Tebing Batu Longsor Timpa Pencari Rumput di Watulimo
A
A
A
TRENGGGALEK - Insiden longsor tebing batu setinggi tujuh meter di Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo menewaskan seorang pencari rumput. Runtuhan bongkahan cadas mengakibatkan nyawa Wakijan (70) warga Dusun Krecek RT 35 dan RW 10 Desa Watuagung melayang seketika.
“Korban meninggal dunia karena tertimpa batu yang ambrol,“ ujar Kepala BPBD Kabupaten Trenggalek Joko Rusianto kepada Sindo, Sabtu (6/2/2016).
Musibah terjadi sekitar pukul 09.00 Wib. Tidak ada hujan dan angin salah satu tebing diantara gugusan batu yang menjulang tinggi itu mendadak ambrol.
Menurut Joko runtuhan batu yang bercampur material tanah tidak sampai mengubur tubuh korban. Kematian Wakijan diduga akibat bongkahan batu yang menimpa kepala.
Proses evakuasi jasad korban termasuk membawa ke rumah duka, kata Joko selesai sekitar pukul 12.00 Wib. “Korban langsung dimakamkan. Pemkab melalui BPBD juga memberi santunan,“ terangnya.
Wakijan diketahui berkebiasaan mengumpulkan rumput pakan ternak yang meliar di kaki perbukitan. Banyak warga yang tidak menyangka bakal terjadi longsor mengingat hujan tidak turun.
Longsor diduga akibat kondisi tanah disekitar lokasi yang sudah labil. Guyuran hujan lebat diselingi panas yang menyengat diduga menjadi salah satu faktor penyebab.
Joko menegaskan bahwa lokasi bencana berjarak cukup jauh dari jalan raya dan permukiman warga. Karenanya tidak ada material yang berserakan apalagi hingga menutup jalan raya.
“Musibah ini tidak sampai menganggu akses jalan menuju Watulimo, “jelasnya. Joko mengatakan bahwa titik rawan longsor dan banjir bandang di wilayah Kecamatan Watulimo teridentifikasi merata.
Selain di Watulimo, longsor juga mengintai wilayah Kecamatan Tugu yang berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo.
Bahkan hari ini, kata Joko BPBD dan dinas PU baru saja kelar membersihkan material longsor yang sempat menutup akses jalan Propinsi jurusan Trenggalek-Ponorogo.
“Meski disejumlah titik rawan bencana sudah terpasang alat deteksi dini bencana alam, kita bersosialisasi ke masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan di musim penghujan ini,“ pungkasnya.
“Korban meninggal dunia karena tertimpa batu yang ambrol,“ ujar Kepala BPBD Kabupaten Trenggalek Joko Rusianto kepada Sindo, Sabtu (6/2/2016).
Musibah terjadi sekitar pukul 09.00 Wib. Tidak ada hujan dan angin salah satu tebing diantara gugusan batu yang menjulang tinggi itu mendadak ambrol.
Menurut Joko runtuhan batu yang bercampur material tanah tidak sampai mengubur tubuh korban. Kematian Wakijan diduga akibat bongkahan batu yang menimpa kepala.
Proses evakuasi jasad korban termasuk membawa ke rumah duka, kata Joko selesai sekitar pukul 12.00 Wib. “Korban langsung dimakamkan. Pemkab melalui BPBD juga memberi santunan,“ terangnya.
Wakijan diketahui berkebiasaan mengumpulkan rumput pakan ternak yang meliar di kaki perbukitan. Banyak warga yang tidak menyangka bakal terjadi longsor mengingat hujan tidak turun.
Longsor diduga akibat kondisi tanah disekitar lokasi yang sudah labil. Guyuran hujan lebat diselingi panas yang menyengat diduga menjadi salah satu faktor penyebab.
Joko menegaskan bahwa lokasi bencana berjarak cukup jauh dari jalan raya dan permukiman warga. Karenanya tidak ada material yang berserakan apalagi hingga menutup jalan raya.
“Musibah ini tidak sampai menganggu akses jalan menuju Watulimo, “jelasnya. Joko mengatakan bahwa titik rawan longsor dan banjir bandang di wilayah Kecamatan Watulimo teridentifikasi merata.
Selain di Watulimo, longsor juga mengintai wilayah Kecamatan Tugu yang berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo.
Bahkan hari ini, kata Joko BPBD dan dinas PU baru saja kelar membersihkan material longsor yang sempat menutup akses jalan Propinsi jurusan Trenggalek-Ponorogo.
“Meski disejumlah titik rawan bencana sudah terpasang alat deteksi dini bencana alam, kita bersosialisasi ke masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan di musim penghujan ini,“ pungkasnya.
(ysw)