Manfaatkan Limbah Pabrik, Sebulan Raup Rp12 Juta
A
A
A
MAGELANG - Pernah melihat mobil-mobilan jenis truk di jalanan? Mobil-mobilan jenis truk itu dibuat antara lain dari limbah pabrik. Keuntungan yang didapat, bisa Rp12 juta sebulan.
Mobil-mobilan itu antara lain dibuat para perajin di Lingkungan Sampangan RT 01 RW 03, Kelurahan Jurangombo Selatan, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah. Awalnya, mobil-mobilan tersebut hanya dijual di Taman Kiai Langgeng, tak jauh dari kampung tersebut.
Salah satu perajin, Sutrisno (53), mengatakan, dahulu hanya membuat jaran goyang, kemudian mencoba membuat mobil-mobilan. Ternyata, mobil-mobilan itu laku. Di kampungnya meliputi Sampangan dan Ngaglik ada sekitar 20 perajin mainan.
"Saya termasuk orang pertama membuat mainan ini. Sampai sekarang sudah 20 tahun, kemudian orang lain pada jiplak, terus berkembang hingga sekarang. Saya buat model mainan truk hingga enam jenis," ujar Sutrisno saat ditemui KORAN SINDO YOGYA di sela-sela memotong tripleks untuk bak mobil-mobilan, Sabtu (16/1/2016).
Menurutnya, untuk membuat satu mobil-mobilan jenis truk membutuhkan waktu beberapa hari jika dikerjakan sendiri. Untuk membuat model terbaru truk yang ada, dia hanya melihat wujud aslinya, kemudian mereka-reka membuat tiruan mobil-mobilan.
"Yang paling lama ngamplas dan ngecat. Kalau sudah jadi bentuknya tingga menggabungkan saja antara body dengan kabinnya. Dulu saya jual di Taman Kiai Langgeng, terus dapat pesanan 10, terus berkembang hingga saat ini," tutur bapak dua putra itu.
Mobil-mobilan hasil karyanya dipasarkan di daerah Payaman, Kabupaten Magelang, Salatiga, Semarang, Yogyakarta, Purwokerto, hingga Batam.
Ia mengaku setiap sebulan sekali mobil-mobilan tersebut diambil para pedagang. "Untuk yang jenis besar saya jual Rp125.000 dan yang kecil Rp50.000 kepada pedagang," ujarnya.
Ungkapan senada disampaikan perajin lain yang masih satu kampung, Sentosa Sinulingga (38). Untuk membuat mobil-mobilan, selain dibantu istrinya, Eni Nuryati (29), dia juga melibatkan dua pekerja, Sudarwanto dan Nahar.
Dia mengakui, bahan yang digunakan meliputi tripleks dan kayu albasia, merupakan limbah dari pabrik dan perusahaan salah satu karoseri mobil.
"Kami memanfaatkan tripleks dari salah satu karoseri dan kayu albasia dari pabrik. Kalau kami beli tripleks yang utuh, itungan kami nggak nutup dengan hasilnya," ujar Sentosa.
Mobil-mobilan yang dihasilkannya, kata Sentosa, berukuran 50 cm, 40 cm, 35 cm, dan 26 cm. Setiap dua minggu sekali sebanyak 216 jenis mobil-mobilan model truk diambil pedagang. Untuk mobilan-mobilan jenis truk ukuran 50 cm dijual Rp 52.000, 40 cm dijual Rp42.000, 35 cm dijual Rp28.000, dan ukuran 26 cm dijual Rp 23.000.
"Setiap dua minggu sekali pedagang mengambil sebanyak 216 jenis. Dari penjualan itu, kami setiap bulan bisa mendapatkan pendapatan sekitar Rp12 juta."
Mobil-mobilan itu antara lain dibuat para perajin di Lingkungan Sampangan RT 01 RW 03, Kelurahan Jurangombo Selatan, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah. Awalnya, mobil-mobilan tersebut hanya dijual di Taman Kiai Langgeng, tak jauh dari kampung tersebut.
Salah satu perajin, Sutrisno (53), mengatakan, dahulu hanya membuat jaran goyang, kemudian mencoba membuat mobil-mobilan. Ternyata, mobil-mobilan itu laku. Di kampungnya meliputi Sampangan dan Ngaglik ada sekitar 20 perajin mainan.
"Saya termasuk orang pertama membuat mainan ini. Sampai sekarang sudah 20 tahun, kemudian orang lain pada jiplak, terus berkembang hingga sekarang. Saya buat model mainan truk hingga enam jenis," ujar Sutrisno saat ditemui KORAN SINDO YOGYA di sela-sela memotong tripleks untuk bak mobil-mobilan, Sabtu (16/1/2016).
Menurutnya, untuk membuat satu mobil-mobilan jenis truk membutuhkan waktu beberapa hari jika dikerjakan sendiri. Untuk membuat model terbaru truk yang ada, dia hanya melihat wujud aslinya, kemudian mereka-reka membuat tiruan mobil-mobilan.
"Yang paling lama ngamplas dan ngecat. Kalau sudah jadi bentuknya tingga menggabungkan saja antara body dengan kabinnya. Dulu saya jual di Taman Kiai Langgeng, terus dapat pesanan 10, terus berkembang hingga saat ini," tutur bapak dua putra itu.
Mobil-mobilan hasil karyanya dipasarkan di daerah Payaman, Kabupaten Magelang, Salatiga, Semarang, Yogyakarta, Purwokerto, hingga Batam.
Ia mengaku setiap sebulan sekali mobil-mobilan tersebut diambil para pedagang. "Untuk yang jenis besar saya jual Rp125.000 dan yang kecil Rp50.000 kepada pedagang," ujarnya.
Ungkapan senada disampaikan perajin lain yang masih satu kampung, Sentosa Sinulingga (38). Untuk membuat mobil-mobilan, selain dibantu istrinya, Eni Nuryati (29), dia juga melibatkan dua pekerja, Sudarwanto dan Nahar.
Dia mengakui, bahan yang digunakan meliputi tripleks dan kayu albasia, merupakan limbah dari pabrik dan perusahaan salah satu karoseri mobil.
"Kami memanfaatkan tripleks dari salah satu karoseri dan kayu albasia dari pabrik. Kalau kami beli tripleks yang utuh, itungan kami nggak nutup dengan hasilnya," ujar Sentosa.
Mobil-mobilan yang dihasilkannya, kata Sentosa, berukuran 50 cm, 40 cm, 35 cm, dan 26 cm. Setiap dua minggu sekali sebanyak 216 jenis mobil-mobilan model truk diambil pedagang. Untuk mobilan-mobilan jenis truk ukuran 50 cm dijual Rp 52.000, 40 cm dijual Rp42.000, 35 cm dijual Rp28.000, dan ukuran 26 cm dijual Rp 23.000.
"Setiap dua minggu sekali pedagang mengambil sebanyak 216 jenis. Dari penjualan itu, kami setiap bulan bisa mendapatkan pendapatan sekitar Rp12 juta."
(zik)