Gubernur Sumsel Jadi Pembicara Forum Tingkat Tinggi The Bonn Challenge

Minggu, 28 Agustus 2016 - 16:01 WIB
Gubernur Sumsel Jadi...
Gubernur Sumsel Jadi Pembicara Forum Tingkat Tinggi The Bonn Challenge
A A A
PANAMA - Implementasi restorasi lanskap di Sumatera Selatan (Sumsel) diakui dunia internasional. Terbukti, Gubernur Sumsel Alex Noerdin diundang sebagai pembicara pada High Level Restorasi Lasdcape Dunia, The Bonn Challenge Amerika Latin dan Afrika Selatan di Panama, 26 Agustus 2016.

Forum yang dibuka Wapres Panama Isabel Saint Malo merupakan pertemuan regional tingkat menteri tentang restorasi lanskap dunia, yang dihadiri menteri-menteri lingkungan hidup, kehutanan, dan sumber daya se-Amerika Latin serta negara-negara Afrika Selatan.

Hadir juga menteri Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Jerman sebagai penggagas Bonn Challenge, dan dari the International Union for Conservation of Nature (IUCN), Kemitraan Global untuk Pemulihan Lansskap Hutan/the Global Partnership on Forest Landscape Restoration (GPFLR), dan UNDP.

Dari Indonesia, hadir Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang diwakili Staf Ahli dan Staf Khusus Gubernur Sumsel bidang Perubahan Iklim.

Gubernur Sumsel Alex Noerdin merupakan perwakilan dari Indonesia yang berbicara secara resmi di forum tersebut. Dia bicara tentang upaya, keberhasilan, dan tantangan dalam implementasi restorasi kawasan hutan yang kritis di Sumsel melalui kemitraan pengelolaan lanskap atau ekoregion untuk menuju pembangunan pertumbuhan hijau atau green growth development.

"Sumsel hanya dalam waktu sekitar 1,5 tahun telah mampu mewujudkan restorasi lanskap," ujar Alex dalam paparannya.

Untuk pertama kalinya pada bulan Maret 2015, Gubernur Sumsel diundang secara khusus sebagai pembicara pada Forum Bonn Challenge di Kota Bonn, Jerman. Pada pertemuan tersebut, gubernur sebatas menyampaikan platform tentang rencana restorasi lanskap untuk mendapatkan dukungan dari mitra global.

Rintisan pertama kali kegiatan pengelolaan lanskap atau ekoregion diawali melalui MoU antara Gubernur Sumsel dengan Badan Pengelola REDD+ pada Agustus 2014, dan secara resmi diluncurkan Juli 2015 yang didukung APP sebagai mitra dari private sector dan IDH The Sustainable Trade Initiative sebagai mitra dari donor internasional.

Dalam paparannya, Alex mengemukakan berbagai realisasi kegiatan restorasi kawasan hutan yang masih lestari dan rehabilitasi kawasan hutan yang kritis terkait isu REDD dan perubahan iklim di Sumsel.

Pemerintah Jerman termasuk yang pertama kali melakukan kegiatan restorasi lanskap di Sumsel melalui Demonstration Activity Merang REDD Pilot Project atau MRPP di Musi Banyuasin yang dilakukan GIZ. Kemudian dilanjutkan oleh GIZ Biocline tentang rehabilitasi gambut, dan penanggulangan kebakaran hutan, dan konservasi biodiversitas.

Karena itu, Alex meminta agar Pemerintah Jerman melalui kerja sama dengan GIZ dapat melanjutkan dan mengembangkan lebih luas lagi tentang kegiatan restorasi lanskap dan perubahan iklim.

Alex menyampaikan, ada tujuh kegiatan restorasi lanskap di lahan gambut, selain di Merang yang dilaksanakan GIZ. Kegiatan itu yakni Restorasi Lanskap Sembilang-Dangku kerja sama dengan ZSL yang didukung oleh UKCCU Inggris, NICFI Norwegia dan IDH Belanda; Restorasi Lanskap Bentayan oleh Yayasan Belantara dan APP; Pengembangan Program Sawit Berkelanjutan Berbasis Lanskap di Kawasan Lalan oleh Badang Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit dan IDH; Restorasi Lanskap Padang Sugihan oleh Yayasan Belantara dan APP; Restorasi Lanskap Pantai Timur oleh PT KEN dan Yayasan Belantara, dan Best Management Practice Restorasi Gambut Sepucuk Kabupaten OKI.

Gubernur Sumsel Jadi Pembicara Forum Tingkat Tinggi The Bonn Challenge


Selain itu, melalui Badan Restorasi Gambut (BGR), sampai tahun 2020 menargetkan restorasi gambut seluas 400.000 hektare. Kegiatan kemitraan pengelolaan lanskap di Sumsel telah terbentuk wadah konsorsium stakeholder Green Growth Development. Sedang dipersiapkan kelembagaan independen kemitraan pengelolaan lanskap/ekoregion atau KELOLA.

Tantangan terbesar dihadapi saat ini terkait karhutla dan efisiensi anggaran. Akan tetapi. dengan adanya kemitraan dan bukti keberhasilan implementasi di lapangan, semuanya secara perlahan dapat diatasi.

Di akhir paparannya, Alex menyampaikan terimah kasih kepada IUCN dan Pemerintah Jerman yang telah menunjuk Sumsel sebagai penyelenggara High Level Meeting The Bonn Challenge pada Februari 2017.

Gubernur Sumsel pun memberikan suvenir ikon untuk pelestarian hutan dan sumber daya alam berupa miniatur Prasasti Talang Tuo kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Panama dan Menteri Lingkungan Jerman.

Berdasarkan Prasasti Talang Tuo, terungkap sejak 1.300 tahun lalu Raja Sriwijaya telah mendeklarasikan pentingnya menjaga hutan dan menanam berbagai jenis tanaman serta tata air untuk pelestarian lingkungan.

Staf Khusus Gubernur Sumsel Bidang Perubahan Iklim Dr Najib Asmani mengatakan, masyarakat Sumsel harus bangga dengan keberadaan Gubernur Sumsel pada forum di Panama tersebut. Alex Noerdin diundang jauh-jauh untuk menyampaikan pembelajaran dari pengalaman tentang implementasi restorasi lanskap dari Sumsel dalam waktu 15 menit.

Terungkap, negara-negara mitra global telah memonitor dan memetakan bahwa Alex adalah gubernur yang mempunyai visi, leadership, dan terobosan tentang perubahan iklim. Hal ini terbukti pada Agustus dan September 2016, Gubernur Sumsel diundang sebagai pembicara pada Annual Meeting di Jalisco Mexico, Internasional Conference IUCN di Honolulu Hawaii dan Climate Action and Sustainability di New York, dan pada November 2016 diagendakan berbicara pada Europe Energy Forum di Kopenhagen dan Cop 22 di Marrakesh Maroko. rel/berli
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1460 seconds (0.1#10.140)