Polewali Mandar Diserang Wabah Antraks
A
A
A
POLEWALI - Wabah antraks kembali menyerang wilayah Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar. Satu ekor hewan ternak kambing milik warga tiba-tiba mati dalam kandang.
Kepala Bidang Peternakan (Distanak) Polman Kaharuddin mengatakan, hewan yang mati tersebut sudah dibawa ke Balai Besar Veteriner (BBV) Maros untuk diperiksa. Alhasil, hewan ternak tersebut positif mati karena virus antraks.
“Sudah diperiksa di BBV. Hasilnya, mati karena positif virus mengidap penyakit antraks,” kata Kaharuddin, kepada wartawan, Jumat (15/4/2016).
Kaharuddin mengakui, bahwa sebelumnya sudah ada sapi yang mati karena antraks. Lokasi kali ini memang tidak jauh berbeda, tepatnya di Desa Gattungan.
Dengan bertambahnya kematian hewan itu, pihaknya akan makin intensifkan pengawasan dan penanganan wabah antraks dengan memberi obat-obatan kepada hewan di sekitar.
Selain itu, juga memberikan suntikan cairan anti biotik agar menjadi pelindung kesehatan bagi hewan, serta melakukan vaksin disejumlah hewan yang dekat dengan lokasi yang terkena virus Antarks.
"Dengan adanya kasus ini, kami mengimbau masyarakat bahwa saat ini lokasi yang terkena virus antraks belum bisa dikategorikan aman dari bakteri," jelasnya.
Lebih lanjut, piahknya meminta warga tidak membiarkan hewan keluar dari daerah itu. Selain itu, dia juga meminta masyarakat untuk sementara waktu tidak memilih daging hewan yang berasal dari RPH Distanak.
Terkait kasus tersebut, pihaknya juga telah melakukan komunikasi dengan Kementrian Pertanian dan Peternakan RI untuk status Polman apakah masuk dalam kategori luar biasa penyakit antraks atau tidak.
“Kita bersyukur karena pemerintah sudah banyak membantu. Kehadiran mereka cepat dan tanggap, dan diyakini bisa memberikan pengadaan obat untuk daerah yang terjangkit virus. Walaupun sampai saat ini, masih ditemukan satu satu hewan ternak yang terkena penyakit antraks,” tandasnya.
Salah seorang peternak di Polewali, Jamal berharap, pemerintah segera mengambil tindakan cepat dalam mengantisipasi penyebaran virus antraks tersebut.
“Jangan nanti ada ditemukan baru bertindak. Kalau perlu, Distanak dari sekarang jalan ke desa-desa untuk melakukan vaksinisasi untuk mencegah penyakit mematikan itu,” tandasnya.
Bayangkan saja, jika wabah tersebut tak bisa ditangani, akan sangat menimbulkan kerugian bagi peternak. Karena, harga satu ekor sapi atau kambing tidak main-main. “Itu kalau mati, sama saja uang kita hilang sekitar Rp5 jutaan. Ini asumsi hitungan kalau ternaknya kambing. Kalau sapi, lebih banyak lagi,” tambahnya.
Kepala Bidang Peternakan (Distanak) Polman Kaharuddin mengatakan, hewan yang mati tersebut sudah dibawa ke Balai Besar Veteriner (BBV) Maros untuk diperiksa. Alhasil, hewan ternak tersebut positif mati karena virus antraks.
“Sudah diperiksa di BBV. Hasilnya, mati karena positif virus mengidap penyakit antraks,” kata Kaharuddin, kepada wartawan, Jumat (15/4/2016).
Kaharuddin mengakui, bahwa sebelumnya sudah ada sapi yang mati karena antraks. Lokasi kali ini memang tidak jauh berbeda, tepatnya di Desa Gattungan.
Dengan bertambahnya kematian hewan itu, pihaknya akan makin intensifkan pengawasan dan penanganan wabah antraks dengan memberi obat-obatan kepada hewan di sekitar.
Selain itu, juga memberikan suntikan cairan anti biotik agar menjadi pelindung kesehatan bagi hewan, serta melakukan vaksin disejumlah hewan yang dekat dengan lokasi yang terkena virus Antarks.
"Dengan adanya kasus ini, kami mengimbau masyarakat bahwa saat ini lokasi yang terkena virus antraks belum bisa dikategorikan aman dari bakteri," jelasnya.
Lebih lanjut, piahknya meminta warga tidak membiarkan hewan keluar dari daerah itu. Selain itu, dia juga meminta masyarakat untuk sementara waktu tidak memilih daging hewan yang berasal dari RPH Distanak.
Terkait kasus tersebut, pihaknya juga telah melakukan komunikasi dengan Kementrian Pertanian dan Peternakan RI untuk status Polman apakah masuk dalam kategori luar biasa penyakit antraks atau tidak.
“Kita bersyukur karena pemerintah sudah banyak membantu. Kehadiran mereka cepat dan tanggap, dan diyakini bisa memberikan pengadaan obat untuk daerah yang terjangkit virus. Walaupun sampai saat ini, masih ditemukan satu satu hewan ternak yang terkena penyakit antraks,” tandasnya.
Salah seorang peternak di Polewali, Jamal berharap, pemerintah segera mengambil tindakan cepat dalam mengantisipasi penyebaran virus antraks tersebut.
“Jangan nanti ada ditemukan baru bertindak. Kalau perlu, Distanak dari sekarang jalan ke desa-desa untuk melakukan vaksinisasi untuk mencegah penyakit mematikan itu,” tandasnya.
Bayangkan saja, jika wabah tersebut tak bisa ditangani, akan sangat menimbulkan kerugian bagi peternak. Karena, harga satu ekor sapi atau kambing tidak main-main. “Itu kalau mati, sama saja uang kita hilang sekitar Rp5 jutaan. Ini asumsi hitungan kalau ternaknya kambing. Kalau sapi, lebih banyak lagi,” tambahnya.
(san)