahwa hal itu tidak berdasar. Pada kenyataannya keluarga itu selalu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa serta dari tetangga-tetangga sekitar rumah.
Karena keluarga Aswadi merasa sayang, nasi sisanya tidak dibuang, tapi mereka jemur untuk dijadikan rengginang. "Budaya kita kan menghargai makanan. Kalau ada nasi sisa kita jemur untuk jadi panganan lainnya," pungkas Acep.
(sms)