Warga Pulau Terluar di Nunukan Kini Nikmati Air Bersih
A
A
A
SEBATIK - PT Asabri (Persero) menyerahkan bantuan 28 unit instalasi sanitasi dan air bersih kepada penduduk di sejumlah wilayah terluar perbatasan RI-Malaysia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Berbagai wilayah tersebut di antaranya Pulau Nunukan (5 unit), Pulau Sebatik (5 unit), Kecamatan Sei Menggaris (2 unit), Kecamatan Sembakung (5 unit), Kecamatan Tulin Onsoi (3 unit), Kecamatan Sebuku (1 unit), Kecamatan Lumbis (1 unit), dan Kecamatan Sembakung Atulai (1 unit). Bantuan terdiri atas sumur bor, penampungan air, septic tank dan sarana mandi, cuci, kakus (MCK) berupa bangunan permanen. Sebelumnya, warga rata-rata mengandalkan WC darurat atau sungai untuk buang hajat dan air hujan untuk minum.
Semua sarana dan prasarana ini merupakan bagian dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Asabri 2016 dengan nilai anggaran Rp2,4 miliar. Proses pembangunan mulai survei lokasi hingga bentuk fisik melibatkan secara penuh para personel militer teritorial di bawah Kodim 0911 Nunukan bersama warga setempat. Sebagian besar sarana dan prasarana ini sudah digunakan oleh masyarakat karena pembangunannya tuntas beberapa bulan lalu.
“Dari 70 titik program sarana dan prasarana Asabri di seluruh Indonesia dengan total anggaran hampir Rp6 miliar, instalasi sanitasi dan air bersih di 28 titik perbatasan inilah yang baru sempat kami resmikan sekarang. Jadi masyarakat yang memang benar-benar membutuhkan sarana ini sudah langsung menggunakannya,” ujar Kepala Divisi PKBL PT Asabri, Zulkarnaen Effendi di sela penyerahan simbolis bantuan di Desa Lapri, Kecamatan Sebatik Utara, Kabupaten Nunukan, Minggu (23/4/2017).
Menurut Zulkarnaen, selain demi memajukan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, pembangunan fasilitas sanitasi dan air bersih di perbatasan terluar ini juga bertujuan untuk meningkatkan kewibawaan NKRI di mata negara tetangga.
“Daerah-daerah ini merupakan beranda Indonesia yang langsung berhadapan dengan Tawau, Malaysia. Masyarakatnya masih banyak yang kesulitan air bersih dengan MCK seadanya. Sangat tidak layak. Adalah tanggung jawab moral kita untuk membenahi cermin tersebut menjadi lebih manusiawi,” kata Zulkarnaen.
Kepala Kantor Cabang Asabri Balikpapan, Saptono Budi Santoso menambahkan, lahan untuk pembangunan instalasi sanitasi dan air bersih merupakan sumbangan sukarela masyarakat. Setiap unit rata-rata digunakan oleh sedikitnya 15 kepala keluarga (KK).
“Mengenai perawatan dan pemeliharaan, sepenuhnya kami serahkan kepada masyarakat bagaimana agar manfaat bantuan ini bisa dinikmati selamanya,” kata Saptono.
Zaimah (44), warga Desa Bambangan, Kecamatan Sebatik Barat, mengungkapkan, sebelum Asabri membangun fasilitas sanitasi dan air bersih, dia dan para tetangga mengandalkan air dari sumur untuk keperluan MCK sehari-hari. “Karena agak keruh dan berbau, airnya tidak kami pakai untuk air minum. Untuk air minum kami menampung air hujan lalu dimasak,” tuturnya.
Lain lagi kisah Maria (50), warga Kampung Tator, Kelurahan Nunukan Tengah. “Kami biasanya MCK ke sungai seberang rumah. Kalau musim kering ya repot sekali kalau mau buang air,” katanya.
Fasilitas MCK di sejumlah rumah di kampung tersebut rata-rata berupa bilik bambu berukuran 1 x 1 meter beratap seng. Salurannya diarahkan ke sungai. Posisi WC tak jauh dari dapur dan kandang ternak.
