Jenguk Muhammad Riza di Pondok, sang Ibu Enggan Berpisah

Jum'at, 22 Januari 2016 - 06:30 WIB
Jenguk Muhammad Riza di Pondok, sang Ibu Enggan Berpisah
Jenguk Muhammad Riza di Pondok, sang Ibu Enggan Berpisah
A A A
SOLO - Meninggalnya Muhammad Riza, salah satu santri Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Huda di Kecamatan Sambi, Boyolali mengejutkan keluarganya. Mereka tak menyangka, sosok yang baru genap berusia 15 tahun pada 9 Januari 2016 ini menjadi salah satu dari lima santri yang meninggal akibat tenggelam di sungai, Rabu lalu.

Jenazah Muhammad Riza dimakamkan Kamis (21/1/2016) siang di pemakaman Kampung Klumprit, Bekonang, Kecamatan Mojoloban, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Jenazah diberangkatkan dari rumah duka di Kelurahan Semanggi RT 2 RW 11 Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. Sebelumnya, jenazahnya disalatkan terlebih dahulu di Masjid Asegaf di Wiropaten, Kecamatan Pasar Kliwon, tak jauh dari rumah orangtuanya.

Kabar duka pertama kali diterima kakaknya, Muhammad Nasir (27), pada Rabu (20/1/2016) sekitar pukul 16.30 WIB. Saat itu, dua pengurus Ponpes menghubunginya dan menanyakan letak rumah orangtuanya.

"Karena ada kabar yang sangat penting, saya yang kebetulan tengah pergi keluar rumah bertemu dengan perwakilan pondok di kawasan Banyuanyar," ungkap Muhammad Nasir saat ditemui di rumah duka, Kamis (21/1/2016) siang.

Setelah itu, perwakilan ponpes baru menceritakan bahwa adik bungsunya telah meninggal dunia akibat tenggelam di sungai.

Kabar itu pun kemudian diteruskan kepada orangtuanya, Ali Abdat-Latifa Gismar. Selanjutnya, Nasir bersama Ali Abdat serta empat saudara berangkat ke Rumah Sakit Banyubening, Boyolali, karena jenazah Riza masih berada di sana.

Ketika mereka sampai, jenazah Riza yang sudah dimasukkan ke mobil ambulans dari rumah sakit. Karena membawa mobil ambulans sendiri dari rumah duka, jenazah kemudian dipindahkan.

Sebelum Riza pergi menghadap Ilahi, keluarga mengaku tidak mendapat firasat apa pun. Tiga hari sebelum musibah terjadi, Minggu (17/1/2016), seluruh keluarga sempat menjenguk Riza di ponpes.

Riza biasanya manja karena anak bungsu. Saat pertemuan terakhir dengan keluarga, sikapnya agak berbeda. Riza nampak lebih kalem dan tidak banyak permintaan. Hanya saja ketika pulang, ibunya terlihat sangat berat meninggalkan Riza dan nampak enggan berpisah.

"Ibu terus menengok ke belakang dan menatap adik saya yang kembali ke pondok," jelasnya.

Kala itu, keluarga menganggapnya sesuatu yang biasanya karena sudah agak lama memang tidak bertemu. Sehingga, naluri ibu yang kangen dengan anaknya sangat dimaklumi.

Biasanya, Riza pulang setiap Kamis pekan kedua dan kembali ke pondok pada Jumat sore. Setelah liburan panjang semester, adiknya memang belum sempat pulang. Sehingga dari keluarga kemudian memutuskan untuk menjenguknya.

Saat pertemuan terakhir dengan keluarga, Riza sempat berpesan agar jangan sering dijenguk karena khawatir tidak bisa mandiri. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini setelah lulus dari pondok akan melanjutkan ke SMK jurusan boga. Sebab, hobinya selama ini memang suka mencoba memasak.

Pascakepergian Riza, seluruh keluarga telah mengikhlaskan. Keluarga yakin Riza mati syahid karena dalam posisi tengah menuntut ilmu dan di antara orang orang yang baik.

Kesehariannya di rumah dan 1,5 tahun menuntut ilmu di ponpes, sosok Riza memiliki jiwa sosial dan suka bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Bahkan, setiap acara kerja bakti di kampung, Riza selalu ikut ambil bagian. Termasuk juga ketika Idul Adha, ikut membantu membagikan daging kurban dan membantu persiapan Salat Idul Fitri.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0641 seconds (0.1#10.140)