Kisah Kakek Waluyo yang 'Bangkit dari Kubur'
A
A
A
YOGYAKARTA - Sejumlah warga Suryoputran yang melintas pagi itu di Gang kecil di sebelah timur Magangan, Keraton Yogyakarta langsung menghentikan kendaraannya. Bergegas turun dari kendaraan dan langsung menyalami Waluyo (62) lelaki yang dikabarkan telah meninggal dan sudah dimakamkan keluarga pada Mei 2015 silam.
Pria gaek yang duduk di depan rumah ditemani dua anak perempuannya dan sejumlah tetangga yang lain. Sikapnya sangat ramah dan bersahabat dengan semua tetangganya.
Sehingga kabar kedatangan bapak dua anak yang biasa disapa Pak W oleh para tetangganya, meski telah dimakamkan setahun silam menjadi sebuah kabar yang sangat mengejutkan.
Bahkan beberapa tetangga menyebut, Pak W sedang menjadi selebritis karena banyak dikunjungi orang terutama pemburu berita. Bahkan istrinya S Katinah (65) sempat mengeluh mengalami serak di tenggorokan karena banyak orang yang mengajaknya berbicara.
Sementara dua orang putrinya Any Istiyarti (34) dan Anti Ristanti (32) tampak dengan terbuka dan ramah menemui semua pihak yang ingin berkunjung.
Cerita langsung meluncur dari Anti yang sedang memiliki anak bayi, dengan menyebut, sangat bersyukur masih bisa menemui bapak yang sempat dicarinya setahun silam karena mau menikah.
“Setahun lalu saya nyari bapak karena mau menikah. Ibu sudah mencari di tempat bapak biasa mangkal. Saya sudah mencari ke desa (Desa asal Waluyo, di Jetis Bantul). Tapi tidak ketemu. Saya wanita, sehingga kalau menikah bapak menjadi wali nikahnya, makanya harus mencari,” ujar Anti.
Pencarian yang dilakukan berakhir di informasi media sosial yang menyebut keberadaan seorang lelaki tanpa identitas menjadi korban tabrak lari di wilayah Gunungkidul.
Menurut Anti, di dalam foto yang di upload di media sosial tersebut, foto lelaki yang akhirnya dimakamkan di Jetis Bantul dengan nama Waluyo tersebut sangat mirip dengan bapaknya yang dicari.
Hanya saja, kondisi luka di bagian muka yang dibungkus perban mendorong keluar langsung melakukan pengecekan ke rumah sakit.
Singkat cerita, dipastikan bahwa lelaki yang ditemukan dalam kondisi tidak sadar karena korban tabrak lari tersebut adalah Pak Waluyo dan akhirnya dibawa berobat ke RS Sardjito Yogyakarta.
Di tempat tersebut, keluarga melakukan perawatan sebagaimana mestinya. Bahkan sang Ibu S Katinah juga melayani kebutuhan pribadi seperti memandikan. Dari kegiatan tersebut, keluarga sangat yakin bahwa korban tabrak lari tersebut adalah Waluyo yang telah pergi dari rumah sejak Januari 2015 silam.
“Ciri fisiknya sama. Mulai dari rambut yang botak, warna kulit, tinggi badan. Bahkan baju yang dikenakan adalah batik berwarna ungu juga sama dengan yang dimiliki bapak. Bahkan para tetangga yang menengok ke Sardjito juga meyakini lelaki yang dalam kondisi kritis tersebut adalah Pak Waluyo,” ujar Yani, tetangga yang tinggal di depan rumah Waluyo.
Upaya perawatan yang dilakukan sekira satu pekan di Sardjito tidak membuahkan hasil. Akhirnya “Pak W” meninggal dan keluarga merawat jenazah korban tabrak lari tersebut hingga dimakamkan di Jetis, Bantul asal dari Waluyo. Bahkan sejak pemakaman tersebut, keluarga setiap kali pulang ke Jetis, ataupun lewat dipastikan mampir untuk menengok makam “Pak W”.
Namun kondisi yang sudah berjalan satu tahun tersebut langsung buyar, pada Selasa (2/8) pagi. Dua orang lelaki mengantarkan Pak W pulang ke rumahnya yang berada di sisi timur Keraton Yogyakarta.
Sang anak kedua Anti yang sedang di dalam rumah dan sejumlah tetangga dekat sempat dibuat ketakutan. Lelaki yang sudah diantarkan ke pemakaman tersebut tiba-tiba muncul di hadapan dalam kondisi sehat dan bugar.
“Saya sempat merinding. Hanya mendengar ucapan salam Assalamualaikum, saya langsung menyebut Pak W. Saya nggak berani keluar. Setelah terdengar salam kedua, barulah saya mencoba memberanikan diri keluar dan ternyata benar yang di luar adalah Pak Waluyo,” tambah Yani.
Bahkan Anti sempat mencoba untuk melihat kondisi tapak kaki lelaki yang ditemuinya apakah menapak di tanah atau tidak.
Fikiran tersebut muncul karena adanya kepercayaan bahwa makhluk halus itu tidak menapakan kaki di tanah atau berdiri dalam kondisi mengambang di udara. Namun semuanya akhirnya bersyukur masih bisa menemui Waluyo yang telah dinyatakan meninggal setahun lalu.
