Kisah Bung Hatta Tinggal di 'Rumah Setan'

Jum'at, 02 September 2016 - 05:00 WIB
Kisah Bung Hatta Tinggal di Rumah Setan
Kisah Bung Hatta Tinggal di 'Rumah Setan'
A A A
KETIKA dibuang ke Banda Neira, Maluku, Mohammad Hatta pernah menempati sebuah rumah yang disebut 'Rumah Setan'. Seperti apa ceritanya?

Pada November 1935, Pemerintah Hindia Belanda memutuskan memindahkan Mohammad Hatta dari Boven Digul (Tanah Merah) ke Banda Neira. Selain Hatta, tahanan lainnya seperti Sjahrir juga dipindah ke sana.

Beberapa hari setelah tiba di Banda Neira, Hatta dan Sjahrir menyewa rumah yang dikuasai Tuan De Vries. Rumah itu terletak sekitar 100 meter dari kantor gezaghebber, kepala pemerintahan setempat. De Vries bersedia menyewakan rumah itu. Harga sewanya 12,50 gulden sebulan. (Baca juga: Ketika Hatta dan Sjahrir Dibuang Belanda).

Setelah sepakat berbagi ruangan di rumah besar tersebut, Hatta dan Sjahrir dibantu sejumlah pihak, termasuk keluarga Iwa Kusuma Sumantri, yang mencarikan orang untuk memasang berbagai perabotan dan keperluan di rumah tersebut, seperti lampu gas, kain jendela, dan kain pintu.

Ada pula yang membantu mencarikan koki dan pelayan. Begitu semuanya beres, Bung Hatta dan Sjahrir menempati rumah tersebut.

Namun, pada akhirnya Bung Hatta harus pindah rumah. Sebab, De Vries akan menempati rumah tersebut. Hatta lalu pindah ke rumah kosong yang tak jauh dari rumah De Vries. Rumah milik seorang keluarga Ambon yang tinggal di Makassar itu disewa 10 gulden sebulan.

Saat pemilik rumah itu berangkat ke Makassar, rumah tersebut disewakan kepada seorang juru rawat yang juga berasal dari Ambon. Namun, juru rawat tersebut tidak kerasan tinggal di situ karena sering melihat peti mati hitam di bagian tengah rumah.

Beberapa kenalan Hatta sempat menasihati ketika Hatta menyewa rumah tersebut. Menurut mereka, rumah itu adalah 'rumah setan' sehingga tidak baik untuk ditinggali.

Mendengar hal itu, Hatta cuek. Menurut pria yang saat lahir diberi nama Mohammad Athar itu, dia yang pindah ke rumah itu dan setan tersebut bisa disuruh pergi.

Setelah dua atau tiga hari Hatta tinggal di situ, datang seorang dari keluarga Baadillah, keturunan bangsawan Arab, yang bertanya kepada Hatta apakah tidak terganggu waktu tidur. Pria kelahiran 12 Agustus 1902 itu menjawab, tidak ada yang mengganggunya.

"Setan yang dikatakan menghuni rumah ini sudah kusuruh pergi ke belakang benteng," kata Hatta.

Mendengar jawaban Hatta, orang tersebut malah ketakutan keluarganya yang akan diganggu setan tersebut.

"Itu tidak akan terjadi asal Tuan sekeluarga apabila mau tidur membaca ayatul kursi dan setan itu pun tidak akan berani mengganggu Tuan sekeluarga," ujar Hatta menasihati orang tersebut.

Hatta juga mengatakan,"Cuma, tadi malam aku tersentak dari tidur nyenyak karena keributan di jalan besar di muka rumah. Akan tetapi, keributan itu tidak disebabkan oleh setan, malahan disebabkan oleh orang-orang yang lewat, yang baru saja pulang dari menonton bioskop di pasar."

Mendengar cerita Hatta itu, orang tersebut hanya tertawa.

Sumber Tulisan:
Mohammad Hatta, Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi, Penerbit Buku Kompas.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4436 seconds (0.1#10.140)