Mbah Tohari, Pedagang Keliling Berusia 104 Tahun
A
A
A
MAGELANG - Di usia yang tak muda lagi, semangat yang dimiliki Mbah Atmo Tohari, patut diteladani. Meski anak-anaknya telah bekerja dan sukses, Mbah Tohari enggan berpangku tangan, termasuk dalam mencari rezeki.
Berusia 104 tahun, Mbah Tohari setiap hari harus menempuh perjalanan berjam-jam dan puluhan kilometer sambil menuntun sepeda onthel. Hal ini dilakukan saban hari tidak lain untuk menjajakan barang dagangannya.
Mbah Tohari yang tinggal di Jalan Telaga Warna RT 6 RW 18, Kampung Nambangan, Kelurahan Rejowinangun Utara, Kota Magelang, tersebut setiap harinya mengedarkan barang dagangannya. Bahkan, hampir separuh harinya dihabiskan di jalanan, dalam kondisi panas maupun hujan.
Sepanjang perjalanan, ia menuntun sepeda butut bermuatan kardus berisi barang dagangan yang meliputi shampoo, sabun mandi, sabun cuci, pewangi pakaian, pampers, maupun tisu.
Sepeda onthel tersebut tak mungkin dikayuh lagi, karena di belakangnya penuh muatan berupa kardus. Dalam sepanjang perjalanan kondisi jalan menurun maupun menanjak, sepeda itu terus dituntunnya, meskipun dengan napas yang tersengal-sengal.
Kondisi jalan curam, menanjak dan turunan tajam, seolah-olah sudah menjadi menu hariannya. Berjualan keliling tersebut telah dilakoni sejak puluhan tahun lalu.
Dengan berjalan semimenunduk, Mbah Tohari terus menuntun sepedanya dan berjalan pelan-pelan. Terkadang orang yang melihat dari kejauhan merasa iba, kemudian bermaksud memberi uang, namun ditolak Mbah Tohari.
"Ini sudah saya jalani sejak puluhan tahun lalu. Saya harus mencari rezeki dari berjualan ini," ujar Mbah Tohari saat melintas di wilayah Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (20/1/2016).
Dengan alat bantu pendengaran, Mbah Tohari melayani pembeli di sepanjang jalan yang dilewatinya. Bahkan, ia memiliki jadwal rute jalan lokasi berjualan yang harus dilewatinya.
Jadwal jualan tersebut meliputi Hari Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu. Khusus untuk Hari Senin dan Jumat, merupakan hari libur, selain itu kulakan barang dagangannya.
Hari Selasa, ia berjualan di daerah Bakorwil Kedu-Surakarta, Kota Magelang. hingga ke Pakelan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
Kemudian, setiap Rabu berjualan di wilayah Jurangombo-Karet-Giriloyo-Perumahan Lembah Hijau-Akmil-Perumahan Pancaarga.
Sehari kemudian, Mbah Tohari berjualan keliling di wilayah Seneng-Pakelan-Armada di Kecamatan Mertoyudan hingga Menowo, Kota Magelang.
Hari Sabtu, dia keliling di wilayah Bumi Prayudan, Kecamatan Mertoyudan. "Biasanya saya mulai berangkat pukul 05.30 WIB, terus pulang sekitar pukul 16.00 WIB. Saya edarkan untuk warung-warung yang sudah jadi langganan," tuturnya.
Berdoa Setiap Malam
Di sela-sela menjajakan dagangannya, Mbah Tohari berbagi resep hidupnya yang telah menginjak usia 104 tahun itu. Ia menuturkan setiap malam selalu berdoa.
"Setiap malam saya berdoa, bukakan pintu surga yang seluas-luasnya. Itu saja yang saya lakukan," kata lelaki yang selalu memakai sepatu kets warna putih.
Bahkan, saat ditanya jumlah cucunya, ia nggak hafal. Saat cucunya datang ke rumahnya, mereka diminta menyebutkan nama. "Saya nggak hafal," katanya.
Berusia 104 tahun, Mbah Tohari setiap hari harus menempuh perjalanan berjam-jam dan puluhan kilometer sambil menuntun sepeda onthel. Hal ini dilakukan saban hari tidak lain untuk menjajakan barang dagangannya.
Mbah Tohari yang tinggal di Jalan Telaga Warna RT 6 RW 18, Kampung Nambangan, Kelurahan Rejowinangun Utara, Kota Magelang, tersebut setiap harinya mengedarkan barang dagangannya. Bahkan, hampir separuh harinya dihabiskan di jalanan, dalam kondisi panas maupun hujan.
Sepanjang perjalanan, ia menuntun sepeda butut bermuatan kardus berisi barang dagangan yang meliputi shampoo, sabun mandi, sabun cuci, pewangi pakaian, pampers, maupun tisu.
Sepeda onthel tersebut tak mungkin dikayuh lagi, karena di belakangnya penuh muatan berupa kardus. Dalam sepanjang perjalanan kondisi jalan menurun maupun menanjak, sepeda itu terus dituntunnya, meskipun dengan napas yang tersengal-sengal.
Kondisi jalan curam, menanjak dan turunan tajam, seolah-olah sudah menjadi menu hariannya. Berjualan keliling tersebut telah dilakoni sejak puluhan tahun lalu.
Dengan berjalan semimenunduk, Mbah Tohari terus menuntun sepedanya dan berjalan pelan-pelan. Terkadang orang yang melihat dari kejauhan merasa iba, kemudian bermaksud memberi uang, namun ditolak Mbah Tohari.
"Ini sudah saya jalani sejak puluhan tahun lalu. Saya harus mencari rezeki dari berjualan ini," ujar Mbah Tohari saat melintas di wilayah Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (20/1/2016).
Dengan alat bantu pendengaran, Mbah Tohari melayani pembeli di sepanjang jalan yang dilewatinya. Bahkan, ia memiliki jadwal rute jalan lokasi berjualan yang harus dilewatinya.
Jadwal jualan tersebut meliputi Hari Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu. Khusus untuk Hari Senin dan Jumat, merupakan hari libur, selain itu kulakan barang dagangannya.
Hari Selasa, ia berjualan di daerah Bakorwil Kedu-Surakarta, Kota Magelang. hingga ke Pakelan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
Kemudian, setiap Rabu berjualan di wilayah Jurangombo-Karet-Giriloyo-Perumahan Lembah Hijau-Akmil-Perumahan Pancaarga.
Sehari kemudian, Mbah Tohari berjualan keliling di wilayah Seneng-Pakelan-Armada di Kecamatan Mertoyudan hingga Menowo, Kota Magelang.
Hari Sabtu, dia keliling di wilayah Bumi Prayudan, Kecamatan Mertoyudan. "Biasanya saya mulai berangkat pukul 05.30 WIB, terus pulang sekitar pukul 16.00 WIB. Saya edarkan untuk warung-warung yang sudah jadi langganan," tuturnya.
Berdoa Setiap Malam
Di sela-sela menjajakan dagangannya, Mbah Tohari berbagi resep hidupnya yang telah menginjak usia 104 tahun itu. Ia menuturkan setiap malam selalu berdoa.
"Setiap malam saya berdoa, bukakan pintu surga yang seluas-luasnya. Itu saja yang saya lakukan," kata lelaki yang selalu memakai sepatu kets warna putih.
Bahkan, saat ditanya jumlah cucunya, ia nggak hafal. Saat cucunya datang ke rumahnya, mereka diminta menyebutkan nama. "Saya nggak hafal," katanya.
(zik)