Untuk 2017, Asabri melalui PKBL berencana membangun instalasi sanitasi dan air bersih di Kabupaten Lembata, NTT dan Papua Barat bermitra dengan BUMN lain yakni Pelindo IV; serta instalasi listrik di Kabupaten Pidie, NAD.
Berbagai wilayah tersebut di antaranya Pulau Nunukan (5 unit), Pulau Sebatik (5 unit), Kecamatan Sei Menggaris (2 unit), Kecamatan Sembakung (5 unit), Kecamatan Tulin Onsoi (3 unit), Kecamatan Sebuku (1 unit), Kecamatan Lumbis (1 unit), dan Kecamatan Sembakung Atulai (1 unit). Bantuan terdiri atas sumur bor, penampungan air, septic tank dan sarana mandi, cuci, kakus (MCK) berupa bangunan permanen. Sebelumnya, warga rata-rata mengandalkan WC darurat atau sungai untuk buang hajat dan air hujan untuk minum.
Semua sarana dan prasarana ini merupakan bagian dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Asabri 2016 dengan nilai anggaran Rp2,4 miliar. Proses pembangunan mulai survei lokasi hingga bentuk fisik melibatkan secara penuh para personel militer teritorial di bawah Kodim 0911 Nunukan bersama warga setempat. Sebagian besar sarana dan prasarana ini sudah digunakan oleh masyarakat karena pembangunannya tuntas beberapa bulan lalu.
“Dari 70 titik program sarana dan prasarana Asabri di seluruh Indonesia dengan total anggaran hampir Rp6 miliar, instalasi sanitasi dan air bersih di 28 titik perbatasan inilah yang baru sempat kami resmikan sekarang. Jadi masyarakat yang memang benar-benar membutuhkan sarana ini sudah langsung menggunakannya,” ujar Kepala Divisi PKBL PT Asabri, Zulkarnaen Effendi di sela penyerahan simbolis bantuan di Desa Lapri, Kecamatan Sebatik Utara, Kabupaten Nunukan, Minggu (23/4/2017).
Menurut Zulkarnaen, selain demi memajukan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, pembangunan fasilitas sanitasi dan air bersih di perbatasan terluar ini juga bertujuan untuk meningkatkan kewibawaan NKRI di mata negara tetangga.
“Daerah-daerah ini merupakan beranda Indonesia yang langsung berhadapan dengan Tawau, Malaysia. Masyarakatnya masih banyak yang kesulitan air bersih dengan MCK seadanya. Sangat tidak layak. Adalah tanggung jawab moral kita untuk membenahi cermin tersebut menjadi lebih manusiawi,” kata Zulkarnaen.
Kepala Kantor Cabang Asabri Balikpapan, Saptono Budi Santoso menambahkan, lahan untuk pembangunan instalasi sanitasi dan air bersih merupakan sumbangan sukarela masyarakat. Setiap unit rata-rata digunakan oleh sedikitnya 15 kepala keluarga (KK).
“Mengenai perawatan dan pemeliharaan, sepenuhnya kami serahkan kepada masyarakat bagaimana agar manfaat bantuan ini bisa dinikmati selamanya,” kata Saptono.
Zaimah (44), warga Desa Bambangan, Kecamatan Sebatik Barat, mengungkapkan, sebelum Asabri membangun fasilitas sanitasi dan air bersih, dia dan para tetangga mengandalkan air dari sumur untuk keperluan MCK sehari-hari. “Karena agak keruh dan berbau, airnya tidak kami pakai untuk air minum. Untuk air minum kami menampung air hujan lalu dimasak,” tuturnya.
Lain lagi kisah Maria (50), warga Kampung Tator, Kelurahan Nunukan Tengah. “Kami biasanya MCK ke sungai seberang rumah. Kalau musim kering ya repot sekali kalau mau buang air,” katanya.
Fasilitas MCK di sejumlah rumah di kampung tersebut rata-rata berupa bilik bambu berukuran 1 x 1 meter beratap seng. Salurannya diarahkan ke sungai. Posisi WC tak jauh dari dapur dan kandang ternak.
Untuk 2017, Asabri melalui PKBL berencana membangun instalasi sanitasi dan air bersih di Kabupaten Lembata, NTT dan Papua Barat bermitra dengan BUMN lain yakni Pelindo IV; serta instalasi listrik di Kabupaten Pidie, NAD.
(kri)