4 Warga Blitar Tewas Akibat DBD
A
A
A
BLITAR - Wabah demam berdarah dengue (DBD) telah merenggut empat nyawa warga Kabupaten Blitar, hingga Februari 2016 ini jumlah kasus DBD mencapai 85 kasus. Dengan perincian bulan Januari sebanyak 35 kasus dan bulan Februari 50 kasus.
“Bulan Februari kasus meningkat lebih tinggi,“ ujar Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Christine Indrawati kepada wartawan, Senin (22/2/2016). Ada lima kecamatan yang menjadi daerah rawan wabah DBD.
Angka kasus yang terjadi di Kecamatan Garum, Talun, Sutojayan, Sanankulon dan Nglegok lebih tinggi dibanding daerah lain.
Dalam bulan Februari ini petugas sudah melakukan fogging (pengasapan) di sebanyak 16 titik.
Menurut Christine, fogging memang berefek mematikan. Nyamuk yang terasapi akan tumpas. Namun, kata dia, racun fogging hanya efektif untuk nyamuk dewasa.“Sedangkan sarang nyamuknya tidak tersentuh,“ paparnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Kuspardani menambahkan bahwa selain fogging masyarakat diimbau untuk melaksanakan konsep menguras, menutup, mengubur dan memantau (4 M) sebagaimana cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Sebab nyamuk pembawa DBD memiliki kebiasaan berkembang biak di genangan air bersih.
“Kebersihan lingkungan yang utama. Apalagi musim penghujan diselingi dengan panas, “ katanya.
Anggota DPRD Kabupaten Blitar Abdul Munib meminta adanya penanganan khusus terhadap wilayah rawan DBD.
Sebab alokasi dana untuk penanganan DBD tidak kecil. Selain itu langkah khusus untuk memotong rantai penyebaran wabah DBD ke daerah lain.
“Jangan sampai langkah serius baru diambil setelah semakin banyak korban berjatuhan. Sebab diperkirakan hujan diselingi panas masih terus berlangsung,“ ujarnya.
“Bulan Februari kasus meningkat lebih tinggi,“ ujar Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Christine Indrawati kepada wartawan, Senin (22/2/2016). Ada lima kecamatan yang menjadi daerah rawan wabah DBD.
Angka kasus yang terjadi di Kecamatan Garum, Talun, Sutojayan, Sanankulon dan Nglegok lebih tinggi dibanding daerah lain.
Dalam bulan Februari ini petugas sudah melakukan fogging (pengasapan) di sebanyak 16 titik.
Menurut Christine, fogging memang berefek mematikan. Nyamuk yang terasapi akan tumpas. Namun, kata dia, racun fogging hanya efektif untuk nyamuk dewasa.“Sedangkan sarang nyamuknya tidak tersentuh,“ paparnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Kuspardani menambahkan bahwa selain fogging masyarakat diimbau untuk melaksanakan konsep menguras, menutup, mengubur dan memantau (4 M) sebagaimana cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Sebab nyamuk pembawa DBD memiliki kebiasaan berkembang biak di genangan air bersih.
“Kebersihan lingkungan yang utama. Apalagi musim penghujan diselingi dengan panas, “ katanya.
Anggota DPRD Kabupaten Blitar Abdul Munib meminta adanya penanganan khusus terhadap wilayah rawan DBD.
Sebab alokasi dana untuk penanganan DBD tidak kecil. Selain itu langkah khusus untuk memotong rantai penyebaran wabah DBD ke daerah lain.
“Jangan sampai langkah serius baru diambil setelah semakin banyak korban berjatuhan. Sebab diperkirakan hujan diselingi panas masih terus berlangsung,“ ujarnya.
(sms)