Atasi Efek Rumah Kaca, Gubernur Kalbar Cornelis Tanam Kemiri Sunan

Selasa, 01 Agustus 2017 - 20:46 WIB
Atasi Efek Rumah Kaca,...
Atasi Efek Rumah Kaca, Gubernur Kalbar Cornelis Tanam Kemiri Sunan
A A A
LANDAK - Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menanam ribuan bibit pohon kemiri sunan guna mengatasi efek rumah kaca dan panas bumi. Penanaman kemiri sunan dilakukan Gubernur Kalbar Cornelis di Desa Kasturi, Mandor Kabupaten Landak, Senin 31 Juli 2017. Penanaman ini dilakukan untuk kali kedua setelah sebelumnya dilakukan penanaman di Desa Teluk Bakung, Kecamatan Ambawang, Kubu Raya, beberapa tahun lalu bersama para Duta Besar negara sahabat.

Acara penanaman ini dilakukan Gubernur Kalbar dan juga yang hadir di acara tersebut, kemarin, yakni Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Sarwono Kusumaatmadja, Staf Ahli Menteri bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian LHK Agus Justianto, Bupati Landak Karolin Magret Natasa, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Kalbar Frederika Cornelis, Kadis Provinsi se Kalbar.

Menurut Cornelis, Kalimantan Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang aktif dalam kegiatan Reducing Emision Deforestation and Degradation Plus (REDD+). Task Force yang berpusat di Amerika Serikat sejak 2010.

Sedangkan GCF (Gubernur Climate Forest and Task Force) merupakan satuan tugas iklim dan hutan yang merupakan kolaborasi subnasional antara 26 negara bagian, Provinsi dan Kawasan di delapan negara yang berupaya melindungi hutan tropis, serta mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.

Cornelis menjelaskan, penanaman kemiri sunan itu sebagai tindak lanjut kesepakatan forum GCF dengan Gubernur California Arnold Schwarzenegger sebagai pencetus ide gerakan perubahan iklim adalah upaya rehabilitasi lahan.

Upaya ini dilakukan dengan penanaman tanaman bermanfaat dari segi ekonomis dan dapat digunakan untuk konservasi lahan. Pemprov Kalbar mencanangkan penanaman kemiri sunan sebanyak 12.300 bibit grafting, dan 25 kilogram benih.

“Penanaman kemiri sunan ini sebagai bentuk dukungan pemerintah Provinsi Kalimantan Barat atas komitmen pemerintah pusat untuk peningkatan penggunaan energy bersih dan terbarukan karena bukan dari bahan bakar fosil, dan sebagai wujud perilaku ramah lingkungan.” ujar Cornelis.

Sementara itu Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim, Sarwono Kusumaatmadja mengatakan saat ini isu perubahan iklim sedang dirundingkan di tingkat internasional, dan nasional.

Instrumennya, kata Sarwono, sedang dilengkapi. Namun inisiatif lokal menjadi penting, karena akan sangat berpengaruh dalam pembentukan kebijakan baik dalam internasional maupun nasional.

Dikatakan Sarwono, 5 sampai 10 tahun ke depan jika kemiri sudah tumbuh banyak maka suara Indonesia akan menjadi kuat di tingkat Internasional, dan kuatnya karena Kalimantan Barat.

“Kita jangan menunggu, ikuti saja teladan dari Gubernur Kalbar, dan kita galakan ini, ini pilihan tepat karena memproduksi biodiesel, dan menciptakan produk lain, untuk bahan penolong bahan industrial,” kata Sarwono.

Agus Justianto menjelaskan, pasca Persetujuan Paris, Indonesia telah mencanangkan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 29% pada 2030 mendatang atau 41% dengan dukungan pemangku pihak internasional. Untuk itu upaya-upaya terkait pengurangan dan penyerapan emisi GRK perlu terus dilakukan.

Di sisi lain, Indonesia juga memiliki target untuk meningkatkan bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025 mendatang. Padahal, saat ini bauran energi terbarukan baru berkisar 5%-6%. “Pengembangan kemiri sunan bisa menjawab dua kebutuhan tersebut,” kata Agus.

Penasehat Independen Yayasan Belantara Tachrir Fathoni mengungkapkan, tanaman kemiri sunan layak dilirik karena bisa ditanam di lahan marjinal. Penanaman di KHDTK yang dikelola Universitas Tanjungpura dilakukan di lahan gambut.

Biji kemiri sunan dapat diolah untuk menghasilkan minyak sebagai bahan baku biodiesel. Hasil penelitian di Sukabumi mengungkapkan, dari sisi produktivitas minyak, kemiri sunan lebih baik dari tanaman penghasil minyak nabati lain, seperti sawit, jarak pagar atau nyamplung.

Kemiri sunan sudah mulai berbuah sejak umur 4 tahun dan mulai mencapai puncak berbuah pada umur 8 tahun.

Produktivitas biji kemiri sunan bisa berkisar 50-300 kilogram (kg) per pohon per tahun. Sementara rendemen minyak kasar yang dihasilkan bisa mencapai 52% yang mampu diolah menjadi biodiesel hingga 88% dan sisanya berupa gliserol.

Perhitungan yang dilakukan Kementerian Pertanian, setiap hektare kemiri sunan dengan 100-150 pohon, bisa menghasilkan 6-8 ton biodiesel per tahun, sehingga bisa mengurangi ketergantungan kepada pada bahan bakar fosil yang melepas emisi GRK dalam jumlah besar.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1780 seconds (0.1#10.140)