Nida Aqidatus Sholikhah, Mahasiswa Termuda UGM
A
A
A
YOGYAKARTA - Sejak kecil, Nida Aqidatus Sholikhah memimpikan kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Kini, impian gadis berusia 15 tahun tercapai. Bahkan, dia menjadi mahasiswa termuda di UGM.
Nida bisa berkuliah di usia belia karena sejak SD ia telah mengikuti program akselerasi. Kini, dengan diterimanya ia sebagai mahasiswa Sekolah Vokasi UGM pada Program Studi D3 Rekam Medis, Nida berniat mewujudkan mimpinya di dunia kesehatan.
"Waktu SD, kelas 4, 5, dan 6 saya tempuh selama dua tahun. SMP juga dua tahun dan SMA dua tahun. Menurut saya, usia muda bukan masalah. Saya justru ingin membuktikan kalau di usia saya yang masih muda, saya juga bisa menjadi orang hebat," ungkapnya, Senin (1/8/2016).
Saat mengikuti program akselerasi, Nida menceritakan, tantangan utama yang dihadapinya adalah mengejar pelajaran serta bersosialisasi dengan teman-teman yang berbeda. Namun, dia tidak menemui kesulitan yang berarti saat menjalani studinya, dan ia dapat menikmati masa sekolahnya.
Menurut Nida, dia diterima kuliah di UGM melalui jalur Seleksi Mandiri. Ia tidak mengikuti jalur SNMPTN karena sekolahnya menjadi salah satu sekolah yang mendapat masalah untuk pendaftar SNMPTN dari kelas akselerasi.
"Agak kecewa juga karena tidak bisa mendaftar SNMPTN. Tapi karena masih ada jalur masuk lain, saya pun berjuang."
Saat mengikuti jalur SBMPTN, Nida memilih Fakultas Kedokteran. Sayangnya, ia kurang beruntung. Lalu, dia menjajal Seleksi Mandiri dengan mengikuti ujian tulisnya. Kali ini, putri sulung dari tiga bersaudara ini memilih D3 Rekam Medis.
"Alhamdulillah diterima di ujian kedua. Saya dan orangtua tentu senang. Memang tidak di Kedokteran, tapi Rekam Medis juga bagus peluang kerjanya dan masih di dunia kesehatan," ujar gadis kelahiran Purwokerto, 16 Juli 2001 ini.
Putri pasangan Suryatno dan Yuliatin ini mengaku selalu mendapatkan dorongan dan semangat dari kedua orangtuanya. Ayah Nida berprofesi sebagai guru di SMP Negeri 1 Rawalo, Banyumas, sedangkan sang ibu adalah ibu rumah tangga.
Meski usianya masih sangat muda, Nida tidak takut untuk hidup sendiri di Yogyakarta. Itu karena ia telah terbiasa mandiri sejak kecil. Nida bahkan telah menjalani hidup di kos sejak duduk di kelas 5 SD.
"Saya memilih ngekos karena letak sekolah di Purwokerto cukup jauh dari rumah. Paling seminggu sekali pulang ke rumah," ungkapnya.
Pengalaman-pengalaman hidup itulah yang menurut Nida akan cukup membantunya dalam menyesuaikan diri dengan dunia perkuliahan, meski dengan teman-teman yang umurnya terpaut cukup jauh.
Mengawali masa kuliahnya, ia pun berharap dapat menjalani studinya dengan baik, berbaur dengan teman-temannya di kampus, serta menyelesaikan studi dengan cepat.
Nida bisa berkuliah di usia belia karena sejak SD ia telah mengikuti program akselerasi. Kini, dengan diterimanya ia sebagai mahasiswa Sekolah Vokasi UGM pada Program Studi D3 Rekam Medis, Nida berniat mewujudkan mimpinya di dunia kesehatan.
"Waktu SD, kelas 4, 5, dan 6 saya tempuh selama dua tahun. SMP juga dua tahun dan SMA dua tahun. Menurut saya, usia muda bukan masalah. Saya justru ingin membuktikan kalau di usia saya yang masih muda, saya juga bisa menjadi orang hebat," ungkapnya, Senin (1/8/2016).
Saat mengikuti program akselerasi, Nida menceritakan, tantangan utama yang dihadapinya adalah mengejar pelajaran serta bersosialisasi dengan teman-teman yang berbeda. Namun, dia tidak menemui kesulitan yang berarti saat menjalani studinya, dan ia dapat menikmati masa sekolahnya.
Menurut Nida, dia diterima kuliah di UGM melalui jalur Seleksi Mandiri. Ia tidak mengikuti jalur SNMPTN karena sekolahnya menjadi salah satu sekolah yang mendapat masalah untuk pendaftar SNMPTN dari kelas akselerasi.
"Agak kecewa juga karena tidak bisa mendaftar SNMPTN. Tapi karena masih ada jalur masuk lain, saya pun berjuang."
Saat mengikuti jalur SBMPTN, Nida memilih Fakultas Kedokteran. Sayangnya, ia kurang beruntung. Lalu, dia menjajal Seleksi Mandiri dengan mengikuti ujian tulisnya. Kali ini, putri sulung dari tiga bersaudara ini memilih D3 Rekam Medis.
"Alhamdulillah diterima di ujian kedua. Saya dan orangtua tentu senang. Memang tidak di Kedokteran, tapi Rekam Medis juga bagus peluang kerjanya dan masih di dunia kesehatan," ujar gadis kelahiran Purwokerto, 16 Juli 2001 ini.
Putri pasangan Suryatno dan Yuliatin ini mengaku selalu mendapatkan dorongan dan semangat dari kedua orangtuanya. Ayah Nida berprofesi sebagai guru di SMP Negeri 1 Rawalo, Banyumas, sedangkan sang ibu adalah ibu rumah tangga.
Meski usianya masih sangat muda, Nida tidak takut untuk hidup sendiri di Yogyakarta. Itu karena ia telah terbiasa mandiri sejak kecil. Nida bahkan telah menjalani hidup di kos sejak duduk di kelas 5 SD.
"Saya memilih ngekos karena letak sekolah di Purwokerto cukup jauh dari rumah. Paling seminggu sekali pulang ke rumah," ungkapnya.
Pengalaman-pengalaman hidup itulah yang menurut Nida akan cukup membantunya dalam menyesuaikan diri dengan dunia perkuliahan, meski dengan teman-teman yang umurnya terpaut cukup jauh.
Mengawali masa kuliahnya, ia pun berharap dapat menjalani studinya dengan baik, berbaur dengan teman-temannya di kampus, serta menyelesaikan studi dengan cepat.
(zik)