Pergerakan Tanah di Ciherang Makin Meluas
A
A
A
SUMEDANG - Intensitas curah hujan yang masih tinggi menyebabkan pergerakan tanah di wilayah Desa Ciherang, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang kembali terjadi dan kian meluas.
Meski bencana pergerakan tanah berpotensi besar memicu kembali terjadi bencana longsor, namun puluhan KK (Kepala keluarga) di wilayah itu masih memilih tetap bertahan.
Warga Dusun/Desa Ciherang Ujang Rukmana mengaku, hingga saat ini, meski sebagian rumahnya sudah mulai ambruk dan miring hingga 20 derajat akibat pergerakan tanah, namun belum mau pindah karena belum ada kejelasan dari Pemkab Sumedang.
"Kami belum pindah karena hingga saat ini pemerintah belum minta kami untuk pindah. Karena itu kami memilih tetap bertahan, kalau pun pindah tanpa kejelasan status dari pemerintah, bagaimana jadinya nasib kami ke depan?" ujarnya.
Belum ada kejelasan status dari pemerintah ini, kata dia, membuat keluarga Ujang (7 jiwa) beserta puluhan KK lainnya yang menghuni rumah di sepanjang Jalan Raya Bandung - Cirebon ini memilih bertahan.
"Memang untuk warga korban longsor Cimareme, Pasanggrahan Baru dan sebagian warga di Ciherang sudah mulai pindah ke lokasi relokasi di Sakurjaya (Ujungjaya) karena diminta pemerintah, tapi sebagian lainnya juga masih banyak yang bertahan karena memang, untuk yang bertahan ini belum diminta pemerintah untuk pindah," akunya.
Dia menyebutkan, pergerakan tanah yang terjadi di wilayahnya tak hanya disebabkan masih tingginya curah hujan, tapi juga andil masih masih tingginya mobilisasi truk besar yang melintas di jalan nasional penghubung Bandung - Cirebon tersebut.
"Saat kemarau pun, di sini, tak jarang terjadi pergerakan tanah akibat getaran yang ditimbulkan truk besar saat melintas. Dan sudah beberapa kali kami memerbaiki rumah retak akibat pergerakan tanah ini. Karena itu, kami berharap ada solusi tepat yang ditawarkan kepada warga. Jangan sebatas merelokasi tapi tidak jelas ke depannya gimana," sebutnya.
Meski bencana pergerakan tanah berpotensi besar memicu kembali terjadi bencana longsor, namun puluhan KK (Kepala keluarga) di wilayah itu masih memilih tetap bertahan.
Warga Dusun/Desa Ciherang Ujang Rukmana mengaku, hingga saat ini, meski sebagian rumahnya sudah mulai ambruk dan miring hingga 20 derajat akibat pergerakan tanah, namun belum mau pindah karena belum ada kejelasan dari Pemkab Sumedang.
"Kami belum pindah karena hingga saat ini pemerintah belum minta kami untuk pindah. Karena itu kami memilih tetap bertahan, kalau pun pindah tanpa kejelasan status dari pemerintah, bagaimana jadinya nasib kami ke depan?" ujarnya.
Belum ada kejelasan status dari pemerintah ini, kata dia, membuat keluarga Ujang (7 jiwa) beserta puluhan KK lainnya yang menghuni rumah di sepanjang Jalan Raya Bandung - Cirebon ini memilih bertahan.
"Memang untuk warga korban longsor Cimareme, Pasanggrahan Baru dan sebagian warga di Ciherang sudah mulai pindah ke lokasi relokasi di Sakurjaya (Ujungjaya) karena diminta pemerintah, tapi sebagian lainnya juga masih banyak yang bertahan karena memang, untuk yang bertahan ini belum diminta pemerintah untuk pindah," akunya.
Dia menyebutkan, pergerakan tanah yang terjadi di wilayahnya tak hanya disebabkan masih tingginya curah hujan, tapi juga andil masih masih tingginya mobilisasi truk besar yang melintas di jalan nasional penghubung Bandung - Cirebon tersebut.
"Saat kemarau pun, di sini, tak jarang terjadi pergerakan tanah akibat getaran yang ditimbulkan truk besar saat melintas. Dan sudah beberapa kali kami memerbaiki rumah retak akibat pergerakan tanah ini. Karena itu, kami berharap ada solusi tepat yang ditawarkan kepada warga. Jangan sebatas merelokasi tapi tidak jelas ke depannya gimana," sebutnya.
(nag)