Musa Izzanardi Ingin Jadi Mahasiswa PTN di Usia 13 Tahun

Selasa, 31 Mei 2016 - 20:41 WIB
Musa Izzanardi Ingin...
Musa Izzanardi Ingin Jadi Mahasiswa PTN di Usia 13 Tahun
A A A
BANDUNG - Musa Izzanardi memiliki mimpi besar. Peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN) 2016 berusia 13 tahun itu ingin mencatatkan rekor. Ia ingin jadi mahasiswa termuda yang diterima masuk PTN.

Hingga ini, rekor mahasiswa termuda dipegang salah seorang mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya berusia 14 tahun.

"Ya, pengin mecahin rekor. Pemegang rekor (mahasiswa termuda berusia 14) jadi motivasi tersendiri," kata Izzan, sapaan akrab Musa Izzanardi, di Bandung, Selasa (31/5/2016).

Bagi Izzan, usia 13 tahun dipandang bukan sebuah masalah untuk menjadi mahasiswa. Apalagi ia selama ini belajar melalui metode home schooling dan belajar dengan matang.

Mata pelajaran Matematika dan Fisika yang jadi favoritnya pun sudah 'dilahapnya'. Meski masih berusia layaknya anak SMP, Izzan mampu menyelesaikan soal setingkat anak SMA, bahkan tingkat kuliah.

Itu karena metode belajar home schooling membuatnya lebih cepat menyerap mata pelajaran. Bahkan ia 'loncat' lebih cepat dari sekolah yang ditempuh secara normal.

"Usia delapan tahunan itu Izzan sudah belajar mata pelajaran setingkat SMA," ucap Yanti Herawati (45), ibu kandung Izzan.

Yanti menjelaskan, sejak kecil anaknya memang memiliki minat tinggi dalam bidang Matematika, sehingga Izzan benar-benar mendalami mata pelajaran tersebut.

Selain itu, Izzan juga gemar mata pelajaran Fisika. Tapi ia kurang tertarik dengan Fisika yang berlaku secara umum. Salah satunya, ia lebih senang berusaha menciptakan rumus daripada belajar menggunakan rumus yang sudah ada.

Selain dua pelajaran itu, Izzan memiliki keahlian bermain piano yang dipelajarinya sejak kecil. Ia juga kini sedang aktif belajar bahasa Rusia.

"Anak saya lebih banyak belajar itu secara autodidak. Dia enggak ikut bimbingan belajar. Dia suka buku sendiri dan belajar autodidak," tutur Yanti.

Alasan anaknya memilih belajar dengan metode home schooling itu didasarkan hasil psikotes saat ia berusia sekira enam tahun. Oleh psikolog, Izzan disarankan masuk sekolah internasional atau ke luar negeri. Pilihan kedua adalah belajar dengan metode home schooling.

"Saat itu pilihan optimal untuk anak saya yaitu home schooling," ucap Mursid Widjanarko (45), ayah kandung Izzan.

Izzan pun mengikuti ujian kesetaraan paket A, B, dan C hingga akhirnya mendaftar untuk ikut SBMPTN. Ia pun mencoba peruntungan dengan mendaftar ke FMIPA ITB, Matematika Universitas Indonesia, dan Fisika Universitas Indonesia.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7399 seconds (0.1#10.140)