Gempa Letusan Bromo Getarkan Pintu Rumah Warga
A
A
A
PROBOLINGGO - Gempa letusan, masih mewarnai fase erupsi Gunung Bromo. Bahkan, terjadinya gempa letusan tersebut, juga disertai dengan adanya suara dentuman dan gemuruh dari kawah.
Semburan asap bercampur material vulkanik dari kawah Gunung Bromo, ketinggiannya juga meningkat. Apabila pada dini hari mencapai 600 meter dari bibir kawah, pada siang harinya naik menjadi 1.200 meter dari bibir kawah.
Material vulkanik yang keluar dari kawah, berupa abu dan pasir. Saat ini, material vulkanik bergerak ke timur, karena angin bertiup dari barat ke timur.
"Hujan pasir hanya terjadi di radius 2,5-3 km dari kawah," ujar Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Bromo, Ahmad Subhan, Senin (25/1/2016).
Selain suara gemuruh, dan dentuman dari kawah. Subhan juga menyebutkan, gempa letusan juga mengakibatkan getaran pada daun pintu, dan daun jendela kaca. Gempa letusan terjadi sebanyak 31 kali, dengan kekuatan yang terekam di sesmograf mencapai antara 22-36 mm.
Gempa tremor, yang menandai terjadinya pergerakan magma ke permukaan juga tercatat masih tinggi. Pada dini hari, gempa tremor terekam mencapai antara 1-30 mm, dominan 3 mm. Sementara, pada pagi hingga siang hari naik menjadi 1-36 mm, dominan 6 mm.
Sementara itu, di Kota Malang, dilakukan penandatangan kerjasama penanganan korban bencana alam. Yakni, antara BPBD, Kepolisian, Pemkab dan Pemkot se-Malang Raya, dengan RSIA Aisyah Kota Malang. Nantinya, RSIA Aisyah, akan menjadi salah satu rujukan untuk penanganan korban bencana alam.
Direktur RSIA Aisyah, Hartoyo mengaku, dengan adanya penandatangan kerjasama ini, ada kesepakatan dan aksi bersama dalam melakukan penanganan terhadap korban bencana alam. "Kami berharap, ada inovasi yang dilakukan, sehingga penanganan yang dilakukan bisa cepat, dan tepat," tegasnya.
Pihaknya mengaku, sudah menyiapkan tim khusus untuk penanganan korban bencana alam. Di antaranya tim medis yang berjumlah 70 orang, dengan jumlah tempat tidur sebanyak 150 unit.
Saat terjadi bencana alam, jumlah tersebut, tidak akan dibatasi. Semuanya, akan dilayani sesuai dengan kemampuan maksimal yang dimiliki.
Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, Husnul Muarif menyatakan, saat ini sudah ada sebanyak 15 Puskesmas yang siaga bencana. "Setiap saat, Puskesmas ini bisa dioperasikan untuk menangani korban bencana alam," ungkapnya.
Puskesmas tersebut, didukung dengan tenaga dokter sebanyak 30 personel, beserta tenaga medis lainnya yang berjumlah puluhan orang.
Mereka memiliki kemampuan dasar, penanggulangan kebencanaan. Selain itu, ada sebanyak 15 unit mobil ambulans, dan 15 unit mobil Puskesmas keliling.
Semburan asap bercampur material vulkanik dari kawah Gunung Bromo, ketinggiannya juga meningkat. Apabila pada dini hari mencapai 600 meter dari bibir kawah, pada siang harinya naik menjadi 1.200 meter dari bibir kawah.
Material vulkanik yang keluar dari kawah, berupa abu dan pasir. Saat ini, material vulkanik bergerak ke timur, karena angin bertiup dari barat ke timur.
"Hujan pasir hanya terjadi di radius 2,5-3 km dari kawah," ujar Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Bromo, Ahmad Subhan, Senin (25/1/2016).
Selain suara gemuruh, dan dentuman dari kawah. Subhan juga menyebutkan, gempa letusan juga mengakibatkan getaran pada daun pintu, dan daun jendela kaca. Gempa letusan terjadi sebanyak 31 kali, dengan kekuatan yang terekam di sesmograf mencapai antara 22-36 mm.
Gempa tremor, yang menandai terjadinya pergerakan magma ke permukaan juga tercatat masih tinggi. Pada dini hari, gempa tremor terekam mencapai antara 1-30 mm, dominan 3 mm. Sementara, pada pagi hingga siang hari naik menjadi 1-36 mm, dominan 6 mm.
Sementara itu, di Kota Malang, dilakukan penandatangan kerjasama penanganan korban bencana alam. Yakni, antara BPBD, Kepolisian, Pemkab dan Pemkot se-Malang Raya, dengan RSIA Aisyah Kota Malang. Nantinya, RSIA Aisyah, akan menjadi salah satu rujukan untuk penanganan korban bencana alam.
Direktur RSIA Aisyah, Hartoyo mengaku, dengan adanya penandatangan kerjasama ini, ada kesepakatan dan aksi bersama dalam melakukan penanganan terhadap korban bencana alam. "Kami berharap, ada inovasi yang dilakukan, sehingga penanganan yang dilakukan bisa cepat, dan tepat," tegasnya.
Pihaknya mengaku, sudah menyiapkan tim khusus untuk penanganan korban bencana alam. Di antaranya tim medis yang berjumlah 70 orang, dengan jumlah tempat tidur sebanyak 150 unit.
Saat terjadi bencana alam, jumlah tersebut, tidak akan dibatasi. Semuanya, akan dilayani sesuai dengan kemampuan maksimal yang dimiliki.
Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, Husnul Muarif menyatakan, saat ini sudah ada sebanyak 15 Puskesmas yang siaga bencana. "Setiap saat, Puskesmas ini bisa dioperasikan untuk menangani korban bencana alam," ungkapnya.
Puskesmas tersebut, didukung dengan tenaga dokter sebanyak 30 personel, beserta tenaga medis lainnya yang berjumlah puluhan orang.
Mereka memiliki kemampuan dasar, penanggulangan kebencanaan. Selain itu, ada sebanyak 15 unit mobil ambulans, dan 15 unit mobil Puskesmas keliling.
(sms)