Penyebab Kematian Ketua Partai Perindo Medan Johor Terungkap
A
A
A
MEDAN - Penyebab kematian Ketua Partai Perindo Medan Johor Gidion Ginting (44), terungkap. Hasil Visum Et Revertum yang dilakukan Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Medan membuktikan ada bentuk kekerasan di tubuh korban sebelum meninggal dunia, pada 18 Desember 2015.
Dalam Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) dengan Nomor: B/375/I/2016/Reskrim yang diserahkan pada 30 Januari 2016 kepada pihak keluarga disebutkan, penyidik Polresta Medan telah menerima hasil Visum Et Revertum Nomor 06 tertanggal 19 Januari 2016.
Dalam surat terebut dijelaskan beberapa hal termasuk sejumlah luka di tubuh korban yakni pada bagian dahi kiri terdapat luka lecet sepanjang 0,7 cm dan lebar 0,1 cm.
Kemudian, jantung membesar, pembuluh darah nadi besar, jantung kiri teraba seperti kawat dan pada pemotongan pembuluh darah jantung jadi tersumbat secara total pada lokasi 1 cm dari pangkalnya dan lumen mengecil dua pertiga bagian, serta dijumpai tanda-tanda pembendungan pada seluruh organ.
"Tetapi, yang menjadi pertanyaan saya adalah kesimpulan dari hasil autopsi itu adik aya meninggal bukan karena ada penganiayaan tetapi karena sakit jantung," kata Djerepelita Ginting, abang kandung Gidion, kepada wartawan, Selasa (16/2/2016).
Djerepelita Ginting menilai, ada yang janggal dari kasus tersebut. Menurut dia, kejanggalan itu adalah adanya rekaman CCTV yang memperlihatkan korban terlebih dahulu dipiting oleh anggota Brigadir Polisi (Brigpol) JPS dan ditemukannya luka robek di bagian dahi kiri yang menyebabkan jantung membesar, pembuluh darah nadi besar, jantung kiri teraba seperti kawat.
"Ini kan sebab akibat dari adanya pemukulan hingga terdapat luka robek di dahi adik saya. Semua rentetan dari kejadian ini saling berkaitan satu sama lainnya. Itu artinya ada faktor yang menyebabkan adik saya meninggal dunia. Terlepas dari apa kesimpulan dokter forensik," ujarnya.
Dia berharap, dari rentetan peristiwa yang terjadi kiranya penyidik Polresta Medan tidak menggunakan kacamata kuda, sehingga kebenaran dapat terungkap.
"Kami dari keluarga yang lemah dan tidak tahu hukum, tetapi kami minta kepada Pak Polisi untuk menggunakan hati nuraninya. Tak mungkin adik saya meninggal tanpa ada sebabnya, tentu harus diusut apa penyebabnya dan mengapa itu dilakukan," terangnya.
Terpisah, Kasat Reskrim Polresta Medan, Komisaris Polisi (Kompol) Aldi Subartono mengatakan, penetapan tersangka atau proses kelanjutan dari pengungkapan kasus itu akan diketahui setelah gelar perkara di Polda Sumut.
"Nanti, setelah gelar perkara di Polda Sumut," katanya singkat.
Seperti diketahui, kisruh persoalan pedagang dan pihak keamanan di Pusat Pasar Medan berujung maut. Seorang Pedagang Pusat Pasar Kota Medan, Gidion Ginting (44), Jumat (18/12/2015), tewas setelah sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Murni Teguh Medan.
Sebelum tewas, korban sempat mengalami penganiayaan di Kantor Persatuan Pedagang Pasar Sumatera Utara (P4SU) karena nekat protes dengan maraknya aksi pencurian.
Seusai dibawa ke dalam kantor P4SU, korban lalu keluar dan kembali berjalan menuju Pusat Pasar. Nah, belum sampai ke dalam kiosnya, korban yang berjalan terhuyung lalu jatuh menghantam tanah.
