Peserta Sail Indonesia 2016 Dijamu Arak Sebagai Ritual Dayak

Jum'at, 07 Oktober 2016 - 09:11 WIB
Peserta Sail Indonesia...
Peserta Sail Indonesia 2016 Dijamu Arak Sebagai Ritual Dayak
A A A
KOTAWARINGIN BARAT - Puluhan peserta Sail Indonesia 2016 tiba di rumah adat Dayak Betang di Jalan Pasir Panjang, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Jumat (7/10/2016) sekitar pukul 07.00 WIB. Setibanya di rumah adat Dayak Betang, puluhan turis dari berbagai negara di Benua Eropa dan Amerika ini langsung disambut dengan tradisi Potong Pantan atau ritual adat dayak Tomun. Di antaranya mereka dari Afrika Selatan, Amerika, Australia, Austria, Belgia dan sejumlah negara lainnya.

Memasuki gerbang rumah Betang, puluhan peserta Sail Indonesia 2016 ini dibuat terpukau dengan aksi pesilat dayak yang melakukan aksinya secara mistis dan mandau yang dipegangnya. Yang tak kalah menarik puluhan warga negara asing ini wajib meminum Arak Dayak sebagai tanda penghormatan dan persaudaraan.

"Is amazing...Saya sangat terpukau dengan aksi orang Dayak ini. Ternyata budaya warga Kalimantan Indonesia luar biasa. Saya suka sekali...," ucap seorang peserta Sail Indonesia 2016 asal Afrika Selatan, Kyle sambil tepuk tangan dan tersenyum, Jumat (7/10/2016).

Menurutnya, tujuan utama rombongan Sail Indonesia 2016 ini akan mengunjungi wisata Orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP). "Nama TNTP sebagai habitat Orangutan di Indonesia sudah mendunia. Tapi setelah saya melihat adat dan budaya orang Dayak, saya jadi mau ke sini lagi tahun depan," kata Kyle.

Rencananya sekitar 30 peserta Sail Indonesia 2016 yang berlayar dari Pulau Dewata Bali menuju Pangkalan Bun ini akan kembali melanjutkan pelayaran menuju Pontianak, Kalimantan Barat.

Sebab pada 19 Oktober mendatang di Pontianak Kalbar akan ada even besar bernama Sail Karimata 2016 yang dikuti ratusan hingga ribuan para pelayar seluruh dunia.

Sementara itu, Bupati Kotawaringin Barat Bambang Purwanto yang menyambut rombongan peserta Sail Indonesia 2016 merasa bangga memiliki TNTP. Sebab dengan adanya lokasi konservasi Orangutan terbesar di dunia itu membuat nama Kotawaringin Barat dikenal oleh seluruh pecinta Orangutan di dunia.

"Kita harus bangga memiliki TNTP sebagai habitat Orangutan terbesar di dunia. Kita harus jaga dan rawat TNTP supaya ke depan kunjungan wisata semakin meningkat," kata Bambang Purwanto.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7608 seconds (0.1#10.140)