BNPT Tegaskan Pondok Pesantren Bukan Sarang Radikalisme
A
A
A
MEDAN - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menegaskan, Pondok Pesantrean bukanlah sarang radikalisme yang mengatasnamakan agama, karena radikalisme bisa datang darimana saja.
"Kita tidak pernah menyampaikan bahwa pondok pesantren merupakan sarang radikal. Tetapi paham radikal bisa saja datang dari pondok pesantren. Pondok pesantren bisa saja menjadi pintu masuk paham radikal," kata Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir di Medan, Kamis 7 April 2016.
Menurut dia, selama ini paham radikal selalu mengatasnamakan agama. Bahkan paham tersebut selalu berlindung di balik agama tertentu.
"Masuknya mereka ke paham ini, selalu berlindung di balik agama tertentu. Paham radikal ini selalu mengatasnamakan agama. Mereka mengambil dasar-dasar agama. Ayat-ayat tertentu yang pengertiannya dipotong-potong. Sedangkan, isi yang lemah lembutnya tidak disampaikan, dan ini sangat berbahaya," ujarnya.
BNPT selalu mengajak pondok pesantren untuk menjaga dirinya agar tidak tersusupi oleh paham radikal. Karena itulah, anak-anak di pondok pesantren perlu dibentengi dari paham radikal.
"Kita tidak mau mereka masuk di situ memasukkan pahamnya ke anak-anak. Makanya selalu kita ajak pondok pesantren untuk menjaga dirinya, bukan kita selalu jadikan sasaran. Kita selalu berpikir, dimana sih kelompok-kelompok yang berpotensi untuk bisa menjadi radikal, bukan kita kaitkan dengan pondok pesantren," tegasnya.
Dia berharap, melalui kerjasama dengan pondok pesantren, maka anak-anak yang menjalani pendidikan di pondok pesantren dapat dijauhkan dari paham radikal.
"Pesantren itu sekolah yang dasarnya pendidikan agama. Kita cegah supaya anak-anak tidak terpapar paham itu. Makanya kita sering masuk pesantren untuk menyampaikan itu. Karena mereka di sana belajar, dari pagi sampai malam, tidak pulang ke rumah," pungkasnya.
"Kita tidak pernah menyampaikan bahwa pondok pesantren merupakan sarang radikal. Tetapi paham radikal bisa saja datang dari pondok pesantren. Pondok pesantren bisa saja menjadi pintu masuk paham radikal," kata Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir di Medan, Kamis 7 April 2016.
Menurut dia, selama ini paham radikal selalu mengatasnamakan agama. Bahkan paham tersebut selalu berlindung di balik agama tertentu.
"Masuknya mereka ke paham ini, selalu berlindung di balik agama tertentu. Paham radikal ini selalu mengatasnamakan agama. Mereka mengambil dasar-dasar agama. Ayat-ayat tertentu yang pengertiannya dipotong-potong. Sedangkan, isi yang lemah lembutnya tidak disampaikan, dan ini sangat berbahaya," ujarnya.
BNPT selalu mengajak pondok pesantren untuk menjaga dirinya agar tidak tersusupi oleh paham radikal. Karena itulah, anak-anak di pondok pesantren perlu dibentengi dari paham radikal.
"Kita tidak mau mereka masuk di situ memasukkan pahamnya ke anak-anak. Makanya selalu kita ajak pondok pesantren untuk menjaga dirinya, bukan kita selalu jadikan sasaran. Kita selalu berpikir, dimana sih kelompok-kelompok yang berpotensi untuk bisa menjadi radikal, bukan kita kaitkan dengan pondok pesantren," tegasnya.
Dia berharap, melalui kerjasama dengan pondok pesantren, maka anak-anak yang menjalani pendidikan di pondok pesantren dapat dijauhkan dari paham radikal.
"Pesantren itu sekolah yang dasarnya pendidikan agama. Kita cegah supaya anak-anak tidak terpapar paham itu. Makanya kita sering masuk pesantren untuk menyampaikan itu. Karena mereka di sana belajar, dari pagi sampai malam, tidak pulang ke rumah," pungkasnya.
(nag)