Jadi Korban Kekerasan Seksual, Bocah 7 Tahun Takut ke Sekolah
A
A
A
PADANGSIDIMPUAN - Pasca-menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan IM (15) warga Desa Pintu Langit, Kecamatan Angkola Julu, Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara (Sumut), NSS, 7, takut ke sekolah. Pasalnya, korban masih trauma atas perlakuan bejat pelaku.
"Saat ini, dia tidak mau sendirian ke sekolah, karena dia takut kepada pelaku yang saat ini masih bebas," ujar AR (32) ayah kandung korban kepada KORAN SINDO, ketika dijumpai di kediamannya, Senin, 22 Mei 2017 kemarin. Selain itu, anak ke dua dari tiga bersaudara tersebut jarang keluar rumah.
Sebelum kejadian, NSS selalu terlihat bermain dengan rekan-rekannya. Namun, saat ini kecerian anaknya tetsebut sudah tidak ada. Dia hanya mau bermain di dalam rumah saja.
"Kadang, kami menyuruh dia keluar untuk bermain bersama temannya, tapi dia takut nampak sama pelaku,"tutur laki-laki yang bekerja sebagai petani tersebut. Sambil meneteskan air mata, AR mengisahkan bahwa, NSS sebenarnya anak yang ceria, suka berteman, namun tidak cengen.
Apabila kedua orang tuanya bekerja, dia ikut membantu kakak tertua untuk menjaga adeknya. Tapi saat ini, korban terkesan menjadi anak yang pemalu dan tidak punya kepercayaan diri.
Pernyataan yang sama juga datang dari HT (30) ibu kandung korban. Dia mengaku tidak terima dengan tindakan yang dilakukan korban kepada anaknya. HT Berharap kepada pihak kepolisian agar segera menahan pelaku, agar anak kandungnya tersebut tidak mengalami trauma yang berkepanjangan."Saya meminta agar secepatnya ditahan, karena anak saya trauma melihatnya,"ujarnya.
Sekader mengingatkan, aksi bejat pelaku diketahaui setelah korban menceritakan peristiwa itu kepada A Siregar (10), saudara kandungnya. Kemudian, A Siregar menceritakannya kepada HT. Mendengar cerita dari kakak korban, ibu tiga orang anak itu menghubungi suaminya dan langsung membuat laporan ke Mapolres Kota Padangsidimpuan.
"Saat ini, dia tidak mau sendirian ke sekolah, karena dia takut kepada pelaku yang saat ini masih bebas," ujar AR (32) ayah kandung korban kepada KORAN SINDO, ketika dijumpai di kediamannya, Senin, 22 Mei 2017 kemarin. Selain itu, anak ke dua dari tiga bersaudara tersebut jarang keluar rumah.
Sebelum kejadian, NSS selalu terlihat bermain dengan rekan-rekannya. Namun, saat ini kecerian anaknya tetsebut sudah tidak ada. Dia hanya mau bermain di dalam rumah saja.
"Kadang, kami menyuruh dia keluar untuk bermain bersama temannya, tapi dia takut nampak sama pelaku,"tutur laki-laki yang bekerja sebagai petani tersebut. Sambil meneteskan air mata, AR mengisahkan bahwa, NSS sebenarnya anak yang ceria, suka berteman, namun tidak cengen.
Apabila kedua orang tuanya bekerja, dia ikut membantu kakak tertua untuk menjaga adeknya. Tapi saat ini, korban terkesan menjadi anak yang pemalu dan tidak punya kepercayaan diri.
Pernyataan yang sama juga datang dari HT (30) ibu kandung korban. Dia mengaku tidak terima dengan tindakan yang dilakukan korban kepada anaknya. HT Berharap kepada pihak kepolisian agar segera menahan pelaku, agar anak kandungnya tersebut tidak mengalami trauma yang berkepanjangan."Saya meminta agar secepatnya ditahan, karena anak saya trauma melihatnya,"ujarnya.
Sekader mengingatkan, aksi bejat pelaku diketahaui setelah korban menceritakan peristiwa itu kepada A Siregar (10), saudara kandungnya. Kemudian, A Siregar menceritakannya kepada HT. Mendengar cerita dari kakak korban, ibu tiga orang anak itu menghubungi suaminya dan langsung membuat laporan ke Mapolres Kota Padangsidimpuan.
(whb)