Tuntut Ganti Rugi, Ahli Waris Tutup Tol Reformasi Makassar

Tuntut Ganti Rugi, Ahli Waris Tutup Tol Reformasi Makassar
A
A
A
MAKASSAR - Setelah 16 tahun menuntut ganti kerugian pembebasan lahan tol seluas 12 hektare, ahli waris pemilik lahan Intje Koemala versi Chandra Taniwijaya akhirnya menutup Tol Reformasi Makassar, Senin (17/4/2017) pagi.
Dari pantauan KORAN SINDO, belasan warga menutup permanen Tol Reformasi tepat di Pintu Tol Kaluku Bodoa. Warga memasang blokade dengan kayu, balok, hingga batu yang diletakkan memenuhi aspal.
Akibatnya, terjadi kemacetan panjang di pintu tol hingga beberapa jam. Kuasa hukum ahli waris, Alim Halim menyebutkan aksi tutup jalan itu dilakukan setelah tidak menemukan itikad baik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU-PR) untuk membayarkan sisa ganti kerugian lahan.
Katanya, aksi menduduki lahan tol sudah dilakukan sejak lima bulan lalu, namun ahli waris belum juga menerima pembayaran lahan. Sejak 2001 silam pemerintah baru melunasi pembayaran 1/3 dari Rp12 miliar, atau masih sisa sebesar Rp9 miliar lebih.
"Ahli waris baru menerima 1/3 dari total ganti rugi pembebasan lahan. Sudah 16 tahun kami menunggu dan sampai sekarang terlihat tidak ada itikad baik," ujar Andi Amin Halim, pendamping hukum ahli waris Intje Koemala versi Chandra Taniwijaya.
Setelah dimediasi oleh pihak kepolisian, ahli waris menyepakati membuka sebagian ruas jalan. "Kami sudah dimediasi di Menara Bosowa, bertemu dan langsung ditandatangani Presiden Direktur Pengelola Jalan Tol Anwar Toha. Kami masih akan berikan waktu satu minggu untuk Kementerian PU PR untuk membayar. Namun, kalau tidak (dibayar) kami akan tutup semua ruas jalan," tegas Amin.
Dari pantauan KORAN SINDO, belasan warga menutup permanen Tol Reformasi tepat di Pintu Tol Kaluku Bodoa. Warga memasang blokade dengan kayu, balok, hingga batu yang diletakkan memenuhi aspal.
Akibatnya, terjadi kemacetan panjang di pintu tol hingga beberapa jam. Kuasa hukum ahli waris, Alim Halim menyebutkan aksi tutup jalan itu dilakukan setelah tidak menemukan itikad baik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU-PR) untuk membayarkan sisa ganti kerugian lahan.
Katanya, aksi menduduki lahan tol sudah dilakukan sejak lima bulan lalu, namun ahli waris belum juga menerima pembayaran lahan. Sejak 2001 silam pemerintah baru melunasi pembayaran 1/3 dari Rp12 miliar, atau masih sisa sebesar Rp9 miliar lebih.
"Ahli waris baru menerima 1/3 dari total ganti rugi pembebasan lahan. Sudah 16 tahun kami menunggu dan sampai sekarang terlihat tidak ada itikad baik," ujar Andi Amin Halim, pendamping hukum ahli waris Intje Koemala versi Chandra Taniwijaya.
Setelah dimediasi oleh pihak kepolisian, ahli waris menyepakati membuka sebagian ruas jalan. "Kami sudah dimediasi di Menara Bosowa, bertemu dan langsung ditandatangani Presiden Direktur Pengelola Jalan Tol Anwar Toha. Kami masih akan berikan waktu satu minggu untuk Kementerian PU PR untuk membayar. Namun, kalau tidak (dibayar) kami akan tutup semua ruas jalan," tegas Amin.
(zik)