Giliran Warga Kedonganan Gelar Tradisi Perang Lumpur usai Nyepi
A
A
A
DENPASAR - Pascaperayaan Nyepi ratusan warga dari anak-anak hingga kakek-kakek berkumpul di depan pura Bale Agung di Desa Kedonganan, Kuta Selatan, Badung pada Rabu (29/3/2017).
Mereka mengenakan pakaian adat telanjang dada, setelah diperciki tirta langsung menuju hutan mangrove di kawasan Pura Dalem dekat setra (kuburan) adat desa ini. Mereka menggelar tradisi Mebuug buugan atau tradisi mandi dan perang lumpur.
Ketua panitia Mebuug Buugan, Made Gede Budhyastra mengatakan, tradisi ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan setelah perayaan Nyepi sejak 60 tahun silam.
Dia menjelaskan, tradisi ini sempat lama tidak diadakan, namun sejak tahun 2015 kembali di gelar oleh Desa Adat Kedonganan.
"Tradisi perang lumpur ini merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sehari setelah Nyepi yang bertujuan menetralkan sifat-sifat buruk," jelasnya.
Menariknya pada kegiatan untuk kali ini para perempuan ikut dilibatkan. Padahal sebelumnya para wanita tidak ada yang mengikuti tradisi ini.
"Di zaman dahulu tradisi ini dilakukan khusus oleh kaum pria. Bahkan dilakukan bugil, karenanya tidak ada wanita dilibatkan. Namun saat ini kami libatkan untuk mengenal tradisi," ujarnya. Usai perang lumpur mereka langsung mandi di laut secara bersama-sama.
"Ada ratusan warga yang ikut terlibat perang lumpur ini. Setelah acara kami mandi bersama di pantai," pungkasnya.
Mereka mengenakan pakaian adat telanjang dada, setelah diperciki tirta langsung menuju hutan mangrove di kawasan Pura Dalem dekat setra (kuburan) adat desa ini. Mereka menggelar tradisi Mebuug buugan atau tradisi mandi dan perang lumpur.
Ketua panitia Mebuug Buugan, Made Gede Budhyastra mengatakan, tradisi ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan setelah perayaan Nyepi sejak 60 tahun silam.
Dia menjelaskan, tradisi ini sempat lama tidak diadakan, namun sejak tahun 2015 kembali di gelar oleh Desa Adat Kedonganan.
"Tradisi perang lumpur ini merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sehari setelah Nyepi yang bertujuan menetralkan sifat-sifat buruk," jelasnya.
Menariknya pada kegiatan untuk kali ini para perempuan ikut dilibatkan. Padahal sebelumnya para wanita tidak ada yang mengikuti tradisi ini.
"Di zaman dahulu tradisi ini dilakukan khusus oleh kaum pria. Bahkan dilakukan bugil, karenanya tidak ada wanita dilibatkan. Namun saat ini kami libatkan untuk mengenal tradisi," ujarnya. Usai perang lumpur mereka langsung mandi di laut secara bersama-sama.
"Ada ratusan warga yang ikut terlibat perang lumpur ini. Setelah acara kami mandi bersama di pantai," pungkasnya.
(sms)