Anggota TNI Tewas di Barak, Diduga Dianiaya
A
A
A
BANTUL - Prada Tito Dwi Murtianto (24), anggota Kostrad Purworejo tewas tak wajar di dalam barak Rabu 16 Desember 2015 sekitar pukul 15.30 WIB.
Beredar kabar, korban meninggal usai mengikuti Protab dari Danbarak dengan lari 10 kali (kurang lebih 100 meter) di depan barak.
Jenazah korban sampai di rumah duka di Kampung Bumen Wetan, Padukuhan Gilang, Desa Baturetno, Kecamatan Banguntapan, Kamis (17/12/2015) sekitar pukul 10.30 WIB.
Dengan menggunakan sebuah ambulan, jenazah diantar oleh dua orang anggota TNI serta mengikuti di belakangnya sebuah mobil yang diisi oleh keluarga korban.
Kepala Dukuh Gilang Sugito mengungkapkan, keluarga mendapat kabar dari Purworejo mengenai meninggalnya korban pada Rabu 16 Desember 2015 sekitar pukul 17.30 WIB.
Mendengar anggota keluarganya meninggal dunia, keluarga langsung menuju ke rumah sakit Panti Waluyo, Purworejo. Saat melihat jenazah, keluarga melihat ada kejanggalan. "Di beberapa bagian tubuhnya ada yang memar biru lebam," terangnya.
Karena merasa curiga, setelah berkoordinasi dengan Sub Denpom Purworejo akhirnya keluarga memutuskan agar jenaza divisum terlebih dahulu sebelum dikebumikan.
Jenazah langsung dibawa ke rumah sakit Sardjito Yogyakarta guna divisum. Namun hasilnya seperti apa, Sugito mengaku belum mengetahuinya karena tidak menunggui ketika divisum.
Hanya saja, berdasarkan keterangan yang sampai ke keluarga, korban meninggal diduga karena dianiaya oleh seniornya di barak.
Kendati demikian, ia sendiri tidak berani menyimpulkannya dan memilih menyerahkannya ke Denpom untuk menyelidikinya. Keluarga sudah ikhlas menerima kepergian korban, tetapi untuk urusan hukum, keluarga tetap meminta agar diproses.
"Kami tetap mengharap agar masalah hukum tetap diproses dan pelaku dihukum seberat-beratnya jika itu memang penganiayaan," tuturnya.
Sugito yang masih keluarga korban ini mengatakan, selama ini korban dikenal baik di lingkungan masyarakat Dusun Bumen.
Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Basiran dan Sri Marinem ini dikenal aktif di masyarakat. Setiap kali libur dan pulang ke Bantul, korban selalu mengikuti kegiatan karangtaruna yang diadakan di dusun tersebut.
Keluarga korban memang dikenal sebagai keluarga TNI. Ayah Korban, Basirran juga merupakan anggota TNI yang belum lama pensiun.
Korban sendiri baru berdinas di Purworejo sekitar setahun terakhir setelah sebelumnya melakukan pendidikan TNI di Papua selama beberapa tahun. Korban sampai saat ini masih bujang.
"Sebelum dikabarkan meninggal jam 17.30 WIB, siang sekitar pukul 15.00 WIB itu korban sempat telepon keluarga. Tetapi isinya apa, saya belum mengetahuinya," ungkapnya.
Sementara salah seorang rekan korban yang bertugas di Purworejo mengatakan, saat ini kasus kematian korban masih diselidiki oleh Sub Denpom Purworejo.
Terkait kematian korban yang diduga dianiaya oleh seniornya, ia mengatakan kasus tersebut ditangani oleh Denpom termasuk dugaan penganiayaan tersebut.
Sampai saat ini Denpom, lanjutnya, juga sedang menyelidiki dugaan latihan yang diikuti oleh korban sebelum meninggal.
Sebab, setahu rekan-rekan korban, korban sudah sakit dan tidak mengikuti kegiatan apapun selama tiga bulan terakhir. Namun sakitnya apa, rekan-rekan korban sama sekali tidak mengetahuinya.
"Korban itu sudah sakit sekitar 3 bulan. Dan tidak ikut kegiatan juga tiga bulan ini. Kami tidak bisa komentar apa-apa karena hasil autopsi keluar masih dua bulan lagi," ujar rekan korban yang enggan namanya ditulis tersebut.
