KH Syaikhuna Badruzzaman, Pendiri Hizbullah di Garut untuk Melawan Penjajah

Senin, 28 Agustus 2017 - 05:00 WIB
KH Syaikhuna Badruzzaman,...
KH Syaikhuna Badruzzaman, Pendiri Hizbullah di Garut untuk Melawan Penjajah
A A A
KH. MUhammad Syaikhuna Badruzzaman adalah guru besar Thoriqot Tijaniyah di Kabupaten Garut dan Jawa Barat. Beliau pun sebagai sesepuh Pasukan Hizbulloh Fisabilillah dalam menentang dan memerangi penjajahan Jepang dan Belanda.

Pada masa mudanya beliau terkenal sebagai ulama kecil (usia 10 tahunan) yang piawai dan ahli dalam memecahkan masalah yang pelik-pelik atau mustahil khususnya dalam bidang masalah agama.

Dalam memecahkan suatu permasalahan beliau cukup hanya dalam waktu satu atau dua jam. Cerita-cerita yang mewarnai kehebatan beliau cukup banyak dan bervariasi baik dari segi keilmuan agama, kesaktian (istilah dunia persilatan), taktik atau strategi peperangan.

Sehingga beliau selalu selamat dalam setiap ancaman dari musuh walau pun sedang tidur, oleh karena itu ada beberapa peneliti yang menuangkannya dalam bentuk tulisan baik dalam karya ilmiah, buku, tugas akhir skripsi, thesis seperti dari IAIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Universitas Padjadjaran (Unpad).

Beliau juga sangat berjasa dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari penjajahan Belanda mau pun Jepang yang ingin menguasai negara Indonesia.

KH Syaikhuna membentuk pasukan Hizbullah Fisabilillah untuk membantu pemerintahan Soekarno mengusir para penjajah dengan mengorbankan harta, jiwa dan raga dan rela berpindah-pindah tempat mulai dari daerah Garut, Bandung, Tasik (Jawa Barat), Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra dan Saudi Arabia.

Kendatipun pada waktu itu beliau sangat berkecukupan baik dengan harta atau pun pengaruh kebesaran ilmunya, namun KH Syaikhuna tak ingin tinggal diam.

Selain ahli dalam masalah agama, beliau juga ahli dalam bidang kemasyarakatan termasuk ketatanegaraan. Bahkan beliau berpendapat negara Indonesia tidak bisa dijadikan Negara Islam dengan alasan negeri Indonesia bukan Baitul Maal dan dengan disertai hadis-hadis yang diungkapkannya, sehingga Presiden Soekarno-pun berkata 'Terima kasih KH. Badruzzaman'.

Beliau sempat bergabug dengan perjuangan Karto Suwiryo pimpinan DI/TII di Gunung dan diangkat sebagai Hakim Agung DI/TII tetapi beliau berpisah kembali karena prinsipnya tidak sependapat dan dianggap menyimpang dari aturan agama Islam.

Karena kalah dan disalahkan dalam berdebat tentang konsep bentuk negara maka Karto Suwiryo berusaha untuk membunuh Syaikhuna Badruzzaman, sehingga beliau dijaga oleh para muridnya dari ancaman gerombolan DI/TII yang kemudian berangkat ke Arab Saudi.

Atas kebesaran ilmunya, KH Syaikhuna Badruzzaman tidak hanya dipercaya dalam permasalahan agama, beliau pun dipercaya oleh para tokoh ulama dan nasionalis, yang diangkat atau dipilih untuk melantik Presiden RI pertama (Ir. Soekarno) yang disumpahnya dengan Alquran tahun 1950 di Istana Negara Jakarta.

Ada pun yang dipilih untuk melantik presiden saat itu adalah Syaikhuna Badruzzaman dari Garut dan Syaikhuna Ustman Dhomiri dari Bandung-Cimahi yang keduanya adalah pimpinan Thoriqot-Tijaniyyah.

Salah satu murid Syaikhuna Badruzzaman dikalangan pemerintah adalah Muhammad Natsir (Tokoh Masyumi sebagai Perdana Mentri RI pertama 1950-1951), KH Isa Anshory, Jaya Rahmat pimpinan Masyumi daerah Jawa Barat dan lainnya termasuk para jenderal yang belajar tata cara salat.

Sumber:
biru-garut
diolah dari berbagai sumber
(nag)
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1154 seconds (0.1#10.24)