Terowongan Lampegan dan Misteri Hilangnya Penari Ronggeng

Minggu, 09 Juli 2017 - 05:01 WIB
Terowongan Lampegan...
Terowongan Lampegan dan Misteri Hilangnya Penari Ronggeng
A A A
Terowongan Lampegan merupakan salah satu terowongan kereta api tertua di Indonesia. Terowongan yang berada di wilayah Kabupaten Cianjur ini merupakan terowongan kereta api pertama yang dibangun di Jawa Barat.

Terowongan ini dibangun pada 1879 sampai dengan 1882 oleh Perusahaan Kereta Api Negara Staatspoorwegen (SS). Terowongan ini ada pada lintasan jalur kereta api Sukabumi-Cianjur yang membentang sepanjang 39 kilometer. Terowongan ini dibangun untuk mendukung jalur kereta api rute Bogor-Sukabumi-Bandung.

Terowongan ini dibuat dengan membobol badan Bukit Kancana (ada juga yang menyebutkan Gunung Keneng) di Desa Cibokor. Ada yang menyebut pada awalnya terowongan ini memiliki panjang 686 meter, namun setelah terjadi longsor pada 2000 dan 2010 data resmi menyebutkan panjang terowongan ini 415 meter. Namun, secara resmi terowongan ini disebut memiliki panjang 415 meter.

Mengenai pembuatan terowongan ini beredar spekulasi, ada yang mengatakan dibuat secara manual dengan mengerahkan tenaga penduduk sekitar, ada pula yang mengatakan dengan cara peledakan. Jalur ini mencapai Cianjur pada 10 Mei 1883 dan mencapai Bandung pada 17 Mei 1884 serta peresmian stasiunnya pada 16 Juni 1884.

Setelah dibangun terowongan Lampegan, di wilayah Priangan dibangun beberapa terowongan lain yang mempermudah jaringan kereta api. Dia antaranya terowongan Sasaksaat pada lintasan Batavia-Bandung via Cikampek pada 1902 dan 3 terowongan di Ciamis selatan dibangun pada 1918.
Terowongan Lampegan dan Misteri Hilangnya Penari Ronggeng

Dengan terhubungnya jalur kereta api dari Bogor sampai ke Bandung membuat transportasi dan perdagangan menjadi lebih cepat. Apalagi saat itu kereta api digunakan untuk mengangkut berbagai hasil pertanian dari tanah priangan, seperti teh dan kopi.

Dekat terowongan Lampegan terdapat stasiun Lampegan yang dulu digunakan untuk memantau lalu lintas kereta api yang melintas terowongan. Saat ini stasiun Lampegan masih berfungsi baik untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.Pada September 2000 terowongan ini sempat direnovasi karena bagian atasnya hancur kena rembesan air.

Setelah direnovasi jalur kereta api Sukabumi-Cianjur yang sempat terputus, kembali terhubung. Namun, pada 12 Maret 2001 terowongan itu ambruk lagi dan hubungan stasiun Cianjur dan Sukabumi kembali terputus. Pada 2010, Terowongan Lampegan kembali direstorasi dan sampai saat ini masih berfungsi dengan baik.

Ada cerita unik mengapa terowongan ini diberi nama Lampegan. Ada yang mengatakan berasal dari ucapan Van Beckman, seorang mandor dalam proyek pengejaan terowongan tersebut. Ketika dia memantau para pekerjanya yang sedang membobol bagian dalam terowongan yang gelap gulita, selalu berteriak “lamp pegang, lamp pegang…” (pegang lampunya..).

Penggunaan obor saat itu untuk mengecek apakah di dalam terowongan aman untuk dilakukan penggalian. Sebab, kondisi dalam terowongan yang lembap dikhawatirkan kandungan oksigen tipis dan membahayakan para pekerja.

Ada juga yang mengatakan nama itu berasal dari ucapan masinis kereta api di masa lampau yang selalu meneriakkan “Lampen aan! Lampen aan!” saat kereta melewati terowongan itu. Maksudnya, masinis memerintahkan agar para pegawainya menyalakan lampu agar kondisi dalam kereta tidak gelap saat melintas dalam terowongan.

Sedangkan dalam kamus bahasa Sunda kata “Lampegan” yang diterangkan sebagai ”nama sejenis tumbuh-tumbuhan kecil”. Apa pun asal usul namanya, sampai saat ini terowongan Lampegan cukup terkenal dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta sejarah kereta api.

Apalagi dari sejarah yang dituturkan dari mulut ke mulut sejak dahulu terselip kisah misteri yang bisa bikin bulu kuduk bergidik. Konon saat peresmian terowongan ini, diundanglah ronggeng terkenal waktu itu, Nyi Sadea. Nyi Sadea yang terkenal karena memiliki paras cantik dan lincah dalam menari diundang untuk menghibur pejabat Belanda dan menak-menak Priangan. Kemeriahan pesta yang digelar sejak sore tak terasa sampai lewat tengah malam.

Setelah pertunjukan, seorang opsir Belanda mengajak Nyi Sadea pergi melalui terowongan yang baru diresmikan itu. Sejak itu Nyi Sadea tak pernah kembali lagi dan tidak diketahui pasti siapa identitas opsir Belanda yang menjemputnya. Masyarakat kemudian hanya memercayai bahwa Nyi Sadea telah “diperistri” oleh “penghuni” terowongan tersebut. Cerita raibnya Nyi Ronggeng Sadea secara turun menurun hingga kini terus berkembang di masyarakat sekitar.

Hal lain yang perlu diingat bahwa jalur kereta api rute Bandung-Sukabumi memiliki potensi wisata. Pada jalur kereta api ini terdapat pemandangan kebun teh yang indah dan kawasan wisata situs megalitik Gunung Padang. Situs megalitik Gunung Padang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campakamulya, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Menurut para ahli arkeologi, situs ini merupakan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara. Jika jalur kereta api ini dimaksimalkan, maka akan menggeliatkan ekonomi masyarakat setempat dan menghidupkan pariwisata di daerah sekitar.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1036 seconds (0.1#10.140)