Ibunda Fahri Juga Mengidap Penyakit Tulang Rapuh
A
A
A
BANDUNG - Muhammad Fahri (11), warga Cibiru, Kota Bandung, divonis mengidap penyakit Osteogenesis Imperfecta yang menyebabkan tulang di tubuhnya rapuh dan mudah patah. Ternyata bukan hanya Fahri, sang ibu, Sri Astati Nursani (32), juga mengidap penyakit yang sama.
Kedua kaki perempuan yang akrab disapa Sani itu pun terlihat bengkok. Lengan terlihat melengkung, terutama pada bagian sekitar siku. "Saya juga dari kecil sama penyakitnya, gampang patah tulangnya. Tapi kondisi saya tidak separah Fahri," ujar Sani, Sabtu (1/4/2017).
Sejak kecil, Sani mengaku sudah terbiasa menggunakan tongkat. Sebab dia khawatir tulangnya patah saat berjalan atau beraktivitas lainnya. Sani diobati seadanya sejak kecil, salah satunya oleh ahli patah tulang tradisional.
Tapi kondisi Sani tidak terlalu parah. Justru Fahri yang kemudian penyakitnya terlihat parah. Saking rapuhnya, batuk pun bisa membuat tulang rusuk Fahri patah. Tertimpa bantal yang ringan pun tulang Fahri patah.
Seiring jalannya waktu, kondisi fisik Sani membaik. Dia tetap bisa beraktivitas seperti orang lain meskipun harus menggunakan tongkat. Belakangan, dalam beberapa tahun terakhir, dia sudah tidak menggunakan tongkat dan berjalan tanpa alat bantu.
Meski begitu, jelas ada perbedaan saat berjalan kaki. Dia tidak bisa berjalan normal karena kedua kakinya tampak melengkung setelah patah. Sehingga saat berjalan, dia harus melangkah perlahan-lahan. Soal penyakitnya itu, Sani mengakui jika ternyata ada silsilah dalam keluarganya yang mengidapnya. Neneknya mengidap penyakit yang sama, tulangnya mudah patah.
Sani mengatakan, dirinya sudah diperiksa kembali oleh dokter. Hasilnya, tulang Sani kini sudah jauh lebih kuat dibanding saat masih kecil. Meski begitu, Sani tetap merasa ada dampak negatif yang dirasakan. Dia tidak bisa berjalan terlalu jauh. "Saya gampang capek dan pegal kakinya," ucapnya.
Tapi hal itu tidak pernah membuat semangat Sani surut. Dia tetap berjualan tisu untuk menyambung hidup dan menyisihkan uang untuk biaya berobat Fahri. Dalam sehari, dia menargetkan harus bisa menyimpan minimal Rp100.000 dari keuntungannya untuk disimpan. Sebab setiap bulan minimal butuh Rp3,8 juta untuk mengobati Fahri agar mencegah penyakinya tidak bertambah parah.
Kedua kaki perempuan yang akrab disapa Sani itu pun terlihat bengkok. Lengan terlihat melengkung, terutama pada bagian sekitar siku. "Saya juga dari kecil sama penyakitnya, gampang patah tulangnya. Tapi kondisi saya tidak separah Fahri," ujar Sani, Sabtu (1/4/2017).
Sejak kecil, Sani mengaku sudah terbiasa menggunakan tongkat. Sebab dia khawatir tulangnya patah saat berjalan atau beraktivitas lainnya. Sani diobati seadanya sejak kecil, salah satunya oleh ahli patah tulang tradisional.
Tapi kondisi Sani tidak terlalu parah. Justru Fahri yang kemudian penyakitnya terlihat parah. Saking rapuhnya, batuk pun bisa membuat tulang rusuk Fahri patah. Tertimpa bantal yang ringan pun tulang Fahri patah.
Seiring jalannya waktu, kondisi fisik Sani membaik. Dia tetap bisa beraktivitas seperti orang lain meskipun harus menggunakan tongkat. Belakangan, dalam beberapa tahun terakhir, dia sudah tidak menggunakan tongkat dan berjalan tanpa alat bantu.
Meski begitu, jelas ada perbedaan saat berjalan kaki. Dia tidak bisa berjalan normal karena kedua kakinya tampak melengkung setelah patah. Sehingga saat berjalan, dia harus melangkah perlahan-lahan. Soal penyakitnya itu, Sani mengakui jika ternyata ada silsilah dalam keluarganya yang mengidapnya. Neneknya mengidap penyakit yang sama, tulangnya mudah patah.
Sani mengatakan, dirinya sudah diperiksa kembali oleh dokter. Hasilnya, tulang Sani kini sudah jauh lebih kuat dibanding saat masih kecil. Meski begitu, Sani tetap merasa ada dampak negatif yang dirasakan. Dia tidak bisa berjalan terlalu jauh. "Saya gampang capek dan pegal kakinya," ucapnya.
Tapi hal itu tidak pernah membuat semangat Sani surut. Dia tetap berjualan tisu untuk menyambung hidup dan menyisihkan uang untuk biaya berobat Fahri. Dalam sehari, dia menargetkan harus bisa menyimpan minimal Rp100.000 dari keuntungannya untuk disimpan. Sebab setiap bulan minimal butuh Rp3,8 juta untuk mengobati Fahri agar mencegah penyakinya tidak bertambah parah.
(wib)