Balai Arkeologi Temukan Benda Bersejarah di Gunung Mas
A
A
A
GUNUNG MAS - Tim Balai Arkeologi Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) menemukan benda-benda bersejarah selama penelitian di wilayah Kabupaten Gunung Mas (Gumas), Kalimantan Tengah beberapa pekan terakhir. Hal itu disampaikan Asisten I Sekretariat Daerah (Setda) Gumas, Suprapto Sungat.
"Benda-benda yang ditemukan di sekitar Desa Hatapang usianya cukup lama. Jumlah benda-benda yang ditemukan kurang lebih 12 kardus. Kemarin Bapak Bupati Gunung Mas juga telah meninjau dan melihat hasil temuan itu," kata Suprapto di ruang kerjanya, Rabu (14/9/2016).
Ia melanjutkan, arkeolog dari Balai Arkeologi Banjarmasin ruang lingkup kerjanya mencakup seluruh Pulau Kalimantan. Tim telah menemukan benda peninggalan orang-orang zaman dahulu seperti peralatan rumah tangga, termasuk jenis manas atau lilies, tusuk konde, dan beberapa benda lainnya.
Menurut Suprapto, penelitian dan penggalian benda bersejarah di Desa Hatapang berawal dari kegiatan penguatan nilai budaya yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayan (Kemendikbud) Republik Indonesia pada 2015. Dalam kegiatan itu, seluruh guru bidang studi sejarah berkumpul di Kabupaten Gumas.
"Dalam kegiatan penguatan nilai budaya itu dilakukan kunjungan ke lapangan yaitu ke tugu (situs) Tambun Bungai di Desa Tumbang Pajangei, Kecamatan Tewah dan ke Betang Toyoi di Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan."
Kemudian, lanjut dia, dalam perjalanan dari Desa Tumbang Pajangei menuju Desa Tumbang Malahoi melewati Desa Hatapang. Dalam kesempatan itu, Suprapto mengajak direktur Kebudayaan Kemendikbud kala itu, untuk melihat sisa peninggalan orang pada zaman dulu yang masih ada di Desa Hatapang.
"Setelah mereka melihat itu, terutama Direktur Kebudayaan sangat tertarik untuk dilakukan penelitian. Sehingga beberapa hari yang telah lewat tim dari Balai Arkeologi telah melakukan penelitian dan penggalian."
Menurut Suprapto, penelitian dan penggalian yang dilakukan saat ini merupakan tahapan awal untuk mengungkap fakta sejarah peradaban masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah, kususnya di Desa Hatapang.
"Sebagian dari hasil temuan akan dibawa untuk dilakukan penelitian, tentang sejauh mana usia peradaban yang ada di situ (Desa Hatapang). Hasil temuan juga disimpan di gedung arsip, karena kita belum memiliki museum."
"Benda-benda yang ditemukan di sekitar Desa Hatapang usianya cukup lama. Jumlah benda-benda yang ditemukan kurang lebih 12 kardus. Kemarin Bapak Bupati Gunung Mas juga telah meninjau dan melihat hasil temuan itu," kata Suprapto di ruang kerjanya, Rabu (14/9/2016).
Ia melanjutkan, arkeolog dari Balai Arkeologi Banjarmasin ruang lingkup kerjanya mencakup seluruh Pulau Kalimantan. Tim telah menemukan benda peninggalan orang-orang zaman dahulu seperti peralatan rumah tangga, termasuk jenis manas atau lilies, tusuk konde, dan beberapa benda lainnya.
Menurut Suprapto, penelitian dan penggalian benda bersejarah di Desa Hatapang berawal dari kegiatan penguatan nilai budaya yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayan (Kemendikbud) Republik Indonesia pada 2015. Dalam kegiatan itu, seluruh guru bidang studi sejarah berkumpul di Kabupaten Gumas.
"Dalam kegiatan penguatan nilai budaya itu dilakukan kunjungan ke lapangan yaitu ke tugu (situs) Tambun Bungai di Desa Tumbang Pajangei, Kecamatan Tewah dan ke Betang Toyoi di Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan."
Kemudian, lanjut dia, dalam perjalanan dari Desa Tumbang Pajangei menuju Desa Tumbang Malahoi melewati Desa Hatapang. Dalam kesempatan itu, Suprapto mengajak direktur Kebudayaan Kemendikbud kala itu, untuk melihat sisa peninggalan orang pada zaman dulu yang masih ada di Desa Hatapang.
"Setelah mereka melihat itu, terutama Direktur Kebudayaan sangat tertarik untuk dilakukan penelitian. Sehingga beberapa hari yang telah lewat tim dari Balai Arkeologi telah melakukan penelitian dan penggalian."
Menurut Suprapto, penelitian dan penggalian yang dilakukan saat ini merupakan tahapan awal untuk mengungkap fakta sejarah peradaban masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah, kususnya di Desa Hatapang.
"Sebagian dari hasil temuan akan dibawa untuk dilakukan penelitian, tentang sejauh mana usia peradaban yang ada di situ (Desa Hatapang). Hasil temuan juga disimpan di gedung arsip, karena kita belum memiliki museum."
(zik)