Kota Kreatif Tidak Sekadar Menghasilkan Produk
A
A
A
MALANG - Hampir sepekan, Kota Malang menggelar perhelatan Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) 2016. Kegiatan ini menjadi tempat berkumpulnya para pelaku usaha ekonomi kreatif dari seluruh wilayah di Indonesia.
Banyak kegiatan telah digelar dalam event tersebut. Mulai dari konferensi, pelatihan, konsultasi, kompetisi, pagelaran kesenian, hingga pameran produk unggulan dari berbagai daerah di Indonesia.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Indonesia Creative Cities Network (ICCN) Liliek Setiawan mengatakan, kota kreatif bukan sekadar melahirkan produk kerajinan maupun industri kreatif. Kota kreatif berkelanjutan merupakan kota yang dibangun dengan berdasarkan pada sepuluh prinsip kota kreatif.
”Kalau sekadar produk industri kreatif tentunya akan mengkerdilkan makna kota kreatif itu sendiri. Kota kreatif itu adalah kota yang memanusiakan manusianya. Kota yang terbuka dan kota yang menghargai perbedaan,” terangnya.
Kota kreatif harus nyaman dan aman untuk ditinggali. Layanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat juga harus baik. Kenyamanan kota dengan sendirinya akan memunculkan kreativitas masyarakat.
Ketua Pelaksana ICCC 2016 di Kota Malang ini menegaskan, kota bisa dikatakan nyaman bila pemerintah mampu mengayomi warga. Selain itu, kota tersebut memiliki banyak ruang interaksi sosial dan ruang berekspresi bagi warganya.
”Kota kreatif haruslah kota yang menjaga keharmonisan sosial masyarakatnya. Kota yang memanusiakan manusianya, menjaga kelestarian alamnya, menjaga kelestarian seni dan budayanya,” ujar pengusaha tekstil tersebut.
Sepuluh prinsip kota kreatif tersebut akan dijadikan panduan bersama untuk membangun kota kreatif di seluruh Indonesia. Sehingga saat pelaksanaan ICCC 2017, yang rencananya digelar di Kota Makasar pada Oktober 2017, setiap daerah sudah memiliki data dan hasil pemetaan tentang potensi daerahnya masing-masing, sebagai dasar membangun kota kreatif di wilayahnya.
Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia Ricky Joseph Pesik mengatakan, keberadaan sepuluh prinsip atau indikator kota kreatif tersebut diharapkan bisa menjadi panduan bagi masing-masing daerah untuk mengembangkan ekosistem ekonomi kreatif.
Membangun ekosistem kreatif bisa dilakukan dengan menggandeng komunitas-komunitas kreatif yang sudah tumbuh di setiap daerah. ”Dari situ, bisa terus diciptakan ruang-ruang kreatif yang membangun masyarakat,” tuturnya.
Dia mengakui setiap daerah pasti memiliki persoalan dan kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini harus diselesaikan dengan pendataan dan pemetaan yang matang di masing-masing daerah. ”Apabila pemetaan dan pendataannya bagus, pasti persoalan dan pengembangan kota kreatif yang berbasis pada kearifan lokal bisa diselesaikan dan dikerjakan secara sistematis,” imbuhnya.
Banyak kegiatan telah digelar dalam event tersebut. Mulai dari konferensi, pelatihan, konsultasi, kompetisi, pagelaran kesenian, hingga pameran produk unggulan dari berbagai daerah di Indonesia.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Indonesia Creative Cities Network (ICCN) Liliek Setiawan mengatakan, kota kreatif bukan sekadar melahirkan produk kerajinan maupun industri kreatif. Kota kreatif berkelanjutan merupakan kota yang dibangun dengan berdasarkan pada sepuluh prinsip kota kreatif.
”Kalau sekadar produk industri kreatif tentunya akan mengkerdilkan makna kota kreatif itu sendiri. Kota kreatif itu adalah kota yang memanusiakan manusianya. Kota yang terbuka dan kota yang menghargai perbedaan,” terangnya.
Kota kreatif harus nyaman dan aman untuk ditinggali. Layanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat juga harus baik. Kenyamanan kota dengan sendirinya akan memunculkan kreativitas masyarakat.
Ketua Pelaksana ICCC 2016 di Kota Malang ini menegaskan, kota bisa dikatakan nyaman bila pemerintah mampu mengayomi warga. Selain itu, kota tersebut memiliki banyak ruang interaksi sosial dan ruang berekspresi bagi warganya.
”Kota kreatif haruslah kota yang menjaga keharmonisan sosial masyarakatnya. Kota yang memanusiakan manusianya, menjaga kelestarian alamnya, menjaga kelestarian seni dan budayanya,” ujar pengusaha tekstil tersebut.
Sepuluh prinsip kota kreatif tersebut akan dijadikan panduan bersama untuk membangun kota kreatif di seluruh Indonesia. Sehingga saat pelaksanaan ICCC 2017, yang rencananya digelar di Kota Makasar pada Oktober 2017, setiap daerah sudah memiliki data dan hasil pemetaan tentang potensi daerahnya masing-masing, sebagai dasar membangun kota kreatif di wilayahnya.
Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia Ricky Joseph Pesik mengatakan, keberadaan sepuluh prinsip atau indikator kota kreatif tersebut diharapkan bisa menjadi panduan bagi masing-masing daerah untuk mengembangkan ekosistem ekonomi kreatif.
Membangun ekosistem kreatif bisa dilakukan dengan menggandeng komunitas-komunitas kreatif yang sudah tumbuh di setiap daerah. ”Dari situ, bisa terus diciptakan ruang-ruang kreatif yang membangun masyarakat,” tuturnya.
Dia mengakui setiap daerah pasti memiliki persoalan dan kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini harus diselesaikan dengan pendataan dan pemetaan yang matang di masing-masing daerah. ”Apabila pemetaan dan pendataannya bagus, pasti persoalan dan pengembangan kota kreatif yang berbasis pada kearifan lokal bisa diselesaikan dan dikerjakan secara sistematis,” imbuhnya.
(poe)