Kini keluarga kecil tersebut bersama para tetangga, kembali bisa bercengkrama dengan Waluyo yang sangat ramah dan murah senyum. Dan Keluarga tersebut memilih tidak akan mengusik keberadaan makam lelaki korban tabrak lari yang telah mereka makamkan dengan nama Waluyo.
Pria gaek yang duduk di depan rumah ditemani dua anak perempuannya dan sejumlah tetangga yang lain. Sikapnya sangat ramah dan bersahabat dengan semua tetangganya.
Sehingga kabar kedatangan bapak dua anak yang biasa disapa Pak W oleh para tetangganya, meski telah dimakamkan setahun silam menjadi sebuah kabar yang sangat mengejutkan.
Bahkan beberapa tetangga menyebut, Pak W sedang menjadi selebritis karena banyak dikunjungi orang terutama pemburu berita. Bahkan istrinya S Katinah (65) sempat mengeluh mengalami serak di tenggorokan karena banyak orang yang mengajaknya berbicara.
Sementara dua orang putrinya Any Istiyarti (34) dan Anti Ristanti (32) tampak dengan terbuka dan ramah menemui semua pihak yang ingin berkunjung.
Cerita langsung meluncur dari Anti yang sedang memiliki anak bayi, dengan menyebut, sangat bersyukur masih bisa menemui bapak yang sempat dicarinya setahun silam karena mau menikah.
“Setahun lalu saya nyari bapak karena mau menikah. Ibu sudah mencari di tempat bapak biasa mangkal. Saya sudah mencari ke desa (Desa asal Waluyo, di Jetis Bantul). Tapi tidak ketemu. Saya wanita, sehingga kalau menikah bapak menjadi wali nikahnya, makanya harus mencari,” ujar Anti.
Pencarian yang dilakukan berakhir di informasi media sosial yang menyebut keberadaan seorang lelaki tanpa identitas menjadi korban tabrak lari di wilayah Gunungkidul.
Menurut Anti, di dalam foto yang di upload di media sosial tersebut, foto lelaki yang akhirnya dimakamkan di Jetis Bantul dengan nama Waluyo tersebut sangat mirip dengan bapaknya yang dicari.
Hanya saja, kondisi luka di bagian muka yang dibungkus perban mendorong keluar langsung melakukan pengecekan ke rumah sakit.
Singkat cerita, dipastikan bahwa lelaki yang ditemukan dalam kondisi tidak sadar karena korban tabrak lari tersebut adalah Pak Waluyo dan akhirnya dibawa berobat ke RS Sardjito Yogyakarta.
Di tempat tersebut, keluarga melakukan perawatan sebagaimana mestinya. Bahkan sang Ibu S Katinah juga melayani kebutuhan pribadi seperti memandikan. Dari kegiatan tersebut, keluarga sangat yakin bahwa korban tabrak lari tersebut adalah Waluyo yang telah pergi dari rumah sejak Januari 2015 silam.
“Ciri fisiknya sama. Mulai dari rambut yang botak, warna kulit, tinggi badan. Bahkan baju yang dikenakan adalah batik berwarna ungu juga sama dengan yang dimiliki bapak. Bahkan para tetangga yang menengok ke Sardjito juga meyakini lelaki yang dalam kondisi kritis tersebut adalah Pak Waluyo,” ujar Yani, tetangga yang tinggal di depan rumah Waluyo.
Upaya perawatan yang dilakukan sekira satu pekan di Sardjito tidak membuahkan hasil. Akhirnya “Pak W” meninggal dan keluarga merawat jenazah korban tabrak lari tersebut hingga dimakamkan di Jetis, Bantul asal dari Waluyo. Bahkan sejak pemakaman tersebut, keluarga setiap kali pulang ke Jetis, ataupun lewat dipastikan mampir untuk menengok makam “Pak W”.
Namun kondisi yang sudah berjalan satu tahun tersebut langsung buyar, pada Selasa (2/8) pagi. Dua orang lelaki mengantarkan Pak W pulang ke rumahnya yang berada di sisi timur Keraton Yogyakarta.
Sang anak kedua Anti yang sedang di dalam rumah dan sejumlah tetangga dekat sempat dibuat ketakutan. Lelaki yang sudah diantarkan ke pemakaman tersebut tiba-tiba muncul di hadapan dalam kondisi sehat dan bugar.
“Saya sempat merinding. Hanya mendengar ucapan salam Assalamualaikum, saya langsung menyebut Pak W. Saya nggak berani keluar. Setelah terdengar salam kedua, barulah saya mencoba memberanikan diri keluar dan ternyata benar yang di luar adalah Pak Waluyo,” tambah Yani.
Bahkan Anti sempat mencoba untuk melihat kondisi tapak kaki lelaki yang ditemuinya apakah menapak di tanah atau tidak.
Fikiran tersebut muncul karena adanya kepercayaan bahwa makhluk halus itu tidak menapakan kaki di tanah atau berdiri dalam kondisi mengambang di udara. Namun semuanya akhirnya bersyukur masih bisa menemui Waluyo yang telah dinyatakan meninggal setahun lalu.
Kini keluarga kecil tersebut bersama para tetangga, kembali bisa bercengkrama dengan Waluyo yang sangat ramah dan murah senyum. Dan Keluarga tersebut memilih tidak akan mengusik keberadaan makam lelaki korban tabrak lari yang telah mereka makamkan dengan nama Waluyo.
(sms)