Namun, nahas, kendati sempat mendapat perawatan, nyawa korban tetap tidak tertolong. Untuk kepentingan visum, jenazah korban lalu dirujuk ke RS Bhayangkara Jalan KH Wahid Hasyim Medan.
Dalam Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) dengan Nomor: B/375/I/2016/Reskrim yang diserahkan pada 30 Januari 2016 kepada pihak keluarga disebutkan, penyidik Polresta Medan telah menerima hasil Visum Et Revertum Nomor 06 tertanggal 19 Januari 2016.
Dalam surat terebut dijelaskan beberapa hal termasuk sejumlah luka di tubuh korban yakni pada bagian dahi kiri terdapat luka lecet sepanjang 0,7 cm dan lebar 0,1 cm.
Kemudian, jantung membesar, pembuluh darah nadi besar, jantung kiri teraba seperti kawat dan pada pemotongan pembuluh darah jantung jadi tersumbat secara total pada lokasi 1 cm dari pangkalnya dan lumen mengecil dua pertiga bagian, serta dijumpai tanda-tanda pembendungan pada seluruh organ.
"Tetapi, yang menjadi pertanyaan saya adalah kesimpulan dari hasil autopsi itu adik aya meninggal bukan karena ada penganiayaan tetapi karena sakit jantung," kata Djerepelita Ginting, abang kandung Gidion, kepada wartawan, Selasa (16/2/2016).
Djerepelita Ginting menilai, ada yang janggal dari kasus tersebut. Menurut dia, kejanggalan itu adalah adanya rekaman CCTV yang memperlihatkan korban terlebih dahulu dipiting oleh anggota Brigadir Polisi (Brigpol) JPS dan ditemukannya luka robek di bagian dahi kiri yang menyebabkan jantung membesar, pembuluh darah nadi besar, jantung kiri teraba seperti kawat.
"Ini kan sebab akibat dari adanya pemukulan hingga terdapat luka robek di dahi adik saya. Semua rentetan dari kejadian ini saling berkaitan satu sama lainnya. Itu artinya ada faktor yang menyebabkan adik saya meninggal dunia. Terlepas dari apa kesimpulan dokter forensik," ujarnya.
Dia berharap, dari rentetan peristiwa yang terjadi kiranya penyidik Polresta Medan tidak menggunakan kacamata kuda, sehingga kebenaran dapat terungkap.
"Kami dari keluarga yang lemah dan tidak tahu hukum, tetapi kami minta kepada Pak Polisi untuk menggunakan hati nuraninya. Tak mungkin adik saya meninggal tanpa ada sebabnya, tentu harus diusut apa penyebabnya dan mengapa itu dilakukan," terangnya.
Terpisah, Kasat Reskrim Polresta Medan, Komisaris Polisi (Kompol) Aldi Subartono mengatakan, penetapan tersangka atau proses kelanjutan dari pengungkapan kasus itu akan diketahui setelah gelar perkara di Polda Sumut.
"Nanti, setelah gelar perkara di Polda Sumut," katanya singkat.
Seperti diketahui, kisruh persoalan pedagang dan pihak keamanan di Pusat Pasar Medan berujung maut. Seorang Pedagang Pusat Pasar Kota Medan, Gidion Ginting (44), Jumat (18/12/2015), tewas setelah sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Murni Teguh Medan.
Sebelum tewas, korban sempat mengalami penganiayaan di Kantor Persatuan Pedagang Pasar Sumatera Utara (P4SU) karena nekat protes dengan maraknya aksi pencurian.
Seusai dibawa ke dalam kantor P4SU, korban lalu keluar dan kembali berjalan menuju Pusat Pasar. Nah, belum sampai ke dalam kiosnya, korban yang berjalan terhuyung lalu jatuh menghantam tanah.
Namun, nahas, kendati sempat mendapat perawatan, nyawa korban tetap tidak tertolong. Untuk kepentingan visum, jenazah korban lalu dirujuk ke RS Bhayangkara Jalan KH Wahid Hasyim Medan.
(zik)