Beredar kabar, korban meninggal usai mengikuti Protab dari Danbarak dengan lari 10 kali (kurang lebih 100 meter) di depan barak.
Jenazah korban sampai di rumah duka di Kampung Bumen Wetan, Padukuhan Gilang, Desa Baturetno, Kecamatan Banguntapan, Kamis (17/12/2015) sekitar pukul 10.30 WIB.
Dengan menggunakan sebuah ambulan, jenazah diantar oleh dua orang anggota TNI serta mengikuti di belakangnya sebuah mobil yang diisi oleh keluarga korban.
Kepala Dukuh Gilang Sugito mengungkapkan, keluarga mendapat kabar dari Purworejo mengenai meninggalnya korban pada Rabu 16 Desember 2015 sekitar pukul 17.30 WIB.
Mendengar anggota keluarganya meninggal dunia, keluarga langsung menuju ke rumah sakit Panti Waluyo, Purworejo. Saat melihat jenazah, keluarga melihat ada kejanggalan. "Di beberapa bagian tubuhnya ada yang memar biru lebam," terangnya.
Karena merasa curiga, setelah berkoordinasi dengan Sub Denpom Purworejo akhirnya keluarga memutuskan agar jenaza divisum terlebih dahulu sebelum dikebumikan.
Jenazah langsung dibawa ke rumah sakit Sardjito Yogyakarta guna divisum. Namun hasilnya seperti apa, Sugito mengaku belum mengetahuinya karena tidak menunggui ketika divisum.
Hanya saja, berdasarkan keterangan yang sampai ke keluarga, korban meninggal diduga karena dianiaya oleh seniornya di barak.
Kendati demikian, ia sendiri tidak berani menyimpulkannya dan memilih menyerahkannya ke Denpom untuk menyelidikinya. Keluarga sudah ikhlas menerima kepergian korban, tetapi untuk urusan hukum, keluarga tetap meminta agar diproses.
"Kami tetap mengharap agar masalah hukum tetap diproses dan pelaku dihukum seberat-beratnya jika itu memang penganiayaan," tuturnya.
Sugito yang masih keluarga korban ini mengatakan, selama ini korban dikenal baik di lingkungan masyarakat Dusun Bumen.
Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Basiran dan Sri Marinem ini dikenal aktif di masyarakat. Setiap kali libur dan pulang ke Bantul, korban selalu mengikuti kegiatan karangtaruna yang diadakan di dusun tersebut.
Keluarga korban memang dikenal sebagai keluarga TNI. Ayah Korban, Basirran juga merupakan anggota TNI yang belum lama pensiun.
Korban sendiri baru berdinas di Purworejo sekitar setahun terakhir setelah sebelumnya melakukan pendidikan TNI di Papua selama beberapa tahun. Korban sampai saat ini masih bujang.
"Sebelum dikabarkan meninggal jam 17.30 WIB, siang sekitar pukul 15.00 WIB itu korban sempat telepon keluarga. Tetapi isinya apa, saya belum mengetahuinya," ungkapnya.
Sementara salah seorang rekan korban yang bertugas di Purworejo mengatakan, saat ini kasus kematian korban masih diselidiki oleh Sub Denpom Purworejo.
Terkait kematian korban yang diduga dianiaya oleh seniornya, ia mengatakan kasus tersebut ditangani oleh Denpom termasuk dugaan penganiayaan tersebut.
Sampai saat ini Denpom, lanjutnya, juga sedang menyelidiki dugaan latihan yang diikuti oleh korban sebelum meninggal.
Sebab, setahu rekan-rekan korban, korban sudah sakit dan tidak mengikuti kegiatan apapun selama tiga bulan terakhir. Namun sakitnya apa, rekan-rekan korban sama sekali tidak mengetahuinya.
"Korban itu sudah sakit sekitar 3 bulan. Dan tidak ikut kegiatan juga tiga bulan ini. Kami tidak bisa komentar apa-apa karena hasil autopsi keluar masih dua bulan lagi," ujar rekan korban yang enggan namanya ditulis tersebut.
(nag)