Melihat Empat Naskah Kuno di Museum Sri Baduga

Jum'at, 21 April 2017 - 05:00 WIB
Melihat Empat Naskah Kuno di Museum Sri Baduga
Melihat Empat Naskah Kuno di Museum Sri Baduga
A A A
Naskah bertuliskan Arab yang diduga berasal dari Abad ke-19 kini menambah koleksi Museum Sri Baduga. Empat naskah tersebut didapatkan pihak museum dari warga Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.

"Empat naskah kita peroleh dari Kota Cirebon," kata Kasi Perlidungan Museum Sri Baduga Nita Julianita, di Museum Sribaduga, Jalan BKR, Bandung, Jawa Barat, Kamis (20/4/2017).

Naskah tersebut telah dibidik Tim Pengkaji Museum Sri Baduga sejak setahun lalu. Setelah dirasa layak secara fisik, isi, dan nilai kompensasinya oleh tim ahli, pihaknya kemudian meminta naskah tersebut dari seorang warga.

Namun, naskah tidak dihibahkan. Sang pemilik naskah kuno itu meminta kompensasi. Pemberian kompensasi pun dilakukan sebagai apresiasi terhadap masyarakat.
Naskah kuno di Museum Sri Baduga Bandung. Foto/KORAN SINDO/Dede Arip Rachman

Ketika kompensasi dinyatakan sesuai, keempat naskah itu pun bisa didapatkan pada bulan Maret 2017. Dengan hadirnya empat naskah Arab itu, koleksi museum pun bertambah menjadi 170-an.

Meski empat naskah yang didapatkan Museum Sri Baduga ini bertuliskan Arab, ada sebagian yang menggunakan bahasa Jawa Cirebon. Isi dari keempat naskah ini ditulis dalam bahasa Arab di atas kertas daluang (lembaran tipis yang dibuat dari kulit kayu dari pohon daluang).

"Naskah pertama itu berisi tentang mubarok, di dalamnya ada tentang ilmu taqlid sama makrifat iman dan islam. Naskah kedua nahwu shorof, bagian akhirnya ada tentang akhlak dan ilmu mantiq. Naskah ketiga tanya jawab tentang ketauhidan. Naskah keempat mujarobat."

Berdasarkan penuturan pemilik, naskah ini merupakan pusaka turun temurun keluarga. "Naskah ini termasuk langka," ujarnya.
Naskah kuno di Museum Sri Baduga Bandung. Foto/KORAN SINDO/Dede Arip Rachman

Menurutnya, saat ini pengelola Museum Sri Baduga gencar mengumpulkan naskah di beberapa daerah di Jabar, seperti Indramayu, Ciamis, Cirebon dan daerah lainnya. Hal ini dilakukan karena ternyata banyak masyarakat yang masih menyimpan naskah itu.

Lantaran kondisi fisik kertas yang dikhawatirkan merusak isi dalam naskah tersebut, pihak museum berencana mengalihmediakan (digitalisasi) naskah tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjaga isi informasi dan melindungi naskah berusia ratusan tahun tersebut. Dengan begitu naskah pun dapat diakses pengunjung museum secara digital dan benda aslinya tak tersentuh.

Tak hanya itu, pihak museum pun akan melakukan perawatan dan perbaikan naskah secara fisik. Selain itu, naskah kuno itu juga bakal diterjemahkan oleh ahlinya dan dibuat kajiannya untuk kemudian diseminarkan.

Agar terawat, naskah kuno itu akan disimpan ruang khusus naskah yang telah disesuaikan suhu dan temperaturnya. "Ruang penyimpanan menggunakan AC yang telah ditentukan suhunya, sebab harus menjaga suhu dan kelembaban. Kalau kelembaban tinggi, tulisan naskah di atas kertas akan buram, karena kelembaban mengundang serangga dan jamur. Jadi perlu perlakuan khusus."
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5208 seconds (0.1#10.140)